"Jangan lupa kalau Sholat dapat menenangkan hati."
--Queen Garritsen--
Selamat membaca 🤓
💊💊💊
ADNAN duduk di kantin rumah sakit setelah melakukan sholat tarawih sendiri di ruangannya. Ia meminum coklat panas yang baru ia pesan. Matanya menatap kosong ke arah meja, memperhatikan semut kecil yang berjalan tidak tau arah. Terkadang menabrak gelas yang sedang diam.
Mungkin posisi Adnan seperti semut itu saat ini. Tidak tahu arah kemana dia harus menuju.
Di satu sisi dia memikirkan Aalia yang sedang di teror saat ini. Ia sangat takut jika psikologis Aalia malah terganggu. Dan sekarang yang paling ia takuti adalah penyakitnya. Ia mengetahui penyakit ini sejak ia memasuki masa SMA. Dia tidak tahu jika dari lahir penyakitnya sudah berkembang di dalam tubuhnya. Dia butuh pencangkokkan tulang belakang, karena jika tidak, dia akan selalu melakukan transfusi darah yang mana makin tidak sehat nantinya. Jika darah orang lain yang akan mendonorlan itu mengandung virus HIV, hidupnya akan makin terancam lagi. Sukurnya dia belum menemukan orang dengan darah bersama virus itu.
Disitu dia merasa kasihan dengan Aalia. Aalia-nya--iya Aalia-nya--akan menderita jika saat mereka menikah Adnan malah akan menjadi beban keluarga. Itu yang menyebabkan dia tidak senang jika Aalia ingin segera menikah dengannya, walau saat-saat seperti ini sudah ditunggu olehnya sejak lama.
Jujur saja, Adnan memang sudah 90% move on dari Lisa. Menurutnya, Lisa adalah sahabat terbaiknya karena berani mengorbankan cintanya demi orang lain. Dan dia yakin, itu lah yang dinamakan cinta yang sebenarnya. Bukan hanya untuk memiliki, tapi bagaimana orang yang memiliki cinta itu melepaskan dan tidak memaksakan kehendak jika memang keinginannya tidak bisa dipenuhi.
Seketika dia teringat dengan kertas itu. Dia merogoh kembali sakunya. Kertas itu dilipat baik-baik olehnya. Dia memoto kertas itu, takut-takut jika kertas itu hancur suatu saat nanti.
"B-2-6," ejanya. "Apa maksudnya?" lanjutnya.
Dia berpikir. B26? Vitamin? Apa hubungannya dengan vitamin? Lagipula B26 itu bukan vitamin. Masa iya, peneror itu typo saat menulis kertas itu. Pemikiran macam apa itu?
BRAK!
"Allahu Akbar!" seru Adnan terkejut. "Leo, kau ini!"
Sedangkan yang ditunjuk tertawa seperti tidak ada dosa karena hampir membuat jantung dokter tampan itu copot akibat ulahnya memukul meja. Di kantin juga sepi karena suasana yang sudah malam, bahkan hanya tinggal satu warung saja yang masih buka membuat bunyi itu terdengar keras dan menggema.
"Kau begitu banyak melamun, hingga aku datang saja kau tak sadar."
Adnan menggelengkan kepala.
"Bagaimana soal jejak pelaku yang katanya kau dapatkan itu?" tanya Adnan langsung.
Leo kembali terkekeh lalu wajahnya berubah menjadi serius.
"Jadi begini, Adnan--ekhem. Aku menemukan ini di tanah sebelah gedung, tepat lurus di bawah jendela kamar Aalia. Ada bercak darah." Leo merogoh kantung mantelnya dan memberikan Adnan sebuah gelang emas dengan bandul "LA".
"Aku yakin ini milik si pelaku saat kau bilang dia kabur lewat jendela."
Adnan mencoba mengingat-ingat gelang ini. Ini begitu familiar di matanya. Ingatannya ternyata jatuh di tujuh tahun yang lalu ...
Bel kampus berbunyi, seorang gadis yang kira-kira berumur 18 tahun sedang berdiri di depan lobi untuk menemui jemputannya. Namun, dia terkejut saat tiba-tiba ada sebuah tangan yang menarik lengannya ke belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Imam Pilihan Ayah (SUDAH TERBIT)
Romance"Wanita yang baik untuk lelaki yang baik dan lelaki yang baik untuk wanita yang baik pula." ??? Aku tidak percaya kalimat diatas. Mana mungkin sih laki-laki baik dengan wanita baik jika aku sendiri jahat dan harus dijodohkan dengan laki-laki sebaik...