IPA #40

74.3K 2.9K 98
                                    

Selamat Membaca🤓

💊💊💊

"THALASSEMIA itu adalah sebuah penyakit dimana penderitanya memiliki kelainan pada darah. Kadar hemoglobin mereka di bawah rata-rata dan mereka harus melakukan transfusi darah secara rutin. Penyakit ini tidak menular tapi turun-temurun."

"Lalu, kenapa kau tidak boleh mendonorkannya pada Aalia, Adnan?" tanya Clara. Dia masih menatap Adnan polos.

"Kadar hemoglobinku kurang, Cla. Bisa-bisa bukannya sembuh, Aalia bisa terkena anemia nanti."

"Ooooh..." Gadis itu kini membuat mulutnya lingkaran seakan ber-oh ria dengan sedikit dipanjangkan. "Anemia itu apa?" tambahnya.

"Anemia itu penyakit dimana sel darah merahmu dibawah normal. Sama saja sih, namun bedanya anemia masih bisa disembuhkan dengan tablet tambah darah. Tapi kalau Thalassemia itu harus transfusi darah secara rutin. Karena DNA produsen hemoglobin kami tidak bekerja dengan baik. Maka dari itu, kami butuh hemoglobin tambahan."

"Tapi aku belum pernah melihatmu melakukan transfusi darah, Adnan."

"Hehe, transfusi darah itu mudah kok. Aku hanya disuntikkan darah orang lain setelah itu selesai. Namun aku harus melakukan terapi khelasi untuk membuang zat besi yang berlebihan dalam tubuhku. Aku pernah berbohong pada Aalia. Aku mengatakan ke Singapura untuk urusan bisnis, tapi padahal aku melakukan terapi itu."

"Adnan, kau berbohong. Itu dosa, tahu!"

Adnan terkekeh. "Aku berbohong karena amanah dari Ayahnya Aalia. Kalau tidak juga, aku sudah memberitahu ini kepada Aalia. Aku sudah berjanji, Cla."

"Kenapa ayahnya Aalia tidak mau Aalia tahu tentang penyakitmu?"

"Entahlah. Aku juga belum mendapat jawaban soal itu."

Setelah itu hening untuk sesaat. Hanya diisi dengan suara mesin EKG yang memberitahu detak jantung Aalia diruangan ini.

"Adnan, apa menjadi dokter itu enak?" tanya Clara pada Adnan tiba-tiba.

"Tidak," jawab pria itu singkat.

"Kenapa?"

"Karena tidak bisa dimakan," lelucon Adnan.

Wajah Clara yang tadinya serius berubah menjadi datar. Adnan pun tertawa namun tidak terbahak-bahak. Pria itu menyadari dirinya berada di ruang rawat inap Aalia.

"Jangan tertawa," kata Clara jutek. Namun Adnan tetap saja terkekeh, masih menatap Clara meledek.

"Ihh, berhenti tidak. Atau aku akan memukulmu!" Clara mengangkat tangan kanannya lalu mengaduh kesakitan. "Awh!"

"Clara kenapa?" tanya Adnan.

Clara menarik kembali tangannya dan memeganginya dengan tangan kirinya.

"Tanganku sakit, Adnan!" kesalnya.

"Biar aku lihat," ujar Adnan.

"Jangan!" teriak Clara.

"Shht, jangan teriak-teriak. Aalia masih sakit."

Clara terdiam. Dia menengok ke belakang dan melihat Aalia yang masih diam tak bergerak, lalu berbalik kembali dan menatap Adnan.

"Aku bilang jangan dipegang," ujar Clara lagi namun kali ini berbisik.

Adnan yang melihat tingkah lucu Clara kembali tertawa pelan.

"Astagaa!"

Tok tok!

Itu suara pintu diketuk. Mereka berdua terdiam menatap pintu, menunggu siapa yang akan muncul dibalik pintu itu. Saat engsel pintu terbuka, barulah mereka tahu siapa itu.

Imam Pilihan Ayah (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang