BaG #1 BAD Class

216K 8.2K 704
                                    

"As."

Dengan percaya diri, Jico membanting salah satu kartu berbentuk hati yang berada di tangannya, dan langsung menoleh ke arah kiri, menyorot sang wanita sebagai salah satu lawan mainnya.

"Pass gue," sambut wanita itu santai, menatap tak peduli, seolah itu hanya kartu biasa. Walaupun di tangannya masih tersisa 8 kartu, keberaniannya tak menciut sedikit pun. Dia optimis, tentu saja akan menang... lagi.

"Kita bertiga kartunya kurang dikit lagi, gue bahkan tinggal dua. Lo yakin, gak turun?" timpal Zaki, merendahkan wanita yang berada di sebelah kanannya itu.

"Gue sekali turun, lu semua pada ka'o entar. Main aja udah," sahut wanita berambut sepanjang di bawah pundak yang terkucir rapi itu.

"Edeh... yaudah. As skop!"

Zaki akhirnya melempar kartu yang sama dengan pria sebelumnya, hanya beda gambar dan warna saja.

"Dua!" Andi, pria yang berada di depan wanita itu, menindih dua kartu sebelumnya. Kini miliknya yang bernilai tinggi dari dua pria tadi.

"Lo lagi, Ji," sambungnya, menatap pria yang melempar kartu As di awal.

"Gue sekarang lewat," jawab Jico santai. Kartunya masih ada dua. Tapi ia tidak takut, karena wanita di sampingnya memiliki kartu lebih banyak darinya.

"Yakin gak ada yang turun? Berarti gue lagi nih?" ujar Andi.

"Udah, main aja, cepetan, elah. Gue udah gak sabar ini," tantang wanita itu.

"Ga sabar kalah lo?" remeh Zaki angkuh. Mentang-mentang kartu di tangannya tinggal satu. Padahal dia tidak tahu saja, kartu wanita itu bagaikan senjata yang sekali lepas peluru, dapat membunuh semua lawan dalam sekejap. Zaki sungguh sangat meremehkan keahliannya. Tiga pria melawan satu wanita. Dan hanya wanita itu saja yang belum turun dan masih memiliki banyak kartu di tangannya.

Wanita itu bernama lengkap Titania Rafa Adirah. Panggilannya banyak. Jika yang memanggil dari golongan sahabat atau keluarga, biasanya ia dipanggil Nia. Namun jika dari golongan orang iseng yang menurutnya sangat menyebalkan, dia dipanggil Titanic. Dan untuk umum atau lebih banyak, ia dipanggil dengan nama Rafa.

Julukan dan kelakuannya memang sebelas dua belas dengan kaum lelaki. maka jangan heran jika Rafa lebih suka main dan bercerita dengan mereka. Bahkan kadang, ia juga akan berkelahi. Jika itu perlu.

Sikap tomboy Rafa tak sedikit membuat orang-orang kadang enggan berteman dengannya, banyak yang mengatakan dia belagu, sok jagoan, suka meremehkan, usil, dan pembuat masalah paling terkenal seantero Tunas Bangsa. Padahal baru 3 bulan ia berstatus sebagai siswa baru.

Rafa mengipaskan delapan kartunya itu untuk menghilangkan sedikit keringat di pelipisnya, sambil berucap. "Jangan sombong, Zak. Entar lo malu kalo gue kalahin lagi. Belajar dari pengalaman dong. Lo gak sadar kita uda 6 kali main, dan gue belum pernah kalah?"

"Berarti sekarang waktunya lo Kalah, Raf," sengit Andi. Ia melempar dua kartu sekaligus, dengan angka 7 yang memiliki gambar dan warna berbeda.

Rafa tertawa. "Hahaha, lo yakin? Lo gak sadar baru aja ngasih gue makanan dengan melempar pair 7 itu?" balas Rafa balik merendahkan Andi.

"Nih, gue terima tantangan lo." Akhirnya setelah menunggu, waktu untuknya beraksi pun tiba. Rafa melempar sepasang kartu bernomor 2, melawan dua kartu 7 milik Andi. Dan pair 2 adalah yang tertinggi untuk saat ini.

Tiga lawannya itu saling bertatapan, mereka sadar seharusnya tidak mencela Rafa tadi.

"Gimana? Itu lawan dong! Diem-diem bae. Tadi lo pada berisik perasaan. Giliran gue main aja lu pada bisu." Rafa mengejek dan menatap wajah Zaki, Jico, dan Andi bergantian.

Bad and GoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang