BaG #57 Eight Letters

45.8K 3.4K 559
                                    

Dibalik lampu temaram taman, tepat di samping pohon beringin, empat siswa berdiri seraya memegang rokok di masing-masing tangan. Jika di jurusan IPA ada Rafa dan Fathir yang terkenal sering buat masalah dengan berkelahi, maka keempat siswa itu adalah perwakilan anak IPS yang berlangganan keluar-masuk ruang BK.

Satu diantaranya, semua orang sudah tahu, kalau pria itu adalah musuh bebuyutan Rafa.

"Al, Al. Coba lo liat pojokan sana noh, meja dekat aula. Itu si kapal bocor, bukan?"

Aldi menghisap puntung rokoknya, kemudian matanya menyipit memandangi arah telunjuk Dodi- teman satu gengnya.

"Njir! Itu cewek kenapa bisa bening begitu?"

Ivan yang memakai ikat kepala bertanya. "Jadi, beneran itu Rafa?"

Aldi tersenyum sinis, bibir kanannya terangkat memandang Rafa. Ia lalu membuang puntung rokok dan menginjaknya, Kemudian dengan tiba-tiba pria itu beranjak dari tempatnya untuk datang menemui gadis itu.

"Al, lo mo ke mana, woy?" Ferdi berteriak.

"Kita samperin dia." Aldi berkata seraya melirik sekilas ke arah Rafa. "Mumpung lagi sendiri."

Ketiga teman Aldi lantas tertawa, mereka kemudian mengikuti dari belakang langkah cowok itu.

"Hai, sayang." Karena memang dasarnya sikap Aldi kurang ajar, pria itu tanpa segan memegang dagu Rafa. Rafa yang mendapati sentuhan tak terduga dengan refleks menampar pipi Aldi.

"Bangsat lo! Ngapain lo di sini? Hah?!" Rafa memundurkan sedikit kursinya, karena meja itu kini diduduki Aldi bersama dengan teman satu gengnya.

"Ets, jangan marah dong. Niat kita baik mau temenin lo di sini, daripada lo sendirian? Iya ga?"

Rafa berdecih kasar. "Gue gak butuh lo temenin anjir."

Rafa berdiri dari kursinya berniat pergi dari sana dan mencari Jico ataupun Zaki, karena Dandi masih sibuk di atas panggung sementara Logan masih di luar.

Tapi baru saja dua langkah, Aldi sudah lebih dulu memegang lengan Rafa menahan kepergiannya. Rafa dengan kesal menghempaskan tangan pria itu. Ia dapat mencium bau rokok bercampur alkohol dari mulutnya.

"Jangan pergi, cantik. Oh iya, lo cocok pake baju kek gini. Tapi kurang seksi sih, masih lebih enak di liat kalau panjangnya di atas paha."

Rafa mengepal kuat tangannya ingin meninju Aldi dan menghabisi pria itu. Tapi melihat gaun yang ia gunakan, Rafa tak bisa bergerak leluasa, ia takut baju itu sobek, yang ada Rafa malah malu karena kulit badannya terlihat. Lagi pula Rafa belum pernah berkelahi menggunakan baju seperti itu.

"Aldi, sebelum gue muak ngehajar wajah lo itu, untuk yang kesekian kalinya. Gue minta lo sekarang pergi."

Aldi malah tertawa. "Lo yakin ngehajar gue dengan tampilan begini? Gue sekarang berempat bareng temen-temen gue. Kita bisa dengan mudahnya sobek baju lo itu biar lo malu sekalian."

Ancaman Aldi berhasil membuat Rafa bungkam ketakutan, karena selain pria itu kurang ajar, otaknya juga sedikit gila. Ia tak pernah main-main dengan ucapannya. Bahkan, Rafa dapat melihat kalau pria itu sama sekali tidak takut walaupun di sekeliling mereka banyak siswa yang berlalu lalang.

Rafa tak peduli, ia kembali berbalik badan berniat berlari dari hadapan Aldi, tapi dengan sigap Ivan dan Dodi meraih kedua tangan Rafa mencegat aksinya. Rafa ingin berteriak minta tolong, agar semua orang memandang ke arahnya, tapi belum sempat suara wanita itu keluar, Ivan dan Dodi sudah lebih dulu tersungkur di atas tanah karena seorang pria entah dari mana asalnya datang menghajar kedua pria itu.

Bad and GoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang