BaG #18 Si rese Logan

56.9K 3.7K 117
                                    

Setelah tadi sedikit berdebat dengan Fathir, Rafa akhirnya sampai juga di tujuan awal untuk menemui sahabatnya. Rafa melihat pintu ruang osis terbuka lebar dan ada beberapa sepatu di depan pintu, terletak tak beraturan. Sepertinya lagi-lagi Dandi sedang sibuk mengadakan rapat bersama pengurusnya yang lain.

Kalau sampai Dandi melihat Rafa datang menghampirinya, Dandi pasti akan menunda rapatnya. Oleh sebab itu Rafa memutuskan untuk berjalan mendekati ruang osis dengan keadaan sedikit menunduk agar wajahnya tak terlihat di jendela.

"Ulang tahun sekolah 3 bulan lagi. Ada begitu banyak hal yang harus di persiapkan."

Ketika sampai di dekat pintu, telinga Rafa tanpa sengaja menangkap suara seseorang sedang berbicara di dalam. Itu suara Dandi.

"Kepala sekolah memberikan tanggung jawab kepada kita dengan menyerahkan seluruh persiapan ulang tahun sekolah kepada pengurus osis. Dalam satu minggu ini, kita harus menyusun rincian kegiatannya, dan memberikan laporan kepada beliau. Untuk itu, saya harapakan tanggung jawab penuh dari kalian selama 3 bulan dari sekarang. Kepala sekolah tidak boleh kecewa karena sudah memberi kepercayaan kepada kita."

Tanpa penjelasan lebih, Rafa sudah cukup tahu apa yang sedang mereka bahas di dalam. Ternyata Dandi sibuk mengurus ulang tahun sekolah yang akan diselenggarakan 3 bulan lagi.

Mendengar itu, tujuan Rafa untuk datang menemui Dandi seketika hilang. Rafa tak bisa memberi tahu masalahnya pada sahabatnya itu saat ini, karena Rafa tak ingin menambah bebannya.

Karena Rafa tahu betul bagaimana watak Dandi. Jika Rafa menceritakan masalahnya sekarang, Dandi pasti akan memprioritaskan Rafa lebih dulu, hingga urusan dan tanggung jawabnya sebagai ketua osis akan terbengkalai. Tidak, itu tidak boleh terjadi.

Akhirnya setelah penuh pertimbangan, Rafa memutuskan untuk pergi saja dari sana, tanpa Dandi mengetahui keberadaannya.

♠♠♠

"Itu muka apa benang kelilit? Kusut amat neng?" Ucap Zaki ketika Rafa menarik bangku dan duduk semeja di depan mereka.

"Gimana Raf? Udah ngomong sama Dandi?" Tanya Jico memastikan.

Rafa menggeleng. "Gue ga jadi ngomong sama dia. Ga enak."

"Enak kalo di tambahin micin. Coba aja." Celetuk Zaki santai.

Kontan Jico langsung melempar wajah Zaki yang berada di sampingnya, dengan cemilan kacang telur yang sudah terbuka bungkusnya di atas meja. "Garing lo! Serius Kambing!"

Jico beralih menatap Rafa. "Kenapa emang?"

"Dia sibuk ngurusin ultah sekolah sampe dua bulan ke depan. Ya kalo misalnya gue ngasih tau dia skarang, ntar gue cuma jadi beban buat dia."

Zaki mengisi kacang dalam mulutnya seraya berucap. "Yaelah, paling dia lebih mengutamakan lo daripada urusan dia."

"Makanya itu Zak kecut, gue ga kasih tau dia, karena gue ga mau urusan dia di osis ga keurus." Balas Rafa. "Emang lo yang ga mikirin orang!"

"Trus lo bakal pasrah aja gitu masuk kelas Ekstra?" Ujar Jico sebelum meminum jus alpukatnya.

"Yaah... Mau gimana lagi. Terpaksa gue harus belajar sendiri." Sahut Rafa. "Lagian kalo nilai gue tetep gitu-gitu aja, kan ada lo Ji, yang bakal sekelas bareng gue."

"Ribet lo. Tinggal sewa guru private aja susah amat." Zaki memberi saran.

"Lo pikir uang cuma kek bulu ketek lo, yang tinggal main cabut doang?" Tukas Rafa. "Guru privete mahal coy!"

Bad and GoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang