BaG #22 Bolos

60K 3.5K 272
                                    

''Gue peringatin lo berdua, untuk jangan pernah, deketin Rafa lagi.''

Logan memutar kedua bola matanya saat menyadari bahwa yang mengucapkan kata-kata menusuk telinganya itu adalah sang ketua osis, Dandi Erlangga. Apakah tidak cukup dia menghadapi Fathir saja?

Sudah bukan rahasia umum bagi siswa Tunas Bangsa, bahwa ketua osis mereka itu memiliki kedekatan khusus dengan si siswi bermasalah. Semua orang tahu, ketika Rafa terlibat ke dalam hal yang dapat merugikannya, maka Dandi yang selalu ada untuk membantu wanita itu. Tapi sejauh yang Logan sadari, Dandi tak pernah unjuk gigi seperti ini. Logan sudah sering mengusili Rafa. Namun baru sekarang Dandi dengan enteng mengusik Logan.

Di sisi lain, Fathir merasakan yang sama. Ia pun terganggu dengan kehadiran pria yang belum dia ketahui namanya itu. Apalagi ketika mendengar nada intimidasi darinya. Siapa orang ini sebenarnya, hingga harus melarang seorang Fathir untuk jangan mendekati Rafa, wanita yang dalam seminggu ini sudah menjadi penantiannya?

Fathir merasa miris, menyadari fakta bahwa mendekati Rafa tak semudah yang ia bayangkan. Dia tak pernah menduga, kalau ternyata sudah ada pria lain yang hadir berdiri di samping wanita itu sebelum dirinya.

''Eh ada ketos.'' Tiba-tiba saja Logan bersuara, menepis hawa dingin di sekitar mereka bertiga. ''Tumben berkunjung. Kelas di lantai 2 gak enak ya? Makanya ke lantai 1?''

Dandi mendengus kasar mendengar ucapan Logan yang tidak mengindahkan ancamannya tadi.

''Dan lo..." Dandi menatap nyalang mata Logan. ''Berhenti untuk ganggu Rafa. Sampai kapan lo bakal jadi benalu di hidup orang?''

Walaupun kata-kata itu sedikit nyelekit, Logan berusaha bersikap santai dengan terkekeh sambil memegang bibir bawahnya, yang mana hal itu membuat darah Dandi naik hingga ke ujung rambut.

''Kalau lo lupa, biar gue ingetin, cewek bermasalah itu yang lebih dulu cari gara-gara sama gue, dengan numpahin air kotor ke sepatu dan celana gue.''

Dandi tersenyum sinis menanggapi Logan. ''Kalau lo lupa, biar gue ingetin balik, lo duluan yang ngusik Rafa dengan mengotori lantai yang udah dia bersihin. Dan kalo gue gak salah ingat, itu kejadian 2 bulan yang lalu. Sudah terlalu basi untuk diungkit. So, kenapa lo gak berhenti buat ganggu dia sekarang?''

Perkataan Dandi ada benarnya, kejadian itu sudah lama. Seharusnya Logan berhenti saja untuk mengusili Rafa sejak dulu, namun rasanya Logan tak ingin. Menjahili gadis itu adalah kesenangannya, itu sudah menjadi tradisi, yang ia bentuk sendiri. Maka jika dia berhenti, akan ada sesuatu yang kurang.

Bahkan tadi, melihat Fathir memeluk Rafa seenak dengkul, Logan rasanya ingin menendang kepala manusia itu. Sekali lagi, tak ada yang boleh merebut mainan favorite-nya, walaupun itu Fathir musuhnya, atau Dandi si ketua osis sekalipun.

''Berhenti?'' Logan mengulang ucapan Dandi tadi. ''Silahkan bermimpi."

"Gue gak tau hubungan lo dan cewek itu apa, sekalipun itu special, gue gak peduli. Bagi gue, lo cuma ketua osis yang kepentingannya ngurusin masalah sekolah, bukan ngurusin urusan gue.'' Logan melangkah mendekati Dandi, memukul-mukul pelan pundak pria itu sebelum berlalu. ''So stop, stopping me.''

Berlalunya Logan benar-benar ingin menumpahkan kemarahan Dandi. Ia tak pernah semarah ini pada seseorang. Namun rasanya menonjok bukanlah tipikal ketua osis itu. Ia masih harus menjaga citranya di depan orang, apalagi saat ini mereka sudah menjadi tontonan siswa-siswi di sekitar mereka. Maka sebisa mungkin Dandi mencengkram tangannya kuat untuk menahan emosi yang ingin menyulut di dalam dadanya.

Fathir sengaja tidak pergi dari sana, ia ingin mendengarkan keduanya. Dan dari perdebatan singkat Logan dan ketua osis itu, Fathir sedikit dapat menyimpulkan apa yang terjadi. Ternyata sebelum kehadirannya di sekolah ini, Rafa dan Logan sudah berselisih lebih dulu.

Bad and GoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang