BaG #35 Perjanjian Tertulis

47.1K 3K 53
                                    

Kontrak kerja sama

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama: Titania Rafa Adirah

Menyatakan dalam surat perjanjian ini dengan sesungguhnya akan mengikuti segala kesepakatan yang berlaku. Seperti :

1. Menuruti segala perintah yang diberikan.

2. Melakukan segala upaya untuk menyatukan kedua anak Bramanto Mahardika

3. Tidak akan menjalin hubungan khusus bersama kedua anak Bramanto Mahardika.

4. Bersedia untuk tinggal di rumah Bramanto Mahardika.

5. Hanya boleh meninggalkan rumah, saat kedua anak Bramanto tidak bertengkar (akur).

Perjanjian ini dibuat secara penuh kesadaran. Jika pihak yang bersangkutan berani melanggar satu kesepakatan, maka kiranya harus bersedia untuk menerima segala sanksi yang diberikan.

Jakarta, 09 september 2018.

Titania Rafa Adirah.

Rafa menelan paksa salivanya, disertai dengan mata yang membulat sempurna. Sudah hampir tujuh kali ia membaca kontrak yang ada di tangannya itu, tapi reaksi yang ia berikan selalu saja sama.

Shock!

Tentu saja. Pasalnya perjanjian itu terkesan sangat formal dan menakutkan. Selama hidup, Rafa belum pernah melakukan sesuatu seperti ini. Sekarang ia baru sadar, ternyata beginilah jika berani berurusan dengan para petinggi perusahaan, yang setiap harinya di kelilingi dokumen-dokumen resmi.

Kemudian berkaitan dengan kesepakatan nomor 4 dan 5.

What?

Rafa harus tinggal di rumah Pak Bramanto?

Yang benar saja?!

Sungguh! Ingin sekali Rafa berkomentar dan mengatakan ketidaksetujuannya, namun ucapannya kemarin, yang mengatakan :

"Bapak tak perlu khawatir. Saya akan menuruti segala permintaan Bapak."

Kata-kata sialan itu terus mengiang di kepalanya. Alhasil, Rafa hanya bisa mati kutu saat ini.

Sekarang Rafa mengerti, mengapa kemarin Bramanto mengatakan padanya untuk menguatkan hati agar tidak terkejut, ternyata inilah alasannya.

"Ini sudah yang ke sepuluh kali, kau membaca kontraknya." Bramanto berkata untuk yang pertama kalinya, setelah ia memberikan surat itu lima belas menit yang lalu. "Apa ada yang ingin kau katakan?"

Rafa menggeleng pelan dengan pasrah. "Tidak, pak."

"Lalu apa yang kau tunggu?" tanya Bramanto. Tangannya menunjuk materai enam ribu yang tertempel di sebelah kanan bawah surat itu. "Silahkan tanda tangan."

Rafa mengambil pulpen yang terletak di atas meja kerja Bramanto dengan ragu-ragu. Entah mengapa, rasanya sangat sulit untuk sekedar menggerakkan jemarinya. Namun setelah menarik napas panjang, dan mengembuskannya perlahan, akhirnya keberanian Rafa terkumpul dan surat itu berhasil ditandatangani dengan coretan tangannya.

Bramanto tersenyum puas. Ia lalu mengambil surat itu dan memberikannya kepada Fattah-sekretarisnya yang sedang berdiri di samping kanannya.

"Mulai besok, kau sudah bisa menjalankan tugasmu," kata Bramanto menatap Rafa. "Dan hal pertama yang harus kau lakukan adalah, membuat anak-anakku kembali tinggal di rumahku."

Sekali lagi, Rafa menelan salivanya paksa. "Bagaimana jika mereka tidak ingin?"

"Kau harus berusaha, Rafa. Itu tugasmu."

Bad and GoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang