BaG #7 Terlambat

76.7K 4.7K 136
                                    

"Oh, my God!" Rafa terperangah ketika turun dari atas motor. Dilihatnya pintu gerbang sekolah sudah terkunci di sana. Bersama dengan Pak Roy, satpam sekolah yang mondar-mandir di dekat pintu, sedang memukul-mukul tonfa-nya di salah satu tangan.

Seandainya si Bapak tukang ojek mengizinkan Rafa untuk bertukaran posisi dan membawa motor tadi, mungkin ia masih berkesempatan untuk masuk ke gerbang sebelum ditutup rapat.

Selama ini Rafa tak pernah telat, karena ia selalu berkendara dengan kecepatan 70km/jam ketiga pagi hari. Bahkan ketika macet, walaupun tidak memungkinkan untuk menerobos, Rafa main masuk saja walaupun dapat umpatan dari pengendara lain, karena buru-buru.

Namun si Bapaknya tadi malah takut-takut untuk menyerobot, dan melaju hanya dengan kecepatan 40km/jam. Maka inilah akibatnya...

Sekali lagi Rafa mengembuskan napas berat. Tidak seharusnya ia menyalahkan tukang ojek itu. Sudahlah, ini kesalahannya.

"Makasih Pak." ucap Rafa sambil membayar dan memberikan helm berwarna hitam itu.

Setelah Bapak itu pergi, dengan beraninya Rafa melangkah ke dekat gerbang. Berusaha untuk membujuk, kali aja Pak Roy hari ini berbaik hati.

"Halo Pak Roy?" sapa Rafa berbasa-basi sok akrab, sambil memegang besi gerbang dan menempelkan kepalanya di sana.

Pak Roy menoleh lalu menunjuk wajah Rafa dengan tongfa-nya. "Kamu?!"

"Hehe, iya Pak, saya. Bapak kenal saya, kan?"

"Siapa yang tidak kenal, siswi baru pembuat onar seperti kamu, Rafa?" Pak Roy berjalan mendekat.

Mereka berdua berdiri dengan jarak yang tak jauh, dan gerbang sebagai perantara keduanya.

"Aduh, Pak. Biar saya koreksi lagi. Saya bukan pembuat onar. Saya siswi baik-baik kok." Rafa mengacungkan jari telunjuk dan tengahnya serta berlagak sok manis. "Suer deh."

Jika saja bukan karena Mamanya di rumah yang melarangnya untuk tidak datang ke sekolah, Rafa sebenarnya malas untuk bertingkah seperti ini.

Pak Roy menggeleng pelan. "Dengan berkelahi, mengusili guru, dan terlambat seperti ini. Itukah definisi baik menurutmu?" tanya pria berkulit eksotik itu menatap tajam ke Rafa.

"Ya ampun, Pak. Kalo Bapak tidak tau, biar saya kasih tau nih ya. Itu saya berantem sebenarnya demi ketenangan nusa dan bangsa. Dan mengusili guru itu cuma bercanda, kok. Dan terlambat saya baru kali ini," jelas Rafa ada jeda. "Ga percaya pak? Cek deh di absen kelas saya. X IPA 3. Kalo Bapak gak tau kelas saya di mana, nanti saya yang ambilin, tapi ini buka dulu yah Pak?" Tangan Rafa menunjuk gembok.

"Ga bisa! Kamu pikir saya bodoh? Saya sangat mengenal watak siswi seperti kamu ini. Kamu mau memanipulasi saya kan?"

Aduh, Bapak ini bahasanya terlalu tinggi. Rafa jadi kesal mendengar kata manipulasi atau apalah itu!

"Saya bukan maminipulalisasi Bapak. Saya cuma mau Bapak bukain pintu. Nanti saya kasih rokok satu batang milik teman saya deh. Janji"

Mendengar perkataan itu bukannya bersikap baik, Pak Roy malah makin berang. Ia menatap nyalang ke Rafa. "Kamu mau sogok saya?!!"

Walaupun sudah di bentak dan di tatap nyalang, Rafa tak gentar sedikit pun. "Bukan sogok, Pak. Itu sebagai tanda terima kas-"

"Pergi! Tak ada negosiasi di antara kita." Pak Roy menunjuk jalan raya.

"Bapak Vikinisasi lovers yah? Dari tadi ngomong pake asi-asi. Maminipulalisasi lah, negosiasi lah. Saya bingung, Pak." Bukannya takut, Rafa malah bercanda. Ia sebenarnya tahu arti dari perkataan Pak Roy, namun ia ingin mencairkan suasana. Kali saja dengan begitu, dapat membuat Bapak setengah tua ini membukakan pintu dengan senang hati.

Bad and GoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang