BaG#41 Penenang

50.8K 3.3K 239
                                    

"Makasih, untuk informasinya..."

Fathir langsung menutup telepon setelah tadi berbincang singkat bersama pengawal pribadinya. Rasa penasaran Fathir tak bisa ditahan, sehingga ia memutuskan untuk menghubungi pria kekar itu. Setelah mendengar penjelasan yang diberikan, Fathir merasa sedikit berlega hati, sebab hal yang ia takutkan ternyata tidak terjadi.

Fathir menghabiskan waktunya di dalam UKS seperti biasa, ia baru saja selesai membersihkan dan mengobati luka-luka bekas tonjokan Dandi, kemudian tiduran sambil main game hingga jam pulang sekolah berbunyi. Kalau sudah main game, Fathir memang suka lupa diri.

Merasa kepalanya sudah agak pusing--karena sedari tadi menatap layar ponsel sambil tiduran, Fathir memutuskan untuk beranjak dari kasur putih itu dan keluar dari bilik. Begitu tangan Fathir menarik gagang pintu UKS hingga terbuka, seseorang tiba-tiba saja melintas cepat di hadapannya.

Fathir mengernyitkan dahi, kepalanya lalu menoleh ke kanan mengikuti arah lari orang itu. Setelah menyadari bahwa itu adalah Rafa. Fathir memutuskan untuk mengikutinya, ia bahkan sampai lupa menutup pintu UKS.

Braaakk!!!

Fathir langsung terlonjak kaget saat sampai di ujung koridor, mendengar pintu toilet tiba-tiba saja ditutup--dibanting kuat. Fathir cepat-cepat mendekati pintu itu dan ingin mengetuk, menanyakan keadaan Rafa. Namun tangan Fathir berhenti di udara saat pekikan keras terdengar dari dalam.

"BRENGSEK!!! LO BRENGSEK!!! LO COWOK BRENGSEK!!!"

"Seharusnya lo bilang ke gue. Kalo gue cuma sahabat lo! Seharusnya lo gak perlu jadiin gue, seolah gue adalah prioritas lo, bangsat!!!"

Tangan Fathir yang tadinya ingin mengetuk pintu, tiba-tiba mengepal kuat mendengar Rafa berteriak dengan rasa sakitnya. Sialan! Lagi-lagi wanita itu melampiaskan rasa sakitnya sendiri.

"Dan lo, Raf! Lo juga tolol. Kenapa lo bisa suka sama sahabat lo sendiri? Kenapa lo nyimpen perasaan taik kayak gini? Lo seharusnya sadar woy. Cewek bukan lo doang! Bukan lo doang!!!"

Fathir merasa hatinya diremas kuat, mendengar Rafa berteriak histeris di dalam. Ia sungguh, ingin membunuh pria yang sudah menyakiti hati Rafa seperti itu.

Mendengar Rafa menyebutkan kata sahabat, Fathir yakin sekali kalau orang yang dimaksud, adalah pria yang berkelahi dengannya tadi.

Dandi sialan!

Tok! Tok! Tok!

Akhirnya Fathir tak bisa berdiam diri, pria itu langsung mengetuk agar Rafa cepat membukakan pintu. Sehingga wanita itu tak perlu berlama-lama melampiaskan kekesalannya sendiri seperti orang gila.

Akan tetapi, wanita itu tak kunjung membukakan pintu. Kini rasa kesal Fathir berubah jadi khawatir.

Bagaimana jika terjadi sesuatu pada Rafa, karena menyiksa dirinya lagi?

Argh! Dengan membabi buta, Fathir mendobrak pintu itu kuat-kuat. Ia tak peduli lagi dengan otot lengannya yang sakit. Sebab di pikiran Fathir, cuma satu. Keadaan Rafa...

Begitu pintu toilet terbuka lebar, Fathir mengembuskan napas lega. Sebab wanita tomboy itu nyatanya baik-baik saja. Fathir tersenyum tipis, melihat Rafa seperti orang ketakutan. Rafa pasti mengira kalau yang memergokinya adalah guru, sehingga ia menutup mata seperti itu.

Pelan-pelan, Fathir mendekati Rafa. Lalu menarik badan wanita itu agar bersandar di pelukannya. Fathir siap untuk menjadi tempat pelampiasan, sebab ia tahu, Rafa membutuhkan itu untuk menyalurkan emosinya yang terpendam.

Fathir sudah siap, jika nanti dada bidangnya menjadi objek pukulan tangan Rafa, namun bukannya mendapat pukulan, Fathir justru terkejut karena Rafa tiba-tiba saja membalas pelukannya sambil menangis menyebutkan namanya.

Bad and GoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang