BaG #12 Siswa Pindahan

70.7K 4.4K 229
                                    

Teet... Teet... Teet...

Sebuah lengkingan keras berasal dari benda persegi di atas nakas. Membuat sang pemilik seketika terjaga dari mimpinya. Pelan-pelan ia menggeliat, lalu mematikan alarm itu. Tapi sebelum meletakkan kembali, ia mengecek waktunya lebih dulu.

Dan seperti biasa, masih jam 04.30 subuh.

Tanpa ancang-ancang lagi Rafa kontan bangkit dari posisi terlentangnya, untuk menata tempat tidur. Setelah merasa sudah rapi, Rafa kemudian keluar kamar menuju toilet di area dapur untuk membasuh wajah agar kesadarannya sepenuhnya kembali.

Hal ini memang hampir di setiap pagi Rafa lakukan. Walaupun mendapat cap sebagai siswi bermasalah di sekolah, bukan berarti ia juga pembangkang di rumah. Rafa bisa dikatakan sebagai anak mandiri untuk remaja seusianya.

Setiap pagi ia bangun sebelum matahari terbit, membersihkan tempat tidur, memasak, menyapu, lalu mandi untuk pergi ke sekolah. Hal yang tak pernah terbayangkan untuk dilakukan oleh seorang Titania Rafa Adirah. Namun begitulah faktanya.

Semenjak Bu Imah sakit, dan karena Gita masih kelas 2 SMP, maka Rafa lah yang lebih banyak berperan dalam urusan rumah. Adiknya hanya membantu seadanya saja. Namun sejauh ini Rafa tidak pernah mengeluh untuk itu. Baginya apapun untuk Mamanya akan ia lakukan.

Rafa juga bersyukur Gita bersekolah di SMP dekat rumah mereka. Sehingga jika Gita memiliki kesempatan, adiknya itu akan ke rumah melihat kondisi Mamanya. Makanya Rafa tidak terlalu khawatir ketika ia masih berada di sekolah.

Krek... krek..

Sebuah suara mengagetkan Rafa. Ia spontan menoleh ke kiri, dan mendapati Bu Imah dengan kursi rodanya datang menghampiri Rafa yang sedang berkutat dengan alat dapur.

"Mama udah bangun?" tanya Rafa lembut, menghentikan sebentar aktivitas memotong sayurnya.

Mamanya mengangguk tersenyum. "Iya mayak apa agi hayi ni?" tanya Bu Imah susah payah dengan mulut membengkok.

"Ini, Nia mau masak sayur kangkung. Mama suka makan tumis kangkung kan?" tanya Rafa tersenyum masih dengan nada lembutnya.

Sekali lagi Bu Imah mengangguk juga ikut membalas tersenyum. Tapi di dalam hati sebenarnya ia merasa iba sebab tak punya pilihan lain selain melihat anaknya itu mengurusi pekerjaan rumah tangga setiap pagi seperti ini.

Bu Imah sangat terpukul karena tak bisa lagi berdiri seperti dulu, untuk mengurus anak-anaknya. Sejauh ini yang bisa Bu Imah lakukan hanya berdoa agar kesehatannya bisa kembali seperti dulu. Ke masa di saat semua masih baik-baik saja.

"Kalo gitu Mama nonton aja yah." Rafa mendekati Bu Imah, ia mendorong kursi rodanya hingga sampai di depan televisi.

Dan sebelum kembali ke dapur melanjutkan aktivitasnya, Rafa mencium sekilas pipi Mamanya. "Nia lanjut masak yah. Mama di sini aja."

♠♠♠

Sehabis mandi dan berpakai baju, Rafa memandang dirinya depan cermin. Tak perlu muluk-muluk, Rafa hanya mengikat rambut dan memakai bedak seperti biasa. Dan karena ini hari senin, Rafa memasangkan dasi juga ke kerah bajunya sebagai atribut upacara.

Dalam beberapa detik, Rafa tanpa sadar memandang dasinya itu. Memang sudah tak kotor seperti minggu lalu karena ia telah mencucinya. Tapi kenangan buruk masih begitu membekas di sana. Rafa tak akan pernah bisa lupa bagaimana pria itu memperlakukannya dengan ketus tanpa ucapan terimakasih padahal sudah menolongnya.

Dan lagi, satu hal yang Rafa baru sadari sehari setelah insiden itu, ternyata pin name tag-nya juga hilang. Terpaksa ia harus membuat baru dan membayar lagi di koperasi. Oh ya ampun! Kenapa orang itu mendatangkan banyak kesialan di hidup Rafa? Untung saja ia belum pernah lagi bertemu dengannya, dan semoga tak akan pernah!

Bad and GoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang