BaG #25 Lolos dari pengawalan

52.6K 3.2K 60
                                    

Di dalam ruangan cukup besar dengan dominasi cat warna putih, wanita cantik paruh baya itu terbaring lemah dengan sisa kesadaran yang dimiliki. Kedua kelopak matanya terasa berat, namun pandangan suramnya masih mampu untuk terbuka menatap samar objek di sekeliling tempat tidur.

Di sebelah kanan dari posisinya berbaring, ia merasa jemari anaknya menggenggam tangannya erat. Kepalan mereka terasa hangat, dan sedikit berkeringat. Wanita itu juga merasa ada getaran di tangannya, seolah rasa takut kehilangan tergambar nyata.

"Ibu harus kuat..." Itu kata Anaknya. Suaranya lembut menenangkan jiwa, lantas membuat wanita itu tanpa segan mengangguk kecil sembari mengukir senyum, di balik masker oksigennya sebagai balasan.

Namun dalam sekejap, semua terasa berbeda. Tiba-tiba napasnya tercekat, aliran darah di dadanya juga mengalir sangat cepat, ia meringis kesakitan menutup mata, merasakan nyeri menusuk di jantungnya.

"Ibu kenapa?" Anaknya yang melihat kesakitan itu, mulai cemas. Tangan kanannya berpindah tempat untuk mengelus kepala Ibunya. "Ibu kesakitan lagi?"

Di luar dugaan, tanpa menjawab pertanyaan anaknya, wanita itu melepas masker oksigen yang menutupi hidung dan mulutnya.

"Bu, itu gak boleh dilepas..." Anaknya mulai panik menatap kelakuan Ibunya yang tak habis pikir.

"I... Ibu mau ngo... mong, Atir." Susah payah, wanita itu berkata sembari menahan rasa sakitnya. "Panggil... kan Ayahmu dan... Tante Wanda."

Sebenarnya dokter hanya membolehkan satu orang masuk untuk berkunjung di dalam ruangan itu, namun melihat permohonan Ibunya, pria itu akhirnya keluar dengan langkah tergesa-gesa memanggil Ayah dan Tante Wanda yang duduk di luar ruangan.

"Yah, Tante... Ibu... Ibu manggil."

Ayahnya langsung berdiri dari duduk, dengan langkah lekas masuk ke dalam ruangan tanpa mempedulikan tuntutan dokter yang menyuruhnya menunggu di luar. Perasaan gelisah tiba-tiba menyerang hatinya. Entah mengapa. Semoga itu bukan pertanda buruk sebagai suami.

"Ada apa sayang?" tanya Suaminya panik, tangan kirinya mengelus rambut istrinya pelan. "Kenapa kau melepas maskermu?"

"Mas... ini, ini waktu yang tepat... untuk memberi tahu... Atir."

"Jangan sekarang sayang. Kau harus sembuh dulu. Kita bisa bicarakannya nanti, yah?" Suaminya mulai memasangkan kembali masker itu ke wajah istrinya. Sungguh, ia tak sanggup melihat wanita itu berbicara kesakitan menahan sesak di dadanya.

"Kebenaran apa, Yah?" Anaknya yang sempat mendengar dialog mereka tadi mulai penasaran. Dia sudah kelas 2 SMP, dan sudah cukup mengerti, ucapan Ayah dan Ibunya, bahwa ada yang disembunyikan darinya.

"Ayah akan memberitahumu nanti, Atir. Biarkan Ibumu istirahat dulu," ucap Ayahnya berusaha bersikap tenang. "Wanda, tolong panggilkan dokter."

Wanita bernama Wanda itu lantas melepas gigitan jarinya. Sejujurnya ia juga mulai merasa khawatir dengan kondisi kritis sahabatnya itu. Sedetik kemudian ia keluar ruangan untuk memanggil dokter.

Namun lagi-lagi, perasaan menyesakkan di dalam rongga dada wanita itu kembali menyerang. Tak banyak waktu lagi yang tersisa untuknya. Detak jantungnya meningkat dalam sesaat, naik turun dengan tempo yang sangat cepat. Diikuti aliran darah yang mengalir deras di bagian dada.

"M... Mas?" lirih wanita itu. Ia mencengkram lengan suaminya sangat kuat, sampai menimbulkan bekas kuku. "A... aku..."

Suami dan Anaknya mulai gelisah setengah mati. Keringat dingin bercucuran dari tubuh mereka. Tak ada yang bisa menerima jika waktunya sudah tiba. Tolong, jangan biarkan dia pergi dalam keadaan menderita, biarkan wanita itu bahagia.

Bad and GoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang