BaG #2 Rafa (vs) Logan

128K 6.2K 236
                                    

Belum sempat Andi membalas ucapan Rafa, pintu kelas kembali di ketok kuat.

"Ck, siapa lagi sih?" gerutu Rafa kesal. "Ganggu aja!"

Tok! Tok! Tok!

Karena tak mendapat respon, orang yang berdiri di balik pintu kelas X IPA 3 itu terus mengetuk pintu, bahkan terdengar semakin keras.

"Woy, siap-" Ucapan Wawan terpotong ketika membuka pintu. "Oh, Logan. Kenapa?" tanyanya sambil menatap pria bernama Logan itu.

"Speaker kelas lo boleh matiin ga? Kelas gue lagi belajar soalnya," pinta Logan.

Logan Adiputra, siswa pandai seangkatan kelas sepuluh. Ia memiliki postur tubuh ideal dengan tinggi badan 185 cm. Wajahnya di lengkapi dengan rahang kokoh, bibir seksi tipis, hidung mancung, alis tebal dan mata tajam dengan iris berwarna gray, serta jangan lupa dagu terbelah yang menjadikannya identik.

Semua yang Logan miliki memang tampak sempurna, ia juga tak angkuh, bahkan Logan tipe pria yang suka tersenyum. Sehingga membuatnya mendapat julukan sebagai siswa tertampan dan rendah hati menurut survei para wanita di Tunas Bangsa.

But... except, Rafa!

Bagi Titania Rafa Adirah, Logan adalah laki-laki paling menyebalkan yang pernah dia kenal. Karena pria itu sering mengejeknya, merendahkannya, dan adu mulut bersama dengannya. Bahkan sekarang dia sudah siap lagi untuk itu.

"Ada apa ya murid teladan?" tanya Rafa sarkastik, dengan penekanan di kata terakhir. Ia menatap Logan tanpa takut, tangannya terlipat di depan dada.

"Nyonya siswi bermasalah, itu tolong, speaker-nya matiin dong!" pinta Logan tersenyum manis. Dan Rafa selalu benci melihat itu. Bisa-bisanya dia tersenyum di saat Rafa sangat membenci kehadirannya.

"Tuan murid teladan, yang namanya di nomor satu waktu pengumuman. Kalo anda belum tau, biar saya kasih tau sekarang ya, tuan. Saat ini guru lagi pada rapat. So, itu artinya kelas free. Jadi terserah kelas saya mau ngapain! Anda boleh pergi sekarang!" Rafa menggerakkan tangannya dengan gestur mengusir Logan.

Logan memegang pergelangan tangan Rafa kuat. "Matiin ga, speaker-nya!?"

Rafa menghempaskan tangan Logan kasar. "Kalo enggak? Mau apa lo?"

Bibir kanan Logan tersungging seraya menggeleng pelan menatap Rafa. "Lo gak bosen cari gara-gara sama gue? Gue aja suntuk liat tingkah absurd lo tiap hari! Apa jangan-jangan lo juga suka ya sama gue? Makanya alasan sok nantang gue gini. Lo suka kan debat sama gue?"

Rafa mendelik. Hell ya! Manusia ini ternyata memiliki tingkat kepercayaan diri yang sangat tinggi.

"Suka? Sama lo? Ckck." Rafa berdecak seraya menggeleng kepala pelan. "walaupun dunia ini lakinya hanya satu, dan itu cuma lo doang. Gue gak mungkin jatuh cinta sama laki-laki PDOD kayak lo yang suka tebar pesona di mana-mana."

"Btw, PDOD apaan?" Logan mengernyit.

"Percaya Diri Over Dosis! Asal lo tau!"

"Ooh..." Dengan satu tarikan napas Logan angguk-angguk. "Gue baru tau ada yang begitu. Tapi boleh juga. Cowok PDOD mah gapapa, asal ganteng, bebas. Dari pada lo, bego tapi suka cari masalah?"

See?

Tangan Rafa mengepal kuat. Lagi-lagi Logan menghina Rafa tepat di depannya. Ingin sekali Rafa mencakar tampang mulusnya itu, dia pikir siapa dirinya?

"Kalo lo datang ke sini cuma pen ngehina gue, mending lo balik ke kelas VIP lo deh!" sindir Rafa masih sabar.

Kelas Logan memang dapat julukan VIP, di dalamnya orang-orang pintar dan berada semua. Bahkan isinya cuma 20, di saat kelas lain memiliki 30 siswa.

Bad and GoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang