BaG #36 Awal yang buruk

52.9K 3.1K 97
                                    

Guru pelajaran pertama segera mengucapkan salam penutup untuk mengakhiri kelas pagi itu, setelah tadi mulutnya sudah hampir berbusa karena berceloteh tidak jelas. Rafa setengah mati menahan kelopak matanya dengan jari agar tidak tertutup, karena suara Pak Somat bagaikan obat tidur. Pria bermata sayu itu memang hobi berpidato sampai suka lupa diri kalau istirahat sudah berbunyi sepuluh menit yang lalu, membuat Rafa kewalahan melawan magnet kelopak matanya.

Pak Somat benar-benar pembawa virus kantuk. Lihatlah, begitu Pak Somat keluar dari kelas, ajaibnya stamina Rafa langsung terkumpul, dengan mata yang kembali melek sempurna.

"Wiih, rekor baru ini, mah. Tumben lo gak tidur, Raf," heboh Zaki diiringi suara gaduh kelas yang satu per satu beranjak dari kursi menuju kantin sekolah.

"Lo gak tau gimana susahnya gue buat tetep melek," kata Rafa sambil mengisi satu per satu buku ke dalam lacinya. "Kalo ada lakban, mungkin dah gue pakein di kelopak atas mata gue."

"Lo gak nanya sih. Padahal gue ada lakban," sahut Jico yang sedang duduk pangku kaki di samping Zaki.

"Mana?"

"Di rumah."

"Bodo amat, woy!" gemas Rafa.

Jico dan Zaki terkekeh pelan.

"Oh iya, Raf. Kita ke ruang musik dulu. Ini anak-anak pada ribut di grup, suruh ngumpul."

Rafa mendongak dari tempat duduknya menatap Jico dan Zaki yang sudah berdiri.

"Lo berdua akhir-akhir ini, sibuk banget perasaan."

"Iya cuy. Soalnya ulang tahun sekolah bentar lagi. Jadi kita harus banyak latihan buat ngisi acara nanti," jawab Jico.

Rafa mengetuk-ngetukkan jarinya di atas meja. "Bukannya ulang tahun sekolah 3 bulan lagi? Selesai semester, kan?"

"Yaah, gitu lah. Kita di suruh siapin dari sekarang."

Rafa mengangguk-angguk sambil mulutnya berbentuk huruf o. Setelah itu Jico dan Zaki langsung pergi meninggalkan kelas. Padahal Rafa baru saja ingin menceritakan masalahnya mengenai kontrak kerja sama itu. Karena biasanya, Jico dan Zaki selalu bisa memberikan masukan-masukan walaupun diselingi candaan.

Rafa jadi kesepian. Karena ulang tahun sekolah itu, sahabat-sahabatnya jadi mempunyai kepentingan sendiri. Seperti Dandi, sebagai ketua panitia yang juga sibuk dari seminggu yang lalu mengak adakan rapat di ruang osis.

Rafa mengembuskan napas panjang, kepalanya ia letakkan di atas meja dengan tatapan menerawang dan wajah yang menghadap ke meja Fathir di samping kirinya.

Tapi, ngomong-ngomong, di mana siswa dingin tukang tidur di kelas itu? Sejak Rafa masuk kelas, ia belum melihat batang hidungnya. Padahal hari ini misi pertama Rafa harus segera dilaksanakan.

Ah iya! Misi pertama!

Wanita itu tiba-tiba bangkit semangat dari bangkunya. Rafa harus segera menemukan Fathir dan Logan untuk berbicara dan membujuk agar tinggal di rumah besar mereka.

Rafa keluar kelas dengan tergopoh-gopoh. Pertama ia harus menemukan Fathir, karena kalau Logan, ia bisa membicarakannya nanti, saat mereka belajar atau saat pria tengil itu mencarinya.

Tempat pertama yang menjadi tujuan awal Rafa adalah rooftop, sebab siswa berandal seperti Fathir biasanya suka main di tempat sepi, dengan angin sepoy-sepoy untuk menghilangkan stress sambil merokok atau tiduran. Namun setelah pintu rooftop terbuka, bukan Fathir yang Rafa dapatkan, malah dua sejoli yang nampak kaget dan buru-buru melepaskan ciuman mereka. Damn it!

Rafa kembali menutup pintu. Sebelum berjalan lebih jauh, ia berpikir di mana tempat favorit pria itu?

Bukankah pria itu hobi tidur?

Bad and GoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang