BaG #17 Kelas Extra

58.2K 3.6K 82
                                    

Rafa berjalan sambil menenteng tas menuju kelas. Ia bersiul ria sembari memutar-mutar gantungan dan kunci motor di jari telunjuk. Sesampainya di kelas, Rafa melihat Jico dan Zaki tertawa terpingkal-pingkal di tempat duduk sambil menonton ponsel dan memakai headset di masing-masing satu telinga.

"Hahaha, gila woy! Itu ada rambutnya di bawah pusar. Lo liat," ucap Jico tergelak. "Burungnya juga nonjol astaga. Haha."

"Wakakak, itu goyangannya ngalahin Zaskia Gotik coy," sahut Zaki juga ikut terbahak.

Rafa yang masih berdiri, menatap kedua sahabatnya dengan bingung. Kontan tangan Rafa menarik headset di telinga mereka hingga terlepas.

"Lo berdua ngapain? Masih pagi-pagi udah liat yang plus plus ya lo!" tuduh Rafa menunjuk wajah mereka berdua.

Jico berkata masih dengan sisa tawanya. "Lo liat deh Raf. Lucu tau."

"Apaan? Ga mau! Gue gak doyan bokep," gidik Rafa menaruh tasnya di bangku.

"Yee. Otak lo noh yang bokep," timpal Zaki. "Ini kita lagi nonton tik tok. Lo sih, ketinggalan zaman."

"Bukan gue yang ketinggalan. Lo berdua aja yang alay nonton begituan," sahut Rafa. Tapi sedetik kemudian ia berubah pikiran. "Eh tapi, liat dong." Rafa merebut ponsel di tangan mereka. Ia juga sedikit penasaran ingin melihat video yang tadi membuat Jico dan Zaki terpingkal-pingkal.

Rafa kemudian melepas colokan headset hingga suara dari ponsel itu terdengar.

Emang lagi manja, lagi pengen di manja. Pengen berduaan dengan dirimu sajaaa...

Emang lagi syantik, tapi bukan sok syantik... syantik.

"Hahaha. Ini banci kocak bener dah. Itu rambut pusar sama ketek belum dicukur, lebat banget gila." Kini Rafa yang terpingkal-pingkal karena menonton video tik tok tersebut. Di dalam video itu Banci sedang bergoyang lentur tanpa memakai baju. Hanya celana pendek dengan totol-totol warna-warni saja yang terlihat.

Jico langsung merampas ponselnya. "Ye, lo bilang orang yang nonton tik tok alay. Eh, taunya lo yang paling doyan."

Tawa Rafa langsung memudar kala Jico mengambil ponsel dari tangannya. "Ga asik lo."

"Coba puter yang lain, Ji. Yang itu... yang goyang dua jari, sama ada lagu aisyah dan jamila nya itu loh," saran Zaki.

"Tuh denger. Anak zaman now paling tahu," ejek Rafa menunjuk Zaki.

Kriiiiinnngggg...

Keseruan mereka bertiga kemudian terhenti ketika bell jam pertama berbunyi.

Suara protes terdengar memenuhi ruangan. Kelas yang Banyak Anak Durhakanya ini terlihat sedikit terusik dengan itu. Sebab aktivitas mereka harus tertunda dan dilanjutkan dengan belajar materi yang membosankan.

"Yaelah. Ga tau apa ini orang lagi seru?" keluh Zaki.

"Istirahat bantuin gue hancurin ntu lonceng Zak," celetuk Jico.

"Sekalian toanya juga Ji. Berisik," tambah Rafa.

Detik berikutnya kelas menjadi hening. Guru dengan tahi lalat besar di dekat hidungnya kini memasuki kelas. Guru itu lebih suka dipanggil Kitty, walaupun di ktpnya dengan jelas tertulis Sitti. Guru yang merupakan wali kelas mereka itu mengajar pelajaran Bahasa Indonesia.

Dan seperti biasanya, jika wali kelas yang masuk, maka akan diawali dulu dengan pemberitahuan singkat.

"Selamat pagi, anak-anak!" sapa Bu Kitty, sambil meletakkan buku-buku tebalnya di meja dekat papan tulis.

Bad and GoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang