EXTRA PART #3

26.6K 1.2K 125
                                    

Berpisah Untuk Bersama

⬇⬇⬇

Tok! Tok! Tok!

Suara ketukan di pintu membuat Bramanto memberhentikan sebentar aktivitasnya yang tengah berkutat pada laptop di meja kerja. Ia menoleh ke arah pintu sembari melepas kacamata bacanya.

"Masuk." Titah pria paruh baya itu.

Daun pintu segera terbuka pelan, Fathir melangkah masuk ke dalam dan duduk di kursi depan Ayahnya dengan meja kerja sebagai perantara mereka.

"Sudah jam 1 malam. Kenapa belum tidur?" Tanya Bramanto menatap Fathir dengan alis mengerut.

Fathir menggeleng, "tidak bisa tidur. Ayah sendiri, kenapa belum tidur?" Tanyanya balik.

Bramanto menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi di belakangnya, tangan kananya yang memegang kacamata terletak di atas meja.

"Masih ada beberapa pekerjaan yang harus Ayah selesaikan."

"Kenapa tidak besok saja?"

"Ini harus segera selesai, Fathir. Sebelum Ayah memberikan semua tanggung jawab perusahaan pada kalian, Ayah harus memastikan bahwa pekerjaan Ayah telah selesai."

"Well okay. Kalau begitu biar aku yang selesaikan. Ayah bisa istirahat." Kata Fathir. Tapi Bramanto menggeleng tegas.

"Tidak. Ini tanggung jawab Ayah." Katanya, "Kenapa kau datang ke sini malam-malam?"

Dalam beberapa detik Fathir hanya diam. Ia nampak merenung sebentar dengan tatapan mengawang sebelum kembali menatap Ayahnya.

"Ada yang ingin aku katakan pada Ayah." Ujarnya.

Bramanto memajukan punggungnya untuk kembali duduk lurus tanpa bersandar. Ia menutup laptop di depannya dan meletakkan kedua tangan di atas meja.

"Ada apa?" tanya pria paruh baya itu.

"Ini tentang tanggung jawab perusahaan yang Ayah berikan." Jawab Fathir, "Bisakah aku bertukar posisi dengan Logan?"

Alis Bramanto mengerut, "Maksud kamu?"

"Biarkan aku meng-handle perusahaan yang ada di luar negeri. Dan Logan yang akan menangani perusahaan di Indonesia."

"Kenapa tiba-tiba? Bukankah kita sudah sepakat sebelumnya?"

"Aku tau Yah. Tapi..." Fathir menggantung kalimatnya, seperti ada hal yang menganggu pikiran dan hatinya. Sangat berat untuk mengucapkan itu, tapi dia harus. "Aku ingin meninggalkan Indonesia dan tinggal di luar negeri."

Bramanto melongo, ia menatap Fathir tak percaya.

"Apa ini gara-gara kejadian kemarin? Rafa belum memafkanmu?"

Fathir hanya diam tak menjawab.

"Kau tidak perlu melakukan ini, Fathir. Ayah akan mencarikan calon istri yang baik, jika kau memang ingin segera menikah."

"Ayah lebih baik tidak melakukan itu." Kata Fathir sedikit tidak suka dengan solusi Ayahnya.

"Kenapa?"

"Aku tidak akan menikah, selain dengan Rafa." Tegas Fathir tak ingin dibantah.

Bramanto tertawa konyol. "Okay. Lalu kenapa kau ingin keluar negeri? Kau ingin melarikan diri karena Rafa tidak ingin menikah dengammu?"

Fathir tidak menjawab karena itu benar. Fathir ingin meninggalkan Indonesia agar bebas dari pemikiran tentang Rafa. Bayangan saat wanita itu menolak lamarannya terus membayangi kepalanya. Membuatnya susah untuk berkonsentrasi pada setiap tindakan.

Bad and GoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang