BaG #53 Insiden pasar

47.5K 3.4K 495
                                    

Saat sampai di pasar, mereka bertiga turun dari mobil. Berhubung Jakarta sedang musim hujan, maka suasana pasar kini terasa lebih lembab dan becek. Logan tak henti-hentinya merutuk kesal.

"Gak usah manja deh lo! Baru sekali datang ke sini lo udah ngeluh, apa kabar mereka yang tiap hari datang ke sini buat jualan?"

"Yah beda lah, Raf. Mereka udah biasa. Nah gue?"

"Bacot lo!" Fathir akhirnya bersuara karena ikut jengah mendengar Logan.

Mereka kembali melanjutkan perjalanan, hingga masuk semakin dalam ke lingkungan pasar. Suasana pasar cukup ramai, karena kalau hari minggu banyak yang berbelanja untuk kebutuhan rumah.

Fathir dan Logan menjadi pusat perhatian dalam sesaat, Ibu-ibu dan para wanita tak segan-segan melihat kedua pria itu tanpa mengedipkan mata, karena untuk pertama kalinya melihat pria bening dan tampan berkunjung ke pasar.

"Nyari apa mas? Ini saya jual pete murah. Mari sini."

"Mas, boleh minta poto ga? Mau saya masukin pesbuk."

"Mani ku kasep pisan euy."

"Mas bule ya? Ngerti bahasa Indonesia ga?"

"Aduh kang, jangan liatin saya. Nanti saya cinta."

"Siapa juga yang liatin lo!" Fathir bersuara agak pelan, tapi mampu didengar Rafa.

Rafa cekikikan sepanjang perjalanan, sekaligus menahan perutnya agar tidak kelepasan terbahak-bahak. Kepalanya lalu menoleh pada Fathir dan Logan yang kini berjalan di belakangnya.

"Hahaha, gila lo berdua, jadi artis dadakan. Ada yang minta foto tuh, kasih gih."

"Kampret lo. Sana cepet beli. Gue gak sabar pen pulang sekarang." Lagi-lagi Logan merutuk.

"Sabar elah."

Mereka terus melanjutkan perjalanan, Rafa belum mendapatkan tempat yang pas untuk ia membeli bahan-bahan makanan yang masih segar. Hingga di detik berikutnya langkah Rafa berhenti, saat tanpa sengaja matanya melihat preman memalak Ibu-ibu yang sudah menua terduduk di tanah.

"Pak, Jangan... ini bukan uang saya. Kembalikan. Tuan saya akan marah." Wanita paruh baya itu terus merintih seraya memeluk kaki sang preman.

"Argsh, Pembohong." Preman itu langsung menendang Ibu-ibu itu karena merasa risih. "Kalau kau julanan di sini, harus bayar! Ini daerah kekuasaanku!"

Cepat-cepat Rafa menghampiri preman itu dan tanpa ragu menonjoknya kuat hingga kepalanya terhempas ke samping. Logan dan Fathir yang melihat itu kontan menghampiri Rafa sebelum terjadi apa-apa.

"Raf, lo ngapain?" Fathir menarik tangan Rafa ke sampingnya. Dada Rafa naik turun menahan amarah.

"Bangsat!" Pria bertato naga itu langsung mengumpat dan menatap Rafa tajam. Wajahnya terlihat merah karena malu sekaligus geram atas kelakuan Rafa.

"Berani-beraninya kau!!!" Preman itu mendekat seraya mengepal tangannya.

"Apa?! Bapak mau balik nonjok saya? Silahkan!" Rafa membusungkan dadanya. "Jangan jadi pengecut. Beraninya nindas orang lemah. Bisa-bisanya Bapak ambil uang Ibu itu. Bapak pikir dia jualan demi ngasih ke bapak? Eh, kalo mau dapat uang, kerja. Jangan malak orang dong!"

Wajah pria itu semakin merah padam. Giginya terpaut rapat menahan gejolak amarah yang membumbung di ujung kepalanya.

Tapi sebelum pria itu melayangkan tangannya, dengan sigap Fathir melindungi Rafa di balik badanya.

"Jangan macam-macam sama teman saya!" Mata tajam Fathir menatap lurus ke arah preman itu. "Sudah jelas-jelas Bapak yang salah, kenapa gak minta maaf? Malah balik ingin menyerang?"

Bad and GoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang