BaG #43 Penyergapan

54.6K 3.1K 326
                                    

"Saya berangkat dulu, Tante, Pak," pamit Rafa setelah menghabiskan makanan dan berdiri dari kursinya, seraya menundukkan sedikit kepalanya menatap Wanda dan Bramanto bergantian yang masih menyantap sarapan.

Bramanto membalas dengan tersenyum.

"Iya, hati-hati kamu," sahut Wanda.

Rafa lantas mengambil tas ransel di kursi kosong samping tempat duduknya tadi dan langsung melangkah keluar rumah. Sebelum kakinya berhasil keluar dari pintu, Rafa berbalik badan, kepalanya mendongak memandang lantai dua, mencari keberadaan dua bocah yang sudah seperti tuyul.

Ya! Kedua bocah itu Fathir dan Logan. Semenjak kedatangan mereka di rumah, Rafa jarang sekali melihat keberadaan Fathir dan Logan hingga pagi ini. Keduanya seolah menghindari interaksi apapun yang berkaitan dengan Ayah mereka ataupun Wanda. Rafa malah sempat beranggapan kalau ia sedang bertukar peran dengan Fathir dan Logan, karena kalau dilihat-lihat, justru Rafa yang banyak menghabiskan waktu dengan orang tua mereka. Sebenarnya yang menjadi anak di sini siapa?

Dasar anak-anak tidak tahu diri!

Setelah tak juga menemukan bayangan Fathir dan Logan di lantai dua, Rafa kembali berbalik badan melanjutkan langkahnya keluar rumah. Ia berpikir mungkin Logan dan Fathir sudah lebih dulu berangkat sekolah.

Namun ternyata Rafa salah. Sebab kedua tuyul itu nyatanya sedang berdiri santai depan teras di samping kendaraan masing-masing. Logan dengan mobil Sedan merahnya, dan Fathir dengan Motor Kawasaki Hitamnya.

"Elah, dicari di dalem, taunya pada nongol di sini," kata Rafa berdecek sambil geleng-geleng. "Udah jam setengah 7 ini. Lo berdua kenapa belum berangkat? Pada mau dihukum Pak Bentol lo?"

Bukannya mendapatkan jawaban atas pertanyaannya, wanita itu justru kaget karena Logan dan Fathir dengan sigap dan kompak tiba-tiba menghampiri Rafa dan memegang masing-masing tangan kanan dan kirinya.

"Berangkat bareng gue!" Dua bocah itu berujar secara bersamaan.

Kening Rafa terpaut rapat, lalu tertunduk memandang tangan kanan dan kirinya secara bergantian. "Ini lo berdua kenapa dah? Kompak bener!"

"Lepasin, tangan lo!" ketus Logan memandang Fathir tajam.

"Lo.yang.lepasin!" balas Fathir sinis.

Rafa melihat wajah Fathir dan Logan dengan satu alisnya terangkat. "Lah tuyul! Lo berdua salah pake kolor apa gimana? Aneh bener."

Akhirnya Rafa melepas sendiri tangannya dari genggaman kedua pria itu. Kemudian menarik napas panjang. "Oooh... jadi lo berdua belum berangkat, karena pada nungguin gue?"

Tak ada jawaban. Kedua pria itu masih saling menatap, seolah melalui tatapan itu mereka saling menikam.

Sekali lagi Rafa geleng-geleng miris, lalu mengembuskan napas jengah. "Yaudah, kalo lo berdua pen berangkat bareng gue, sekalian aja."

Rafa menarik tangan kedua pria itu mendekati mobil Logan. "Kita bertiga naik mobil aja. Lo berdua di depan, gue di belakang!"

"Gak!" tolak Fathir mendengus kasar. "Gue gak mau naik mobil dia!"

"Lo pikir, gue mau, lo naik? Ga akan, oy!"

Suasana semakin memanas, dan membuat emosi Rafa juga ikut tersulut.

"Lo berdua tuh, ya! Bisa ga sih, sehariiiiii aja, gak usah berantem? Bosen gue liat lo berdua gini mulu! Lagian apa salahnya sih, satu mobil aja? Ngitung-ngitung ini ngirit bensin juga. Elah, matematika lo berdua pada di mana?"

"Sampai kapan pun, gue gak bakal sudi, naik mobil anak dari perempuan, yang udah ngancurin nyokap gue!"

"Bangsat!" Tanpa ancang-ancang Logan langsung meraih kerah baju Fathir. "Harus berapa kali, gue tekankan ke elo! Stop ngehina nyokap gue, sialan!"

Bad and GoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang