BaG #44 Laura wanita berbisa

48.1K 3K 230
                                    

Rafa menyumpah serapah sepanjang jalan menuju kelas. Pasalnya, karena siraman air bekas cuci piring Laura tadi, ia sukses menjadi pusat perhatian seluruh siswa di koridor. Selain rambutnya yang banyak terdapat sisa makanan--seperti nasi dan tulang ayam, serta bajunya yang sudah berubah warna menjadi kuning, bau amis menyengat membuat setiap orang yang dilewatinya menutup hidung karena mual.

Sekarang Rafa mengerti, mengapa dari sekian banyak alat yang bisa digunakan Laura untuk mem-bully-nya, wanita bisa itu lebih memilih menggunakan air busuk, karena Laura ingin melihat bagaimana rasanya Rafa dipandang sebagai wanita menjijikkan satu sekolahan.

Sesampainya di kelas, mata Rafa melebar dengan napas tertahan melihat Fathir sedang duduk di bangkunya sambil menenggelamkan wajah dengan lengan di atas meja seperti biasa.

Entah mengapa dari sekian banyak peristiwa yang dialami, Rafa lebih mengkhawatirkan satu hal, yakni tanggapan pria itu. Rafa malu jika ia sama saja seperti yang lain, menutup hidung dan menatapnya risih.

Pelan-pelan Rafa melangkahkan kakinya dengan sorot mata tak lepas ke arah Fathir. Semoga pria itu benar-benar tertidur pulas sehingga ia tak perlu menyadari kehadiran wanita itu. Karena setelah mengambil tas, Rafa berniat membolos hari ini.

Namun seolah di kepala pria itu memiliki radar, ia kontan mengangkat kepala ketika Rafa sampai di samping meja mereka berdua, dan membuat degup jantung Rafa berpacu tak karuan.

Fathir lantas menatap Rafa keheranan dari sudut kaki hingga ujung kepala, lalu kemudian berkata. "Lo abis nyebur di comberan?"

"Kaga! Ini gue abis renang, bareng lele di rawa belakang sekolah," jawab Rafa sedikit kesal karena mendengar pertanyaan seperti itu dari Fathir.

Lagian, ngapain coba nyebur ke comberan? Gabut banget!

Fathir mengembuskan napas pelan menanggapi Rafa. "Gue serius. Lo kenapa, bisa basah kuyup plus kotor begini?"

"Yah, biasa, mantan Logan berulah." Rafa menjawab malas-malasan sebelum mengambil tasnya di atas meja dan berniat keluar kelas.

Namun Fathir menghentikan langkahnya. "Mau ke mana lo?"

"Pulang lah, ucup. Mana mungkin gue keluyuran di sekolah dalam keadaan begini?"

"Siapa namanya?"

"Nama siapa?"

"Mantan Logan!"

Rafa mengangkat satu alis. "Kepo banget Fat. Kenapa? Mau lo gebet?"

Fathir memutar bola mata, gemas berbicara dengan Rafa yang tak pernah serius menanggapinya. "Kenapa dia nge-bully lo?"

"Kalah saing sama gue. Soalnya gue lebih cantik," jawab Rafa asal-asal padahal faktanya Laura jauh lebih menarik. "Udah ah, gue pen pulang dulu, entar kalo Bu Ibet nanyain, bilang aja, gue lagi spa."

Fathir berdecak sambil geleng-geleng miris, ia lalu berdiri dari duduknya, dan tanpa ancang-ancang pria itu langsung mengambil tas dari tangan Rafa dan meletakkannya kembali ke atas meja.

"Ikut gue!"

"Lo mau bawa gue ke mana, deh?" dengan terpaksa Rafa mengikuti langkah Fathir dari belakang, karena Fathir tiba-tiba menarik tangannya keluar.

"Ganti baju."

"Ganti baju gimana? Gue gak bawa baju ganti, kasep!" gemas Rafa.

Tak ada jawaban. Fathir terus membawanya melewati beberapa koridor, dan sepanjang perjalanan ia tak pernah melepas genggamannya dari pergelangan tangan Rafa.

Tanpa sadar Rafa tersenyum tipis dan singkat karena menyadari satu hal. Selama melihat Rafa, pria itu tidak pernah sama sekali menutup hidung karena mencium bau badannya atau melihatnya dengan tatapan menjijikan ingin mual seperti yang lain.

Bad and GoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang