BaG #49.2 Untuk pertama kalinya

50.6K 3.7K 425
                                    

"Gue juga nyaman sama lo."

Rafa semakin menekan kepalanya menggunakan bantal yang ada di atas ranjangnya, berharap dengan begitu, bayangan kalimat Fathir lenyap dari kepala. Alih-alih lenyap, Rafa malah kehabisan napas karena menindis kepalanya dengan posisi seperti itu membuat oksigen di sekitarnya menipis.

Rafa menyerah. Ia lalu terduduk di atas ranjang dengan bayangan Fathir yang terus menggerogoti pikirannya. Rafa kemudian berjalan ke arah cermin besar yang tertempel di pintu lemari pakaian. Di sana Rafa berdiri sambil melihat pantulan badannya.

Rafa memegang bibirnya sambil senyum-senyum sendiri membayangkan kecupan sekilas itu, tapi setelah itu ia memukul jidat karena merasa sudah tidak waras.

"Bego! Bego! Bego! Bisa-bisanya lo senyum-senyum di saat kayak gini! Mau taro di mana muka lo nanti Raf? Mati lo abis ini di jailin abis-abisan sama dia!" kesal Rafa pada dirinya sendiri.

"Lo sih, ah. Pake acara ngomong nyaman sama dia." Rafa memandang pantulan dirinya dengan kesal.

Setelah kejadian tadi, Rafa memang berubah sedikit tidak waras, karena itu pengalaman pertama baginya. Ia tidak tahu harus bertingkah bagaimana jika ketemu pria itu. Ditambah lagi, fakta bahwa Fathir juga memiliki perasaan yang sama dengannya membuat pikirannya semakin bingung dan kacau.

Tok! Tok! Tok!

Rafa terperanjat mendengar pintunya diketuk dari luar. Rafa kelayapan, ia berjalan ke sana kemari di dalam kamar.

"Ya Tuhan, gue harus bilang apa kalo ketemu dia???"

Tok! Tok! Tok!

"Rafa?"

Rafa langsung mengembuskan napas lega begitu mendengar suara wanita di luar. Untung saja bukan Fathir. Cepat-cepat Rafa berjalan menuju pintu.

"Eh, tante Wanda. Ada apa, Tante?" tanya Rafa berusaha memasang wajah sesantai mungkin saat pintu terbuka.

"Kamu sibuk gak?" tanya Wanda.

Rafa menggeleng. "Enggak kok, Tan."

"Pas banget. Kalo gitu, kamu bantu Tante masak di dapur, yah?"

Rafa mengangguk semangat, ia tak menyangka Wanda mengajaknya kali ini, karena sebelum-sebelumnya, Wanda selalu melarang Rafa membantunya di dapur.

"Saya senang, Tante ajak saya masak hari ini," kata Rafa sambil menutup pintu.

Mereka lalu berjalan menuruni tangga.

"Iya. Soalnya, ini hari spesial."

"Hari spesial?" Rafa mengenyit.

"Iya. Hari ini ulang tahun suami tante."

Rafa membelalak sedikit kaget. "Waah, Pak Bramanto ulang tahun?"

Wanda mengangguk sembari tersenyum.

"Saya siap jadi asisten memasak Tante, malam ini."

Rafa berucap tepat setelah mereka sampai di dapur dan melihat sudah ada banyak bahan makanan yang dipersiapkan di atas meja.

"Yang lain udah Tante masak dibantu sama Bi Ina. Tinggal ayam sama sayurnya yang belum."

Wanda mulai berdiri di dekat meja, dan memilah-milah beberapa sayuran yang akan dimasak sesuai resep.

Rafa ikut mendekat lalu berkata. "Sini Tan, saya aja yang kerjain sayurnya."

"Oke. Tante mau lanjut masak ayam dulu."

Dari pertama kali ketemu hingga sekarang, diam-diam Rafa selalu menaruh kekaguman saat melihat Wanda. Ia dapat merasakan kalau wanita itu sangat tulus dan selalu rendah hati.

Bad and GoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang