BaG #14 Dandi yang perhatian

64K 3.8K 62
                                    

"Shh... dan, pelan-pelan ih. Ini tangan gue sakit lo tarik-tarik," ringis Rafa sambil berjalan tergopoh-gopoh mengikuti langkah Dandi dari belakang.

Dandi menarik Rafa keluar dari kantin, menuju taman belakang sekolah yang lumayan sepi. Setelah sampai, Dandi melepas genggamannya lalu bersedekap memandang Rafa lekat.

Tanpa perlu Dandi berkata, Rafa mengerti maksud dari tatapan itu. Ia butuh penjelasan.

"Sebelum lo ngomel-ngomel, gue bakal jelasin. Tadi itu gak seperti yang lo liat," jelas Rafa sambil memegang pergelangan tangannya. "Gue gak bermaksud ikut campur masalah 2 cowok sialan itu. Gue berdiri di tengah-tengah mereka, karena tadi si siswa pindahan itu udah ngejatohin bakso gue. Mungkin lo baru datang dan gak ngeliat kejadian yang sebenarnya dari awal."

Belum ada interupsi dari Dandi. Ia masih bungkam. Alisnya naik sebelah, meminta penjelasan lebih.

Rafa membuang napas pelan, berusaha rilex untuk bercerita. "Gue gak tau lo liat dari mana. Yang jelas, tadi itu salah siswa pindahan itu. Gue gak ada niat kok buat cari masalah lagi. Ini serius. Lagian kalau memang mereka bakal berantem gue gak bakal nahan. Gue cuma minta ganti rugi untuk bakso gue yang tumpah tadi," kata Rafa seraya sesekali menatap mata Dandi dan pergelangan tangannya yang sakit akibat cengkraman Dandi.

Kadang perhatian Dandi suka berlebihan. Rafa jadi takut sendiri jika sudah melihat sisi lain dari pria itu. Selain Bu Imah, Dandi adalah orang yang selalu memarahinya jika terlibat dalam masalah. Dan saat ini Dandi pasti berpikiran kalau tadi Rafa berusaha untuk melerai pertikaian Logan dan Fathir karena berdiri di tengah-tengah mereka berdua.

Hell! Padahal sesungguhnya bukan itu yang terjadi. Rafa juga ogah untuk melerai. Kalaupun mereka adu jotos sampai baju sobek-sobek Rafa tak akan ikut campur. Ia hanya menuntut ganti rugi pada Fathir. Itu saja. Semoga Dandi bisa mengerti.

"Terus lo udah makan?"

Di luar ekspektasi Rafa, Dandi malah menanyakan hal itu. Padahal Rafa sudah menyiapkan nyali untuk melawan omelannya.

"Belum. Gimana mo makan, kalo bakso gue di tumpahin," sahut Rafa.

Dandi kini beralih menatap pergelangan tangan Rafa yang sedari tadi di pegang wanita itu. "Sakit?"

"Lumayan," jawab Rafa jujur. Tapi melihat sikap Dandi yang berubah menghangat Rafa menjadi sedikit lega. Sepertinya Dandi tidak akan mengomel kali ini.

Dandi memegang pergelangan tangan Rafa sambil sedikit memijat bagian yang merah.

"Maaf," lirih pria itu. Ada tampang bersalah dari raut wajahnya. "Gue cuma gak suka liat lo berdiri diantara mereka berdua."

Rafa terhanyut mendengar ucapan Dandi. Ia pun tersenyum. "Udah. Gapapa. Santai aja kali. Cuma gini doang."

"Jangan terlibat masalah lagi Nia," ujarnya sungguh-sungguh. Dandi tak ingin sahabatnya itu terlibat dalam masalah lagi. Apalagi sampai berurusan dengan 2 pria seperti Fathir dan Logan.

Logan memang bukan siswa yang nakal, tapi wajah tampan dan reputasi playboy pria itu membuat Dandi sedikit resah, walaupun Rafa mengatakan tidak menyukai Logan saat ini, tak ada yang akan tahu bagaimana ke depannya. Dandi tidak ingin sahabat satu-satunya jatuh ke tangan pria yang salah.

Dan untuk Fathir, wajahnya memang lumayan, tapi melihat penampilan acak-acakan pria itu, Dandi sudah dapat menebak bahwa dia bukan orang yang baik untuk berurusan dengan Rafa.

Dandi melirik arloji di pergelangan tangannya. "Sepuluh menit lagi istirahat berakhir. Lo balik kelas aja."

"Ih tapi gue belum makan," protes Rafa sedikit tak terima.

Bad and GoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang