Panas terik matahari membakar kulit Hana, membuat gadis muda itu akhirnya membuka payungnya agar bisa berlindung. Di tengah kerumunan orang banyak, payung hitamnya menarik perhatian, tak terkecuali sahabatnya, Leon.
"Na, yang bener aja sih, masa pake payung, item pula warnanya. Kaya orang mau ngelayat lo!" jelas Leon, merasa malu karena diperhatikan orang-orang.
"Sorry, my skin will get burned, it can also cause skin cancer. So, shut up and enjoy the scenery!" (Maaf, kulit gue akan terbakar, hal itu juga dapat menyebabkan kanker kulit. Jadi, diam saja dan nikmati pemandangan!) Balas Hana menggunakan bahasa Inggris tanpa menatap wajah sahabatnya itu.
Leon menaikkan alisnya, ia sama sekali tidak mengerti apa yang Hana ucapkan karena dia sangat lemah dalam urusan pelajaran, khususnya bahasa Inggris.
"Lo mengucap mantra?" tanyanya.
Hana berbalik, membuat payung yang ia pakai hampir mengenai kepala Leon jika saja ia tidak mengelak. "Belajar Leon, belajar! Gimana hidup lo mau maju kalau lo gak mau belajar!" omel Hana.
"Lah, lo kenapa tiba-tiba ceramah?"
Hana mendesis, ia menarik Leon untuk satu payung dengannya, "Denger ya, ini sinar matahari bahaya buat lo. Kulit lo bisa kebakar, belum lagi lo bisa kena kanker kulit. Emang asuransi lo cukup buat cover itu semua?"
"Hah? Cover?"
Hana menarik napasnya dalam-dalam, "Gak usah banyak ngomong, sekarang lo pegang payungnya," dan ia memberikan gagang payung agar dipegang.
"Lo payungin gue ke tempat dessert, gue mau makan yang manis dan segar. Tubuh gue perlu pendingin," dan Hana mulai melangkahkan kakinya diikuti oleh Leon yang memayunginya.
"Na, bentar... lo ngapain ke padang pasir cuma buat makan yang manis dan segar? Kan ada kedai makanan penutup di sana, lo bisa beli es krim kesukaan lo."
"Anjir, Leon!" teriak Hana mengagetkan semua orang di sekitarnya. "Dessert itu makanan penutup, bukan padang pasir!"
"Ya iya, Na. Dessert kan padang pasir."
"D.e.s.s.e.r.t. Leon! S-nya double!" Hana semakin marah.
Cling!
Leon akhirnya mengerti, bohlam lampunya menyala. "Oh, dessert! Kalo desert yang artinya padang pasir, s-nya satu kan, Na?"
Hana tersenyum mengerikan, ia mendekati Leon dan membelai rambutnya. "Leon, ini cuaca panas ya, jangan bikin emosi gue makin panas. That's why, I told ya to shut up your mouth. Tapi lo pasti gak ngerti," dan Leon mengangguk. (Itu sebabnya, gue menyuruh lo untuk diam.)
"Sini gue bisikin," Hana mendekatkan bibirnya ke telinga Leon.
"Jangan banyak bacot! Ini panas ya!!!" teriak Hana di telinga Leon.
Orang-orang yang dari tadi memperhatikan makin menggeleng-gelengkan kepalanya. Bagaimana mungkin gadis muda yang cantik seperti Hana bisa memiliki kepribadian liar seperti itu?
Tak jauh dari sana, seorang pria bernama Ryuji sedang berada di kios buah pinggir jalan. Ia memilih beberapa apel yang memiliki warna merah tua yang menawan.
"Pasangan muda jaman sekarang benar-benar tidak tahu malu," cibir si ibu penjual. Ryuji tidak memperdulikan, ia malah meminta tambahan plastik.
"Ah ya, kamu membeli banyak sekali. Apakah istri dan anakmu sangat menyukai apel?"
Ryuji seketika terdiam, ia menggenggam apel dengan erat. "Tidak, ini karena saya akan membuat Pai Apel. Lagipula saya masih belum memiliki pasangan," ucapnya dengan senyum yang dipaksakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Old Man is Mine [INDONESIA]
RomanceJudul: Old Man is Mine - Buku 1 [INDONESIA] Seri: Old Man is Mine Bahasa: Indonesia Rekomendasi Usia: 18 tahun ke atas °•.•°•.•°•.•°•.•°•.•° •.•°•.•°•.•°•.•° Hana Naomi Sachie adalah seorang gadis berusia 16 tahun yang hidup di tengah keluarga yang...