10. Sehari Sebelum

9.3K 495 12
                                        

[Perjalanan pulang.]

Dalam perjalanan menuju rumah, Hana yang biasanya sangat berisik tiba-tiba jadi diam. Terlebih saat Leon mengajaknya untuk makan hidangan penutup, Hana menolaknya dengan tegas, membuat Leon bertanya-tanya.

"Gue traktir deh," Leon kembali membujuk.

"Enggak."

"Lo boleh beli Gelato sama Es Krim," Leon menambahkan traktirannya.

"Enggak."

"Atau lo mau beli yang di gelas super gede itu? Parfait dengan ekstrak Stroberi?"

"No, thanks. I really don't want to eat," Hana kembali menolak.

Leon menggaruk kepalanya yang tidak gatal, bingung harus melakukan apa.

"Susah kalau cewek sudah bete, mau melakukan apa saja serba salah. Dikasih perhatian salah, gak diperhatiin apalagi. Bubar saja sudah, bubar..." Leon berkata dalam hati.

Namun, mata Leon langsung teralihkan dan menangkap tangan Hana yang ingin pergi agar berhenti. Jika biasanya Leon akan langsung kena hajar karena berani menarik tangan Hana tiba-tiba, kali ini Hana hanya melepas tangan itu perlahan.

"Maaf karena sudah tarik tangan lo," ucap Leon, "Tetapi kenapa Om Obesitas ada di sini? Di depan kita pula."

Hana melihat ke arah Leon memandang dan memperjelas penglihatannya. Matanya kemudian terbuka lebar karena Ryuji benar-benar ada di hadapan mereka, berdiri dengan jarak beberapa meter di antara mereka.

"Dan gue selalu mikir.... Kenapa dia selalu pakai setelan jas? Apa itu salah satu cara buat menarik perhatian para wanita?" Leon kemudian memperhatikan Hana yang hanya terdiam melihat Ryuji.

"Yap, termasuk perhatian lo," lanjutnya kemudian.

Di satu sisi, Ryuji juga melihat keberadaan keduanya. Ia menghela napas dan kemudian berjalan dengan tangan yang dimasukan ke dalam saku celananya. Penampilan yang sungguh keren di mata Leon namun tidak dengan Hana.

"Inilah dia, Om Diabetes yang pakai setelan jas, berjalan bagai model di atas panggung dengan tangan yang dimasukkan," ujar Leon memberikan narasinya.

"Gue bete," kata Hana memecah keheningan yang dia ciptakan sendiri, membuat Leon terperangah.

"Tanpa lo omong, gue juga sudah tahu!"

"Let's go," Hana menarik tangan Leon.

"Opkors. Webak. Webak. For house," balas Leon yang mencoba memakai bahasa Inggris.

"We! Back!" Hana menahan amarah mendengar ucapan bahasa Inggris Leon.

Ia menghela napas, "We are going to the park, not home."

"Hah? Babi?" Leon kaget mendengar kata park, mengira bahwa itu adalah Babi.

Hana meremas kuat-kuat tangan Leon yangs sedang ia tarik.

"Ya, ya, ya!!! Na...!!! Sakit!!!" jerit Leon.

"Park is taman. Pork is babi," jelas Hana.

"Hah...? Taman babi?"

Hana hanya memutar bola matanya, terlalu malas membalas kebodohan sahabatnya ini. Sementara itu, Ryuji berjalan lurus menghampiri ke keduanya. Hana makin tidak suka melihat kehadiran pria satu ini.

Ketika mereka saling berpapasan, Ryuji langsung menghentikan langkah Hana dengan cara menangkap lengannya, membuat Hana berhenti tiba-tiba dan akhirnya membuat Leon menabrak Hana dengan telak.

"Ugh!" ringis Leon.

"Kunci dirimu di rumah. Jangan pernah keluar. Ini berbahaya," Ryuji memberi peringatan yang terdengar sangat aneh bagi mereka berdua.

Old Man is Mine [INDONESIA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang