Rumah Sakit Mentari adalah rumah sakit besar. Mereka memiliki banyak ruangan dan kamera pengawas hampir di setiap sudut ruangan. Kamera tersebut berjumlah puluhan yang mereka tidak hanya visual tetapi juga suara.
Ryuji dengan mahir mencari keberadaan Hana melalui rekaman kamera pengawas. Setelah satu jam, Ryuji sampai pada kesimpulan bahwa Hana masih berada di dalam rumah sakit. Ia kemudian bangkit dan menghampiri Petugas sebelumnya.
"Apa ada tempat di mana kamera pengawas tidak terpasang?"
Ryuji bertanya karena setelah Hana pergi dari ruang UGD, ia tidak menemukannya di mana pun. Ia melihat keberadaan Hana di toilet lantai tiga, namun setelah itu ia kembali menghilang.
"Tidak ada, semua tempat terpasang kamera pengawas," jelas Petugas.
"Benarkah?" Ryuji tidak yakin.
Tari yang sedang terpejam akhirnya membuka matanya karena suara Ryuji mengganggunya.
"Landasan helikopter tidak memiliki kamera pengawas," ucap Tari, membuat Petugas dan Ryuji melihat ke arahnya.
Dengan malas, Tari bangkit dan berjalan ke arah kontrol panel. Ia menunjuk layar di mana kamera pengawas nomor tiga puluh terpasang.
"Lihat toilet itu?" Tari menunjuk toilet yang tadi dimasuki oleh Hana.
"Di sana ada pintu yang menuju ke landasan helikopter, yang berada di atap gedung, jadi tidak ada kamera pengawas di sana—"
"—Alasan lainnya, karena tidak ada yang boleh pergi ke atas selain Petugas medis. Kami biasanya hanya mengambil alih pasien di sana, setelah itu atap akan kosong. Direktur pikir itu adalah pemborosan jika memasang kamera di sana," jelas Tari.
Prok! Prok! Prok!
Petugas memberikan tepuk tangan, "Seperti yang diduga dari kekasih Direktur, Anda tahu banyak!"
"Hee...?" Tari merasa aneh dengan ucapan itu.
Ryuji mengerti sekarang. Tanpa berterima kasih ia langsung pergi, membuat Tari memandangnya heran.
"Apa pintunya tidak dikunci?" tanya Petugas.
Tari mengangkat bahunya, "Aku tidak tahu, tetapi jika itu terkunci, besok sudah pasti akan uang kompensasi."
"Uang kompensasi...?"
Tari hanya tersenyum, ia malas untuk menjelaskan, "Kalau begitu, aku pamit pulang dulu. Terima kasih atas bantuannya."
***
Ryuji sudah sampai di depan pintu yang dimaksud, namun pintu tersebut terkunci. Maka ia pun menggunakan tabung pemadam kebakaran untuk menghancurkan lubang kunci.
Bam! Bam! Bam!
"Takiro sudah pasti menggunakan pistol untuk membuka pintu ini," batin Ryuji.
Tidak lama, lubang kunci berhasil dirusak, Ryuji mendobrak pintu tersebut, dan akhirnya pintu terbuka dan ia bisa masuk ke dalamnya.
Dari jauh Tari hanya mengamati, "Andai sikapnya tidak temperamental, maka aku akan dengan senang hati memberitahunya bahwa ada lift khusus untuk ke atap."
Tari pun tersenyum jahil, "Good luck, Boy!" dan pergi kemudian.
Sementara itu, Ryuji menghela napas ketika melihat anak tangga yang begitu banyak, tentu saja karena ia butuh melewati dua puluh anak tangga untuk sampai ke atas sana. Sesuatu yang membutuhkan tenaga.
"Mereka seharusnya menggunakan lift daripada tangga!!!"
Ryuji pun mau tidak mau menaiki anak tangga dan saat berada di lantai sepuluh, pintu keluar terbuka lebar. Ryuji melihat ada pintu lift. Ia terdiam dan menyadari bahwa Tari mempermainkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Old Man is Mine [INDONESIA]
RomanceJudul: Old Man is Mine - Buku 1 [INDONESIA] Seri: Old Man is Mine Bahasa: Indonesia Rekomendasi Usia: 18 tahun ke atas °•.•°•.•°•.•°•.•°•.•° •.•°•.•°•.•°•.•° Hana Naomi Sachie adalah seorang gadis berusia 16 tahun yang hidup di tengah keluarga yang...