"Dia gadis yang cukup pintar."
Kata-kata pria pemberi informasi terngiang kembali dalam pikiran Ryuji saat Hana menanyakan siapa Ryuji sebenarnya. Tetapi Ryuji tidak berpikir jauh, ia hanya mengira Hana mungkin berpikir bahwa Ryuji seperti oknum perdagangan organ manusia.
Ya tentu saja, seorang pria berumur tiga puluh tahun yang menyerahkan seratus kilogram emas hanya karena diminta oleh gadis muda seperti Hana. Siapa yang tidak akan curiga?
"Apa maksudmu?" Ryuji balik bertanya.
Hana memundurkan tubuhnya, lalu melipat tangan, sementara matanya tidak berpaling sedikit pun dari Ryuji.
"Kamu sangat menguasai bahasa Indonesia, Pria Tua. Jangan pura-pura tidak mengerti."
Ryuji kesal mendengar dirinya disebut Pria Tua. "Berhenti memanggilku Pria Tua! Namaku Ryuji, dan usiaku baru tiga puluh tahun!"
"Tidak, kamu tetap Pria Tua."
"Sialan kamu, Jalang!" suara Ryuji meninggi.
Mendengar nada tinggi, dalam sekejap, Hana bergerak mundur namun ia kembali menguasai dirinya.
"Apa semua Pria Tua sepertimu adalah orang bodoh? Atau hanya kamu yang bodoh?"
Ryuji naik pitam. Ia sama sekali tidak merasa melakukan kesalahan, namun kenapa gadis ini terus menghina dirinya!?
Dengan gerakan cepat, Ryuji mendorong Hana hingga terduduk kembali di bangku. Ponsel yang ada di sana pun terjatuh, membuat suasana menjadi remang-remang.
Ryuji menempatkan kedua tangannya di antara kepala Hana, sedangkan tubuhnya membungkuk, membuat mata mereka saling beradu pandang dalam jarak yang dekat.
"Ini kesalahanmu," Ryuji memperingatkan karena amarahnya kini sudah memuncak, sehingga ia tidak bisa menjamin keselamatan Hana.
"Apa? Apa yang akan dilakukan seorang Pria Tua sepertimu?" Hana menantang.
Ryuji bersikap seolah-olah tidak tahu apa yang dikatakan Hana. Ia hanya mengamati setiap detail wajah gadis itu.
"Kamu tahu maksudku, Pria Tua. Kamu mengerti bahasa Indonesia."
"Tidak, aku tidak mengerti," jawab Ryuji tegas.
"Jadi, bagaimana kamu menjelaskan ini?"
"Apa?"
"Aku bilang padamu untuk menemuiku pada hari Kamis, tapi kamu datang pada hari Rabu. Apa kamu tidak mendengar percakapanku? Aku menyebutkan bahwa aku mengosongkan jadwalku pada hari Rabu, bukan Kamis. Jadi, apakah menurutmu aku membuat kesalahan dalam bahasa Inggrisku?" jelas Hana.
"Dia gadis yang cukup pintar."
Perkataan itu kembali terngiang. Ryuji menyunggingkan sudut bibirnya. Merasa bahwa dirinya lah yang bodoh jika berusaha membodohi gadis ini.
"Hal aneh tentang kamu, Pria Tua, adalah kamu tahu nomor teleponku. Aku tidak ingat pernah memberikannya padamu. Kamu juga kaya, sampai-sampai bisa memberikan lima puluh kilogram emas kepada seorang gadis muda. Belum lagi, itu emas asli. Selain itu, kamu punya tato-tato aneh di tubuhmu," lanjut Hana.
Ryuji melebarkan senyumnya, merasa bahwa Hana memang bukan gadis biasa. "Kamu mau bicara lebih banyak? Kalau tidak, aku ingin melakukan ini."
Ryuji lalu merendahkan tubuhnya. Tanpa izin, ia mencium bibir Hana, membuat gadis itu terdiam tak bergerak. Setelah beberapa saat, Ryuji melepaskan ciumannya dan memperhatikan wajah tanpa ekspresi itu.
"Kamu bertanya apa yang bisa dilakukan Pria Tua ini, kan?" ia mendekatkan bibirnya ke telinga Hana.
"Aku bisa membuat kepalamu berputar dengan kegilaan, kehilangan kendali, dan membakar dirimu. Aku juga bisa membuatmu menangis dan berteriak kata-kata manis di saat yang sama," katanya sambil menggigit lembut telinga Hana.
Hana terdiam, ia mengepalkan tangannya. Napasnya tercekat, ia berusaha menguasai dirinya. Sedangkan Ryuji menggunakan tangan kirinya untuk menyentuh wajah Hana.
Ryuji menyentuh bagian belakang kepala Hana dan mendekatkannya menuju wajahnya. Sedangkan bibir Ryuji mengecup telinga Hana dan membisikan kata-kata pelan namun sukses membuat bulu-bulu halus Hana berdiri.
"Seragam itu cocok sekali denganmu. Membuatku ingin merobeknya sekarang," bisik Ryuji.
Namun ia langsung terdiam ketika Hana berbicara. Ia memundurkan wajahnya dan menatap manik yang hanya memandang lurus ke depan itu.
"Apa yang baru saja kamu katakan?" tanya Ryuji.
"Apakah ini yang dilakukan Yakuza?" Hana mengulang kembali pertanyaannya.
Ryuji mencengkram erat kedua bahu Hana, dan menatapnya tajam.
"Kamu sebaiknya menutup mulutmu."
"Pria tua... Kamu Yakuza, kan?"
Ryuji tidak memberikan jawaban. Ia langsung menarik tangan Hana menuju mobil. Meninggalkan ponsel dan koper berisi emas di sana begitu saja. Ia kemudian melemparkan Hana ke kap mobil belakang, membuat Hana tersentak kaget.
"Kamu tahu apa yang bisa dilakukan Yakuza? Kalau mereka melihat gadis muda, sombong, dan tidak tahu sopan santun sepertimu, mereka akan memperkosanya sampai hancur," ucap Ryuji.
Ryuji lalu mulai membuka pakaiannya, membuat kini tubuh bagian atasnya terekspos bebas. Ia lalu mengunci tangan Hana dengan tangan kanannya. Hana langsung memberontak, namun usahanya sia-sia.
Hana hanya membuat Ryuji makin mendominasinya. Dengan sekali tarikan, Ryuji berhasil membuka baju Hana. Membuat kedua bukit kembar kenyal yang tertutupi oleh bra itu jadi terekspos.
Hana menahan napasnya, mengetahui bahwa Pria Tua ini akan benar-benar memperkosanya. Sedangkan Ryuji mulai mencumbu setiap inci kulit gadis itu, meninggalkan bekas kemerahan ke mana pun bibirnya pergi.
Sementara itu, Ryuji menggunakan tangan kanannya untuk membelai kulit bagian dalam rok, menyentuh lembut kulit mulus di dalam sana.
"Kamu sangat panas, Sayang," ujar Ryuji merasakan tubuh Hana yang terasa panas.
Beberapa saat kemudian, Ryuji menghentikan cumbuannya, karena Hana tidak lagi memberontak. Gadis ini hanya terdiam bagai tidak bernyawa.
Ryuji memperhatikan dan menyadari napas Hana yang memburu. Ia berpikir bahwa gadis ini sudah bisa menikmati permainannya. Bahkan wajah Hana kini sudah memerah.
Namun pikiran itu langsung menghilang begitu Ryuji menyadari ada sesuatu yang salah. Tangan kanannya kembali ia gunakan untuk menyentuh kening Hana. Sentuhan ini terasa panas, namun bukan panas yang wajar.
"Apakah kamu sakit?!" suara Ryuji meninggi.
Hana tersenyum sinis, "Contoh Yakuza yang paling buruk. Menghentikan pemerkosaan hanya karena korbannya demam."
"Sial!" Ryuji kembali mengutuk, "Kamu seharusnya memberitahuku lebih awal."
Ryuji langsung menggendong Hana yang sudah lemas memasuki mobil. Ia mendudukannya di kursi depan, dan memasangkan sabuk pengaman. Ryuji akan beralih ke kursi kemudi, namun Hana menghentikannya.
"Emasku..." ucapnya.
Ryuji mendecak keras, "Bisa-bisanya disaat seperti ini masih memikirkan tentang emas!!!"
Tetapi Ryuji segera berlari kembali memasuki taman, ia segera mengambil koper dan ponselnya. Namun ia tidak sadar bahwa ponsel Hana juga terjatuh di sana. Ryuji kemudian langsung menuju mobil dan menaruh koper di kursi belakang.
Ryuji kemudian mengambil baju yang biasa ia siapkan di belakang mobil dan memberikannya ke Hana untuk dipakai. Tetapi gadis itu sudah tidak memiliki tenaga, maka Ryuji terpaksa memakaikannya sendiri.
Melihat kondisi Hana yang semakin menurun, Ryuji langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh menuju rumah sakit terdekat.

KAMU SEDANG MEMBACA
Old Man is Mine [INDONESIA]
RomanceJudul: Old Man is Mine - Buku 1 [INDONESIA] Seri: Old Man is Mine Bahasa: Indonesia Rekomendasi Usia: 18 tahun ke atas °•.•°•.•°•.•°•.•°•.•° •.•°•.•°•.•°•.•° Hana Naomi Sachie, seorang gadis 16 tahun, tumbuh dalam keluarga toksik yang membuatnya jat...