[Rumah Ryuji.]
"Lepaskan dia!"
Dua pistol mengarah tepat ke kepala Ketua Kelima. Pemilik pistol itu adalah Takiro dan Soji yang baru saja tiba.
Napas mereka terengah-engah karena naik menggunakan tangga. Semua akses ditutup oleh kelompok Blackbird, membuat mereka terpaksa melakukannya.
"Heehhh..." Ketua Kelima tersenyum sinis.
"Aku lihat kamu punya dua tikus di sini," ia mengamati wajah mereka. "Tikus profesional, kalau aku harus menggambarkannya."
Darah segar dari pelipis kanan mengalir turun, membuat Ryuji hanya bisa membuka mata kirinya. Ia menatap tajam Ketua Kelima.
"R-ryuji..." lirih Hana dengan suara bergetar.
"Stt... Tolong jangan bicara, Sayang," ucap Ketua Kelima.
Tak!
Terdengar suara pelatuk ditarik, Takiro bersiap menembak kapan pun. Namun jauh di hadapannya kelompok Blackbird juga sudah bersiap dengan pistolnya. Satu tembakan dan tempat ini akan berubah menjadi medan perang.
"Ryuji-sama!" Takiro perlahan mendekat.
"Boys, satu langkah lagi dan aku akan membunuh tuanmu," jelas Ketua Kelima.
Takiro menggertakan giginya, kesal dengan ancaman itu.
"Kita sudah kalah. Jadi, jangan buat gerakan ceroboh, Takiro," bisik Soji.
Hana melawan, namun Ketua Kelima langsung menamparnya, membuatnya terjatuh. Ketua Kelima segera menarik rambut hitam panjangnya agar ia berhenti melakukan hal yang sia-sia.
Ketua Kelima melirik Ryuji, "Son, kamu memberikan contoh yang buruk untuk Nona Muda ini..."
"TUTUP MULUTMU!" teriak Ryuji.
Ia mulai memukul para pria yang menahannya. Ia berhasil dan segera menerjang Ketua Kelima, tetapi pria itu memberikan tendangan yang kembali mengenai kepalanya.
"Sial! Aku dapat lebih banyak poin!" seru Ketua Kelima.
Pupil Hana membesar. Tubuhnya mulai bergetar karena ia terus melihat kekerasan di depannya, terlebih ini adalah kekerasan keluarga. Hal yang sangat tidak ingin ia lihat. Perlahan, ia merasakan mual.
"Berhenti... Tolong... Berhenti..." Hana memohon. "Jangan lakukan kekerasan lagi! Aku benci itu! AKU SANGAT BENCI!"
Ryuji menatap Hana. Ketua Kelima tertawa, merasa senang mendengar permohonan putus asa itu. Ia menarik rambut Hana agar gadis itu berdiri.
"Maaf. Wanita seharusnya hanya menonton penis, bukan kekerasan seperti ini. Aku benar-benar lupa tentang itu."
Rasa mual semakin tidak tertahankan, namun Hana menahan dirinya.
"Kamu tidak mengerti, Pria Tua Kedua," Hana menatap tajam Ketua Kelima. "Yang aku benci bukanlah kekerasan. Yang aku benci adalah orang-orang yang menggunakan kekerasan dan membuat orang lain merasakan sakit."
BAM!
Hana memaksakan tubuhnya ke belakang, membuat Ketua Kelima tertarik mundur dan menghantam tembok dengan keras. Rambut hitam panjang yang tergenggam pun terlepas. Hana langsung menjaga jarak.
Hana tersenyum culas. "Kamu tidak bisa menghapus rasa sakit. Meskipun satu tahun atau lebih telah berlalu, rasa sakit itu akan tetap ada dalam tubuh. Tidak meninggalkan bekas luka, tapi perasaan itu tetap ada."
Cekrek!
Suara pelatuk pistol ditarik, Ryuji dengan cepat berdiri di hadapan Hana.
"Minggir, Ryuji!" seru Hana.

KAMU SEDANG MEMBACA
Old Man is Mine [INDONESIA]
RomanceJudul: Old Man is Mine - Buku 1 [INDONESIA] Seri: Old Man is Mine Bahasa: Indonesia Rekomendasi Usia: 18 tahun ke atas °•.•°•.•°•.•°•.•°•.•° •.•°•.•°•.•°•.•° Hana Naomi Sachie, seorang gadis 16 tahun, tumbuh dalam keluarga toksik yang membuatnya jat...