30. Hari Hujan Berpetir

6.4K 401 4
                                    

[Rumah Hana.]

Kirana menempatkan kedua jempolnya di atas layar ponsel, siap mengetikan nomor yang ia dapatkan dari kertas yang tertempel di dinding kamar Hana. Namun ia urungkan niat, lalu menaruh ponselnya dan termenung.

Kirana mengingat hari lampau, pada saat hujan berpetir, ia dan Hana hanya berdua saja dirumah. Tiba-tiba wajah Hana berubah ekspresi. Ekspresi yang tidak ia kenali.

***

[Masa lalu, pada hari hujan berpetir.]

Kilatan petir yang menakutkan bahkan tidak membuat seorang Hana berkedip. Saat itu, Kirana tahu, Hana yang duduk di depannya bukanlah adiknya, melainkan orang lain yang sedang berbicara padanya.

"Dalam keluarga, kamu itu ada di urutan terakhir dalam urutan yang paling aku benci."

Hana berbicara dan Kirana diam mendengarkan.

"Aku paling benci dengan Mama karena dia selalu mencari kesalahan yang tidak pernah aku buat. Aku benci Ayah karena dia selalu mengatakan bahwa aku salah meskipun dia tidak pernah bertanya kebenarannya."

Dalam hati Kirana turut setuju atas pernyataan Hana.

"Tetapi aku paling benci tindakan mereka yang suka memukulku. Asal kamu tahu, aku memendam emosi selama enam belas tahun. Tidak pernah sekalipun aku menerima tindakan mereka dengan ikhlas."

"Aku diam karena aku tidak mau terpancing emosi. Semua masih baik-baik saja jika aku melawan dengan perkataan. Tetapi kalau aku melawan dengan kekerasan juga, aku tidak tahu bisa menahan semua emosi atau tidak."

***

Kirana terdiam, memori otaknya masih memainkan kejadian masa lalu yang terjadi antara dirinya dan Hana.

***

[Masa lalu, pada hari Kirana diterima bekerja.]

Tepat di depan mata Kirana, saat ia baru saja diterima di perusahaan ternama, Mama menampar Hana. Kirana terkejut, bahkan menjatuhkan tas jinjing berisi dokumen kantor yang ia bawa.

Masalahnya sepele, karena Hana ingin melanjutkan ke SMP yang jauh dari rumah. Menurut Mama itu membuang uang, karena SMP dekat rumah saja sudah sangat bagus.

Namun, Hana bersikeras, ia mengatakan SMP pilihannya jauh lebih bagus dan lebih baik. Hana tidak akan mempermasalahkan mengenai uang jajannya yang tetap sama. Ia mengatakan keinginannya bukan untuk mencari persetujuan tetapi pernyataan.

Tetapi hari itu, yang Kirana lihat untuk pertama kalinya, adiknya hanya terdiam menerima tamparan keras. Ia yakin itu sangat menyakitkan karena bekas tamparan itu tercipta jelas. Namun Hana hanya diam, tidak ada perlawanan.

Hanya. Diam.

Diam yang bagi Kirana terasa sangat keras.

***

[Masa kini.]

Kirana menghela napas. Kenapa ia jadi mengingat kejadian masa lalu.?

Namun, masa lalu itu kembali mengingatkannya bahwa Hana bukanlah adik yang ia kenal. Ia sama sekali tidak merasa familiar dengan Hana. Ia seperti orang lain. Orang asing yang tidak pernah ia temui.

Tetapi, mungkin Kirana memang tidak pernah mengenal siapa Hana sebenarnya. Ia hanya mengenal Hana sebagai adiknya, informasi yang ia dapakan semenjak Mama mengandung hana. Sebuah status yang ia dapatkan begitu saja.

Perkenalan yang tidak pernah ia lakukan dengan Hana membawa mereka pada hubungan asing "Kakak dan Adik".

Kirana lalu kembali mengingat kejadian selanjutnya pada hari hujan berpetir itu.

Old Man is Mine [INDONESIA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang