Author: Qhariesta
"Friendship isn't about who you've known the longest. It's about who walked into your life, said "I'm here for you", and proved it."
***
Divario... cowok itu berjalan pelan memasuki rumah megah itu, langkahnya terus menginjakk lapisan kramik putihh itu, hingga ia tiba di ruang makan. Ia menatap Bi Mina yang sedang membenahi meja makan.
"Ayah mana?" pemuda itu menatap meja makan yg telah ditata, ia rasakan kepalanya yang sedikit pusing. pemuda itu meraih gelas dan mulai menuangkan air putih.
"Ayah kamu, masih harus mengurus beberapa surat rumah sakit."
Suara itu menjawab pertanyaan Dira, bukan dari mulut Bi Mina melainkan Sovia.
Wanita itu mendekat pada Dira yang terlihat meneguk air dalam gelas kaca itu, "Sebentar lagi juga kembali!"
Dira menghentikan minumnya, dan menatap tajam Sovia yang mencoba tersenyum tulus. senyuman tulus itu, hanya membuat Dira semakin muak, ia tak suka dengan semua kelembutan yang dimiliki wanita ini, bagaimana bisa, bunda Dava, istri kedua ayahnya masih bersikap lembut dan penuh kasih dengan semua perlakuan kasar Dira selama ini. Apa Wanita ini benar-benar malaikat yang tak ada rasa dendam sedikitpun? Mustahil!!
Dira menarik nafasnya pelan, ia tak tau apa lagi yang harus ia katakaan sekarang, ia mengalihkan pandangannyya saat wanita itu mencoba mengelus pundaknya.
"Kamu sudah Makan?" Sovia meraih gelas yang masih dipegang Dira, menaruhnya diatas meja dan kembali bicara. "Tante, buatin kamu bubur ketan!" Katanya ramah.
Espresi pemuda itu masih datar, dan mungkin akan selamanya datar bila berhadapan dengan wanita dihadapannya. "Gak lapar!" Hanya jawaban itu yang mampu ia ucapkan. Ia berusaha melangkah tanpa berniat menatap wajah Sovia yang menunduk sedih. Apakah ia terlalu kasar??
"Dira!" Wanita itu bersuara pelan, mendekat pada Dira yang seketika menghentikan langkahnya.
pemuda itu setengah menengok.
"Terimakasih!" suara wanita itu masih terdengar pelan, tapi terasa begitu tulus. Wanita itu tersenyum saat mendapati wajah bingung Dira.
"Terimakasih untuk apa?? Untuk penolakan gue akan bubur ketan itu atau tentang perlakuan kasar gue selama ini?" Suara hati pemuda tinggi itu bertanya.
"Tante tau, kamulah yang sudah menyumbangkan darah kamu untuk Dava, sekali lagi terimakasih!"
Deg! Dira terdiam... bagaimana bisa wanita ini tau segalanya??
Ia menutup matanya saat senyuman tulus itu kembali dilihatnya, detik kemudian ia membuka matanya, ia tak lagi mendapati Sovia disampingnya, wanita itu berlalu mencoba memasuki ruang kerja sang ayah disamping tangga. "Bagaimana keadaan Dava?" entah apa yang merasukinya saat ini, seketika dengan begitu saja pertanyaan itu terlontar dari bibir tipis Dira. Selama ini, ia tak peduli dan tak akan mau peduli bagaimanapun nasib saudara tirinya itu, tapi hari ini, ia merasa ada sedikit rasa khawatir yang merasukinya.. aneh dan sangat aneh!! Pemuda itupun menyadarinya.
Langkah Sovia terhenti, ia tersenyum tipis dan memutar tubuhnya, menatap anak tirinya itu yang menunduk dan menutup mata. "Berkat kamu, Dava akan baik-baik saja."
***
Pagi bersambut, Minggu pagi diawal bulan february.
Evan berjalan seorang diri mendekat pada rumah sederhana Ve. Kemarin malam, Dira menelponnya dan meminta pemuda itu untuk menyemput Ve agar menemui Dava. Awalnya Evan sempat ragu dengan permintaan tak biasa sang sahabat, tapi paksaan Dira membuat pemuda itu terpaksa menurut. Langkahnya semakin mendekat pada rumah Ve, hingga ia benar-benar berada pada teras rumah sederhana itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Divario
Teen Fiction.. Tentang hate-love Story pemuda bernama Dira .. Dia Dira, pemuda dengan seribu cara untuk membuat para gadis terasa istimewah, Dan dia Ve, satu-satunya gadis yang menolak keras perhatian tulus Dira. *** "Lo baca, lo bakal jatuh cinta sama Vega!" ...