Author: Qhariesta
"Cincau, gue lapar!" Dira yang baru saja tiba dikamar Evan, segera merebahkan tubuhnya pada ranjang sang sahabat.
Evan menatapnya kesal, cowok pintar itu berdiri dari meja belajar disamping kiri, dan mengampiri Dira yang masih berbaring dengan mengenakan seragam sekolah.Dira tersenyum tipis menatap tatapa. Tajam Evan untuknya, "lapar gue, makan dong!" Pemuda itupun menaikturunkan alisnya bergantian.
Evan menarik nafas panjang menatap tingkah sang sahabat, "Sopan lo! Masuk bukannya permisi atau assalammualaikum, malah nyelonong kaya maling gini," Ditendangnya kaki Dira yang bergelantung pada ranjang, "Bangun! Lo kira rumah gue restoran,huh?"
"Ayolah Van!" Terpaksa pemuda itu bangun dan terduduk dipinggir ranjang, "lo gak kasihan sama gue? Kalau gue pingsan kelaperan gimana?"
Untuk kali kedua, Evan hanya mampu menggelengkan kepalanya, pasalnya ini bukan kali pertama Dira bersandang kerumahnya dijam malam seperti sekarang, dan Evan mengerti betul akan ketidaknyamanan Dira akan rumahnya sendiri.
"Ya udah! Gue buatin mie instan.""Yailah!" Dira terlihat menolak, "Perasaan kemarin baru ajah lo buatin gue mie instan, Spagettylah kali-kali!"ia tersenyum mengejek sambil menampakkan senyuman lebarnya.
"KELUAR LO!!"
Dan sepertinya kesabaran Evan mulai habis......
Pagi bersambut....
"Aduh, anting gue dimana yah?"Ve terlihat sibuk mencari anting pemberian sang ayahnya yang sempat hilang kemarin.
Saat ini, gadis itu berada diruang perpustakaan, ia yakin antingnya terjatuh disini.
Sedari subuh gadis itu menggeladah seisi ruangan sekolah bertingkat itu, tapi tetap asaja ia tak menemukannya, dan perpustakaan inilah harapan terakhir gadis pemberani itu.
"Pasti disini! Tapi kenapa gak ada?" wajahnya terlihat sedih saat tak jua ia mendapati apa yang dicarinya.
Seketika ia teringat peristiwa kemarin malam dengan Dira, saat Ve memeluk pemuda itu tak sengaja.. "Astaga, jangan-jangan anting gue nyangkut diseragamnya Dira lagi?" Ve mendengus pelan, terduduk disalah satu kursi panjang perpustakaan.
Bayangan tentang Dira kembali diingatnya.. saat mereka berdansa, ataupunn saat pemuda itu mencium pipinya dalam kegepalan.
Wajah gadsi itu seketika memerah karena malu.. "Gimana bisa, gue kegeeran gini, dia itukan Dira, cowok super nyebelin plus idiot."
"Hmm, kembali gue denger nama Dira dari mulut lo."
Suara Dava mengejutkan gadis itu.
Ve tersenyum sambil memukul lengan Dava yang terduduk disampingnya. "Dava ah!"
"Dira!" cowok itu kembali menggodanya.
Ve menunduk malu.
"Lo suka Dira?" Dava menatap Ve yang seketika menggeleng cepat.
"Tidak."
"Terus, kenapa namanya selalu lo sebut?" Dava membuka tasnya dan menaruhnya dalam pangkuan.
"Gue lagi kesel sama dia." Jawab Ve asal. "Gue lagi sedihh Dav!" Gadis itu mulai menampakkan wajah sedihnya.
Dava menatapnya tajam. "Ada apa? Cerita sama gue?"
"Gue kehilangan sesuatu yang sangat berharga Dav."
"Apa? Dira?" Dava tersenyum saat mendapati wajah Ve yang menatapnya geram.
"Apaan sih, serius juga."
"Iya maaf, lo kehilangan apa? Mungkin gue bisa bantu cari?"
Ve berdiri membelakangi dava yang amsih terduduk. "Anting pemberian ayah aku."

KAMU SEDANG MEMBACA
Divario
Teen Fiction.. Tentang hate-love Story pemuda bernama Dira .. Dia Dira, pemuda dengan seribu cara untuk membuat para gadis terasa istimewah, Dan dia Ve, satu-satunya gadis yang menolak keras perhatian tulus Dira. *** "Lo baca, lo bakal jatuh cinta sama Vega!" ...