Author: Qhariesta
***
"Dira! Kita perlu bicara."Dava tiba dari balik pintu ruang inap Dira.
Dira yang sedang bercengkrama dengan Evan, sedikitpun tak mengubah pandangannya, saat suara sang kakak didengarnya.Evan menatap Dava yang kini berdiri disampingnya.
"Dira.."
Dava kembali bersuara, dan Dira masih enggan untuk menatapnya.
"Gue...""Pergi!"
Dava menarik nafasnya pelan, "Tapi..."
"Pergi Dav! Gue benci Lo!!"
Dira berteriak penuh emosi. "Puas Lo sekarang!!! Gue buta Dav, BUTA!!!""Dira, gue bukan dalang semua ini!"
Dava mencoba membela dirinya.
"Gue gak mungkin ngelukai lo."Dira tersenyum tipis, "Lo gak mungkin ngelukai gue!" Ia mengubah posisinya hingga berhadapan dengan Dava dan Evan. "Gue udah tau semuanya Dav! Tentang buku PR gue, kertas yang lo lempar dan mengenai wajah Kean, sampai Lo ngejebak Ve digudang." Dira menjeda sebentar perkataannya. "Gue tau semuanya!!"
Evan menatap sekilas Dava yang menunduk penuh penyesalan, ia tau Dava melakukan semuanya karena terpaksa. "Dira, Dava..."
"Cukup Van!" Dira memotong perkataan Evan. "Lo liatkan, orang yang lo bilang baik dan gak mungkin buat gue terluka, ternyata dialah orang yang buat gue menderita sekarang!"
"Elo kayak gini bukan karena Dava, Dir!" Evan mencoba menenangkan Dira yang masih menampakkan emosinya. "Ini semua karena Kean!"
"Lo bilang, dia tulus menyayangi gue, tapi Mana buktinya?, demi cinta dia rela ngebunuh gue!!!"
Dira tersenyum sinis. "PECUNDANG!!!" pemuda itupun mengubah posisinya hingga membelakangi Evan dan Dava.Evan meraih lengan Dira dan menutar tubuh pemuda itu hingga kembali menghadapnya.
"Dira!! Dia kakak lo!!" Ia bersuara pelan pada telinga kanan Dira."Kakak??" Dira terdiam beberapa menit sebelum ia kembali bersuara. "Lo tau Van, apa kata yang paling gue benci sekarang?" Pandangannya lurus kedepan, walau hanya bayangan hitam yang dilihatnya tapi ia percaya Evan ada disana. "KA-KAK!"
Dava mengangkat wajahnya, menatap Dira penuh penyelasan. "Gue emang pantas untuk dibenci." Suaranya terdengar menyerah. "Tapi gue bener-bener menyesal udah buat lo seperti ini," ia mendekat pada Dira, mencoba meraih jemari tangan Dira tapi Dira menepisnya cepat. "Gue minta maaf, gue belum bisa ja...."
"Pergi!!" Usir Dira pelan, ia kembali menatap keluar jendela. Hitam.
"Sebaiknya lo pergi Dav, Dira butuh waktu."
"Enggak Van, gue akan tetap disini sampai Dira maafin gue."
***
"Kemarin, Vega kesini?"
Evan bertanya saat mendapati buku Diary Vega disampingg jendela ruang perawatan Dira. Pemuda itu tau buku itu milik Vega, karena tertulis disudut kiri sambul buku itu nama Vega.Ia beralih menatap Dira yang terduduk diatas ranjang rumah sakit.
"Tau darimana?" Tanya Dira balik.
Evan mendekat dan terduduk disisi pemuda itu. "Bukunya ketinggalan." Pemuda itu meletakkan buku Ve ditelapak tangan Dira.
"Buku Diary warna pink, ada gambar hati disudut kanan dan nama Vega disudut kiri."
Tebakan Dira membuat Evan mengernitkan keningnya. "Kok tau, Lo kan buta!" Evan kembali meraih buku Diary itu dari tangan Dira yang tersenyum.
"Yah taulah, Buku itukan dari gue," Dira menjelaskan. "sebagai hadiah satu minggu jadian Dirga," pemuda itu masih menjelaskan penuh semangat, walaupun pandangannya masih kosong dan gelap.
"Itu nama Veganya gue yang ukir pake spidol cinta, dan hati-hati kecil itu gue yang nempelin," Ia menaikkan sebelah alisnya kesembarang arah. "Swettkan gue?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Divario
Genç Kurgu.. Tentang hate-love Story pemuda bernama Dira .. Dia Dira, pemuda dengan seribu cara untuk membuat para gadis terasa istimewah, Dan dia Ve, satu-satunya gadis yang menolak keras perhatian tulus Dira. *** "Lo baca, lo bakal jatuh cinta sama Vega!" ...