Selamanya...

439 36 29
                                    

Author: Qhariesta

***
“Nih kunci motor gue!” Dira menyerahkan kunci motornya pada Evan yg berdiri disampingnya, “Inget, itu motor kesayangan gue, awas ajah sampai lecet sedikitpun, elo yang gue permak abis-abisan!”

Evan mengangguk sambil menatap kunci Dira yg kini berpindah ketangannya. “Yaelah! Kayaknya lo lebih sayangan motor lo ketimbang sama gue Dir.” Ia memasukkan kunci itu pada saku seragamnya. “Pokoknya elo itu sahabat terbaik guelah,” dirangkulnya punggung Dira. “Didunia dan diakhirat kelak!”

“sialan lo Van!” Dira menepis rangkulan lengan Evan. “Gak usah bawa-bawa akhirat deh, bikin gue merinding ajah lo!” protes Dira pada Evan yang tersenyum tipis.

‘Sorry, sorry, lupa! Lo dulu pernah ampir ajah Mati!” Evan melirik Dira sambil melemparkan senyuman kecilnya. “Sepertinya, Tuhan masih sayang sama lo, makanya lo dikasih kesempatan kedua untuk hidup,Tobatlah wahai Lemper!”

Dira tersenyum mesem. “Tau dah gue mah, ama yg gak pernah sakit, yang sehat-sahat ajah.” Ia bergeser sedikit kekiri. “Gue harap lo mati duluan Van baru gue!”

Evan membentuk huruf O pada mulutnya, tak beberapa lama ia kembali tersenyum. “Oh yah! Lo yakin bisa idup tanpa gue?” Didorongnya dada Dira pelan. “Kalau gue mati, siapa yg ingetin lo minum obat, siapa yg setiap malam nelpon lo Cuma buat nanya lo udah belajar buat ulangan besok apa belum, siapa pula yg nantinya lo panggil cincau setiap harinya?”

Dira terdiam mendengar pertanyaan Evan, berganti ia mengangguk pelan. “Iyayah!”

“Nah, karena itu berdoalah, agar Tuhan gak cepat-cepat ngambil gue dari sisi lo.” Ditepuknya punggung Dira yang terdiam.

“Cuma elo yang ngertiin gue Van.” Wajah Dira berubah sedih. ‘Orangtua guepun gak pernah sepeduli ini sama gue, tapi perhatian lo lebih dari segalanya.”
Evan tersenyum menatap Dira yang masih bicara. “Sebenarnya doa gue itu Cuma satu.”

“Apaan? Tuhan ngasih gue panjang umur?” Evan berkata penuh semangat.

Dira menggeleng cepat. “Bukan itu, tapi Tuhan ngasih lo umur panjang.”

“Lah apa bedanya?” Evan menempeleng kepala Dira kesal. “Lemper.” Ditatapnya Dira yang tersenyum tipis.
Sejujurnya, doa Evanpun sama, Ia berharap Tuhan memberinya umur panjang, sehingga ia dapat lebih lama berada disisi Dira, dan ia berharap, Tuhan tak membiarkannya pergi lebih dulu, ia ingin Tuhan memanggil Dira awal baru memanggil dirinya, terdengar egois memang, tapi ia tau, Dira tak akan pernah bisa hidup tanpa semangat darinya, jika ia pergi, ia tau Dirapun tak akan lama berada didunia ini. Dira butuh Evan dan mungkin akan selamanya butuh.

“Kenapa Diam?” Dira bersuara saat mendapati sahabatnya yang terdiam.

Evan mencoba tersenyum. “Terimakasih, untuk semuanya Dir.”

Dira membelakkan matanya mendengar penuturan sang sahabat.

“Umur seseorang gak ada yang tau, siapa tau ajah setelah dari sini, gue kecelakaan dan Mati.”

Wajah Dira berubah pucat. “Elo..”

Evan menarik nafasnya panjang, dan tersenyum tipis. “Tapi kalau emang setelah ini gue gak lagi disisi lo, gue Cuma pingin lo tau, Gue sayang sama lo Dir, lo udah gue anggap seperti adik gue sendiri.”
Ia menatap Dira yang menunduk, dirangkulnya bahu Dira cepat. “Tapi seriusan, elo adalah sahabat terbaiikkk gue, Dir, dor, Der, Dar, Dur!” canda Evan sambil mengacak rambut Sang sahabat.

Dira menepisnya cepat. ‘Ah, norak lo,CINCAU!”

“Tapi seriusan, kalau gue mati, lo harus tetap tersenyum dan penuh semangat seperti ini, Jangan jadi Banci karena kepergian gue,”

DivarioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang