Author: Qhariesta ^^
happy reading ajah deh :)
***
"Evan mana?" Dira menatap bangku disampingnya yg kosong, hanya tas Evan yg dilihatnya. "Masa iya si Cincau kabur gak ngajak-ngajak gue!" Ia menatap keluar jendela... mendung. " Apa Evan benar2 marah."
Pemuda itu menatap kedepan kelas. "Pak Leo belum datang." Ia bernafas lega saat mendapati guru fisikologi itu belum tiba. "Mending gue nyari Evan, daripada dikelas gini, boring gue." Ia pun berdiri dan keluar kelas.
Entah langkahnya membawanya kemana, ia terus berjalan lurus.
Ia terhenti saat ia merasakan getaran dalam saku celananya. Pemuda itu baru ingat handphone Ve yang baru saja ia sita. Ia meraih handphone itu cepat. Satu pesan masuk.
Dira tersenyum tipis mendapati nama Dava tertera disana. Pemuda itu memasukkan kembali handphone hitam itu dalam sakunya. Ia memang takk berniat membaca pesan Dava untuk Ve. Tidak penting!!
***
" lupain Dira!" Evan menunduk setelah kalimat itu berhasil ia keluarkan.
"Apa?" Mia menatapnya tak mengerti.
"Tolong lupain Dira!" Evan berseru, kali ini ia mencoba menaikkan wajahnya untuk menatap gadis didepannya. "Dia gak pantas buat lo."
"Tapi.."
"Lo mencintainya?"
Mia mengangguk pelan. "Kenapa kamu minta aku buat ngelupain Dira?"
Evan terdiam saat Mia melontarkan pertanyaan itu untuknya. Ingin rasanya ia berteriak.. bahwa ia mencintai gadis ini.. tapi dirinya bukanlah Dira yang bisa dengan mudah mengumbar cinta. Dirinya EVan pemuda yang hanya mampu memendam perasaan cintanya dalam hati.
"Jawab aku." Mia menatap Evan tajam, menunggu jawaban dari pemuda ini.
"Karena gue... gue..!"
Shit! Sesusah inikah menyatakan cinta?? Evan mengutuki dirinya sendiri yang takut akan Cinta.
"Karena kamu?" Gadis itu masih menampakkan wajah bingungnya. Ia tak mengerti apa alasan pemuda ini memintanya untuk melupakan Dira. Pemuda yang dicintainya.
Tak ada jawaban dari EVan..Mia menangkap salah aura diwajah pemuda itu."Kamu suka Dira?"
Deghh... Jantungnya seketika terhenti mendengar penuturan gadis itu.
"APA?" Evan membelakkan matanya. Sejak kapan dirinya gay??
"Maaf, habisnya kamu gak suka aku deketin Dira, kamu juga nyuruh aku buat ngelupain Dira." Mia berkata pelan dan sedikit berhati2. "Aku pikir kamu cemburu karena kamu suka sama Dira."
Evan menggaruk tengkuknya. Siapapun.. bunuh gue sekarang!! Bagaimana bisa gadis yg dicintainya menilainya gay??
"Maaf kalau.."
"Gak apa." Evan menatap Mia yg nampaknya menyesal telah menilainya gay. "Lagipula gue gak ada hak buat ngelarang lo untuk dekat sama siapa." Evan menarik nafasnya pelan. "Lupain ajah! Anggap gue gak pernah ngomong apa-apa sama lo."
"Maaf sekali lagi."
Evan mengangguk bersamaan dengan senyum tipisnya. "Santai ajahlah!"
Mia bernafas lega menatap senyuman teduh itu.
"Lo kekelas sana, udah bel!" Perintah Evan pada Mia yang mengangguk.
Gadis itu masih merangkul buku dalam dekapannya, dan berlalu pergi. Tapi saat ia melewati pemuda itu, evan membisikkan sesuatu ditelinga kanannya.
"Gua cowok normal." Mia menggigit bibir bawahnya pelan. Bodoh! Bagaimana bisa ia menilai pemuda Itu Gay hanya karena memintanya menjauh dari Dira. Mungkin justru maksud pemuda itu baik.
"Panu, kurap, kutu!"
Evan mendengus pelan saat suara Dira menggema telinganya. Tatapannya menangkap Dira yang berjalan mendekat.
"Lo ngapain disini? Mau kabur lagi lo?" Evan menghujani Dira pertanyaan saat pemuda itu tiba didepannya. "Gue aduin ayah lo, baru tau rasa." Lanjutnya.
"Eh kutu kurap panu, siapa juga yg mau kabur, gue dari tadi nyariin lo, cincau." Dira menatap tajam Evan yg masih cuek didepannya.
"Oh!" Hanya itu yg diucapkan Evan, pemuda itupun berlalu meninggalkan Dira yg menatapnya tajam.
Dir menarik nafasnya pelan, pemuda itupun melangkahkan kakinya mengikuti Evan.
"Divario.. Evanco..!"
Langkah keduanya terhenti saat suara kepala sekolah menggema pendengarannya.
Dira dan Evan menatap lelaki bertubuh besar itu yang berdiri tepat didepan pintu ruangannya.
"Sini kalian!" Perintahnya pada kedua remaja itu yang mendekat.
"Kalian ingin kabur?"
Dira menggeleng cepat saat pertanyaan Itu dilontarkan untuknya. Sementara Evan masih terlihat santai.
"Kalau tidak, lalu kenapa kalian berada di luar kelas saat jam pelajaran seperti ini?" Kepala sekolah itu menatap Dira dan Evan bergantian.
"Sebenarnya.." Evan mencoba menjawab pertanyaan sang kepala sekolah. "Dira yang ngajakin saya kabur pak." Evan melirik Dira yang tiba2 menatapnya tajam. "Tadinya saya gak mau pak tapi dipaksa."
Dira menatap tak percaya Evan yang menuduhnya. Ia terus mendengarkan Evan yang masih bicara.
"Dia juga ngancem saya kalau saya nolak kabur bareng dia."
Perfect! Bagaimana dira tak tau kalau Evan sebenarnya pandai berakting seperti ini. Sampai2 kepala sekolahpun tertipu oleh wajah melasnya itu.
"Benar begitu Divario?" Kepala sekolah menatap geram Dira yang terdiam. "Jawab saya atau kamu mau menerima hukuman dari saya!"
Evan tersenyum tipis menatap wajah bingung dira. "Ngerjain Dira sekali2 tak ada salahnya!" Gumam pemuda itu pelan.
Tak ada pilihan lain, dirapun mengangguk pelan.
"Ikut saya!"
Dira kembali mengangguk sambil mengikuti kepala sekolah yang memasuki ruangan. Tapi sebelumnya pemuda itu menatap geram Evan yang tersenyum tanpa dosa.
"Tunggu pembalasan gue, Cincau!"
***
"Cie yang make make up, tuh pipi ampe merah gitu," Evan melirik Dira yangg baru saja terduduk disampingnya. Dira tak menghiraukan sang sahabat yang masih terus saja mengejeknya.
"Make up siapa lagi yg lo pake Dir, nyokapnya Dava?" Evan melirik Dira yang meraih buku catatan diatas meja dan mulai mengipasi wajahnya yang memang saat itu terlihat merah dibgian kedua pipinya. "Lo tuh senang banget yee pake make up gitu, pipi di merah-merahian biar tambah imut... Gaya!" lanjut Evan.
Pletak! Dira menempeleng kepala Evan kesal dengan buku ditangannya. "Ini kepanasan dodol!"
"Oh iye, gue lupa lo abis dihukum keliling lapangan 50 kali." Evan tersenyum tak berdosa sambil menatap Dira yg kembali mengipasi diri.
“Dira... pangeran tampanku!”
Niky berteriak sambil menghampiri Dira yang tersenyum menyambutnya.
“Dir, muka kamu sampai merah gitu, pasti kamu cape?” Gadis itu membelai lembut pipi merah Dira, wajah gadis itupun terlihat khawatir.
“Gak apa-apa kok, udah biasa lagi gue dihukum gini.” Dira menjauhkan jemari gadis itu yang berlabuh dipipinya. Ditatapnya Niky yang mengeluarkan saputangan Pink.
Perlahan gadis itu mengusapkan saputangan pink itu pada kening Dira yang berkeringat, “Ini pasti ulah Vega, gadis kampung itu bener-bener harus dikasih pelajaran!”
Dira mengerutkan kening, begitupun Evan.
“Ini bukan karena Vega,” Dira meraih saputangan itu dan pemuda itu lebih memilih untuk menghapus peluhnya sendiri. “Dia gak tau apa-apa.”
“Terus siapa dong?” Niky menampakkan raut penasaran pada wajah cantiknya.
Dira menarik nafas pelan, sambil melirik kearah Evan yang asik menatap sekeliling. Seketika pemuda itu menunjuk Evan dengan Dagunya.
Beruntung gadis itu menangkap cepat maksud Dira, diraihnya buku milik Dira diatas meja dan..
Bukkk... bukk...!!
Evan mengerutkan keningnya tak mengerti saat Niky berkali-kali memukulnya dengan buku tebal milik Dira. “Apaan nih?” Evan menarik buku itu dari tangan Niky, membuat gadis itu menghentikan aksi pukulnya.
Evan menatap geram Dira yang tertawa pelan. “Lemper!”
“Kamu kok tega yah, buat Dira kepanasan kaya gini?” Niky mengelus rambut Dira pelan, Dirapun menjatuhkan kepalanya pada bahu gadis itu manja. “Kasihankan Dira, kalau dia sakit lagi gimana?”
Evan menggelengkan kepalanya saat Dira manggut-manggut manja dalam pelukan gadis itu. “Mati tinggal dikubur.” Jawab Evan enteng.
Niky meraih kembali buku ditangan Evan, dan kembali memukuli pemuda itu dengan buku ditangannya.
Dira hanya mampu tertawa kecil menatap pemandangan didepannya.
Ohh Evan!!
Ternyata tak perlu aku turun tangan untuk membalasmu, selir-selir cantikku banyak, merekalah yang akan membalas perbuatanmu!!
***
Di kantin... waktu pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Divario
Teen Fiction.. Tentang hate-love Story pemuda bernama Dira .. Dia Dira, pemuda dengan seribu cara untuk membuat para gadis terasa istimewah, Dan dia Ve, satu-satunya gadis yang menolak keras perhatian tulus Dira. *** "Lo baca, lo bakal jatuh cinta sama Vega!" ...