Sisi lain Dava

379 30 3
                                    

Author: Qhariesta ^^

***
Dear Diary..
Apa ini yang namanya Cinta.. Cinta sesungguhnya??
Mungkin ini bukan awal pertama, aku menyukai seseorang.
Pertama menatap sosok Davapun aku menyukainya, tapi kenapa perasaan ini beda saat aku bersama Dira??
aku tak mengerti, mengapa justru wajah Diralah yang hadir disetiap malamku, disetiap aku menatap langitpun, bayangan wajah itu hadir disela-sela sinar sang bintang, senyumannyapun tak pernah lepas disetiap langkahku.
Diary, aku tak tau bagaimana ia mengartikan akan perasaanku ini.
Tapi aku berharap, sedikit saja ia masih memikirkanku.

Diary, apa ini aneh dan bodoh, jika aku selalu mengharapkannya seperti ini??
Padahal aku tau, dia tak akan pernah kembali padaku,
Tapi, tak ada salahnya jika aku menunggu dan percaya sepenuhnya pada hatiku.
Hatiku yang selalu berkata,a ia akan kembali padaku jika ia memang tulang rusuk yang Tuhan ciptakan untukku.
Bukankah Tulang rusuk seseorang tak akan pernah tertukar??

DIVARIO...
Nama itu mungkin akan menjadi barisan pertama nama seseorang yang aku rindukan saat ini.....

***
Vega! Menutup cepat buku Diary itu saat Niky seketika tiba disampingnya.
Seperti biasa gadis itu selalu menampakkan wajah tak suka setiap kali berada didekat Vega.
Vega tak menggubrisnya, gadis manis itu memasukkan Diary pinknya pada tas merahnya.
Hari ini Indah absent, ntah karena apa? tiba2 Niky terduduk disamping Ve. Ingin rasanya Ve menolak, tapi sudahlah! Ia tak ingin cari masalah sekarang..

***
“Divario! Kumpulkan buku PR kamu!”
Guru pembimbin itu menatap geram Dira yang sibuk mengobrak-abrik tas hitamnya.

“Sial, buku PR gue manaa?” ia menggaruk tengkuknya, menatap sejenak Evan yang mengangkat kedua bahunya cepat.

“Ketinggalan kali Dir?” Evan memandang Dira yang msih menggaruk tengkuknya.

“Gak mungkin Van, orang tadi pagi ada kok!”

“DIVARIO!!”

Dira mengutuki dirinya sendiri saat suara kencang sang guru menyerukan namanya, ia berdiri dan berjalan malas maju mendekati guru bahasa indonesia itu. “Maaf bu, bukunya gak ada.”
Tatapan geram menyerangnya seketika. “Sepertinya ada yang nyulik buku saya bu!” ia berkata pelann.

“Sekarang kamu ibu hukum, keliling lapangan Duapulu kali!” bentakkan keras Bu Lindapun membuat Dira membelakkan matanya.

Pemuda itu mmendengus pelan menunduk, menatap kedua kakinya yang tak beralaskan sepatu.
“Diluar panas lagi, mana gue gak pake sepatu!”

“Sepatu kamu mana?” Bu Linda menatap tajam Dira saat mendapati murid didiknya tak mengenakan sepatu seperti biasa.

Dira tersenyum tipis. “itu, sepatu saya lagi dijemur, kena lumpur tadi,”

“Ya sudah, jika memang begitu, hukuman kamu..”

“dibatalkan?” Dira berkata cepat memotong perkataan Bu Linda.

“Bukan! Tapi hukuman kamu ibu tambahkan, sepuluh putaran.”

Dira mengernitkan keningnya menerka maksud perkataan Bu Linda itu. “Jadi hukuman saya, keliling lapangan tigapuluh kali?” Tanya Dira memastikan pada bu Linda yang mengangguk.

***
“Itu sepatu Dira?”

Niky menatap geram Vega yang berhenti menyalin, gadis tinggi itu mulai menampakkan aura tak sukanya.

Ve mengangguk pelan. “Kalau iya kenapa emang?” Ve mencoba mengatur nafasnya, gadis itu kembali terlihat asik dengan tulisan tangannya.

“Dira pacar gue, jadi gue gak suka ada cewek lain,” Niky memajukan wajahnya sedikit kekiri, berbisik pada Ve yang masih terlihat tenang. “Apalagi cewek kampungan kayak Lo, makai sepatu pacar gue.”
Niky menekan suaranya pelan, semakin menampakkan wajah tak sukanya pada Ve yang tersenyum tipis.
“Jadi, sekarang juga, lo lepas sepatu pacar gue!” lanjutnya dengan mimik wajah masih sama, penuh kebencian.

DivarioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang