[Book 1] Prolog

5.3K 572 3
                                    

Dari awal Rana menginjakkan kaki di rumah Ayah tirinya, Rana sudah mendapatkan tatapan tidak suka dari sebelas saudara tiri laki-lakinya yang akan menjadi Kakaknya nanti.

Rana pantas mendapatkannya, karena dia pikir, Ibunya menikah dengan Ayah tirinya dua bulan kemudian setelah istri dari Ayah tirinya meninggal. Katakanlah jika Ibunya adalah seorang pelakor.

Sungguh. Ibunya menikah bukan hanya untuk merebut harta, tahta dan warisan Ayah tirinya, melainkan tulus mencintai Ayah tirinya.

Ck. Kalo menurut kesebelas Kakak tirinya, itu hanyalah sebuah bualan semata untuk mengelabui mereka dan diam-diam menjalankan aksinya merebut kekuasaan.

"Anak-anak, Ayah akan mengenalkan adik baru kalian."

"Adik tiri kali Yah, lebih tepatnya." Salah satu dari mereka ada yang menceletuk sehingga mendapatkan tatapan tajam dari Ayahnya supaya diam.

Ayah meminta Rana untuk mendekatinya. "Ayo, sini sayang."

"Halo. Nama aku Rana. Senang bertemu dengan kalian semua." Kata Rana mencoba untuk tidak gugup.

"Sekarang, Ayah akan mengenalkan para Abang-abang kamu satu-satu."

"Perasaan kita, kita gak punya adik tuh."

"Woojin! Jaga bicaramu!"

Ayah membentak sangat keras hingga semuanya terkejut. Jarang sekali Ayah seperti ini.

Apalagi sekarang Ayah memanggil mereka dengan nama bukan dengan sebutan 'Abang' seperti biasanya.

Biasanya, jika Ayah sedang marah, Ayah tidak sampai membentak sangat keras seperti ini.

"Maafin Abang Woojin ya. Dia emang gitu. Paling sensi sama orang baru dari yang lainnya." Ayah mencoba menenangkan Rana yang terlihat ketakutan.

"Kayaknya mereka gak suka Rana ada disini." Ucapan Rana pada Ayah membuat Ayah terkejut.

"Sepertinya, perkataan kamu tidak sepenuhnya benar, Rana. Buktinya, Abang suka kamu ada disini. Gabung sama yang lainnya dan rumah ini tambah ramai."

Semuanya membulatkan mata tak percaya dengan pengakuan yang tiba-tiba seperti itu tak terkecuali Ayah dan Rana.

"Abang, kamu serius dengan omongan kamu itu?" Ayah bertanya pada Minhyun untuk memastikan bahwa yang dikatakan anaknya memang benar.

"Hm. Abang serius Ayah. Abang akan coba untuk menerima Rana sebagai adik Abang." Minhyun tersenyum pada Ayah dan Rana.

"Rana, mulai sekarang kamu panggil aku Abang, yah?"

Rana kemudian tersenyum lebar lalu mengangguk. Dia bahagia ada yang bisa menerimanya sebagai anggota keluarga mereka.

Setidaknya, Rana bahagia meski dia sendiri tidak tau apakah kebahagiaan itu akan utuh selamanya atau tidak.

Eleven Stepbrothers - Wanna OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang