Sama seperti seorang anak yang sedang belajar berjalan lalu terjatuh hingga lututnya terluka. Anak itu menangis karena lututnya yang sakit. Tetapi, karena tujuannya untuk bisa berjalan, sang anak kembali berdiri dan mencobanya lagi. Berhasil. Anak itu akhirnya bisa berjalan setelah mendapatkan luka di lututnya.
Seperti itu juga roda kehidupan Rana. Berputar mencari bahagia untuk hidupnya. Jatuh dan jatuh lagi. Harus merasakan sakit bercampur kecewa sekaligus saat dirinya ditolak oleh kebahagiaan. Rana tidak menyerah. Dia terus mencari sampai dia tidak sadar kalau dia telah mengabaikan dirinya sendiri. Menyakiti hatinya. Menyakiti jiwanya.
Pencarian nya akan bahagia berbuah hasil. Jaehyun menyelamatkannya. Menyelamatkannya dari jurang kesedihan. Menarik tangannya dari sebuah tebing menjulang tinggi.
Orang-orang datang dan orang-orang pergi.
Jaehyun datang menyelamatkannya ketika Bunda meninggalkannya.
Lucas menjadi pelengkap bahagianya. Rana sudah berdamai dengan Lucas dan juga hatinya yang terus meminta untuk di bahagiakan.
Guanlin dan Rana sudah bersatu menyatu menjadi sebuah benteng. Benteng yang kuat nan kokoh dari sebuah kesedihan dan rasa sakit yang berusaha menghancurkan mereka.
Sekarang sudah bulan April. Tiga puluh satu hari terlewati bersama kebahagiaan. Sekarang Rana bahagia bersama orang-orang yang sudah di anggapnya sebagai keluarganya sendiri.
Bang Chan merupakan penutup kebahagiaan hidup pribadinya. Dia selalu ada mendengar ceritanya. Yang selalu berhasil membuat jantungnya tidak karuan ketika sedang bersamanya. Tiga puluh satu hari sudah Rana menghabiskan waktunya bersama Bang Chan.
Hari ini sama seperti dengan hari-hari yang lainnya bagi Rana. Bang Chan tak ada habisnya mengajak Rana berpetualang menjelajahi Ibukota yang sangat luas.
Saat itu, pukul setengah lima sore, mereka berdua sampai di tempat yang dituju oleh Bang Chan. Pelabuhan Sunda Kelapa.
Rana tersenyum begitu menginjakkan kakinya disana. Ada banyak sekali kapal-kapal kayu yang berderet di dermaga.
"Ayo! Senja nya akan muncul sebentar lagi."
Bang Chan berseru pada Rana lalu langsung menarik tangannya mengajaknya berlari ke dermaga.
Keduanya berlari kecil diatas jembatan kayu sambil berpegangan tangan dengan sebuah senyum yang tidak pernah hilang dari wajah Rana. Mereka sampai di ujung dermaga yang ditemani oleh sebuah sampan.
"Kok sepi sih?"
Rana melihat ke sekelilingnya yang ternyata tidak ada orang sama sekali selain dirinya dan Bang Chan.
Bang Chan diam. Orang itu hanya cengengesan seperti tidak waras.
"Jangan bilang, semuanya Kakak yang ngatur?" Tanya Rana menebak.
"Iya. Gue yang mengatur semua ini untuk lo Rana. Demi lo. Gue cuma ingin lo melihat dan menikmati senja dengan tenang tanpa ada kebisingan."
"Tapi--"
"Gak ada tapi-tapian Ran. Pokoknya, lo tinggal nikmatin aja suasananya."
Bang Chan terlebih dahulu naik ke sampan. Tangannya terulur membantu Rana naik ke sampan.
Bang Chan mendayung sampan meninggalkan dermaga untuk bertemu senja bersama Rana. Meskipun dari belakang, Bang Chan bisa melihat jelas raut bahagia yang ditampilkan oleh Rana. Laki-laki itu bersyukur, akhirnya dia bisa membuat gadis itu sejenak lupa dengan permasalahan kehidupannya yang tragis.
Langit perlahan berubah menjadi warna jingga. Kedua insan itu bersama-sama menyaksikan perjalanan Sang Surya kembali ke tempat perpaduannya.
Inilah puncaknya. Warna langit berubah total menjadi jingga. Senja pun akhirnya datang menemui keduanya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Eleven Stepbrothers - Wanna One
Fanfiction| Season 1 | [Book 1] ✔ [Book 2] ✔ Hidup bersama dengan sebelas saudara tiri laki-laki tidak semenyenangkan seperti film-film yang di tonton oleh Rana. Ada yang menerimanya sebagai keluarga mereka dan ada yang sebagian membenci kehadiran Rana. Seper...