"Rana, ini Bunda. Bunda kamu. Sekarang Bunda ada di samping kamu. Ayo buka mata kamu. Bunda rindu kamu."
Perjalanan Rana terhenti begitu saja ketika sepasang telinganya mendengar suara teriakan Bunda nya yang menggema di seluruh tempat.
Dia harus cepat membuat sebuah pilihan. Bertahan atau menyerah.
"Jangan Rana! Bertahanlah sekali lagi demi Bunda kamu. Demi orang-orang yang masih peduli dan tulus sama kamu. Pikirkan saja mereka. Jangan pikirkan orang yang membencimu bahkan tidak menginginkan mu. Kembali Rana. Ini bukan tempat kamu. Bukan dunia kamu."
Seolah keajaiban datang, Minki dapat kembali menggerakkan tubuhnya sehingga dia dengan sigap langsung menahan lengan Rana. Menghentikan kepergiannya yang memilih untuk menyerah.
Matanya berair, "Itu suara Bunda? Rana gak salah dengar 'kan Kak kalau tadi itu suara Bunda nya Rana?"
Minki menggeleng, "Kamu gak salah dengar Rana. Itu benar suara Bunda kamu. Bunda kamu mau kamu kembali. Kembali ke Bunda kamu. Saya minta sama kamu Rana, berjuanglah sekali lagi. Bertahanlah sekali lagi."
"Bagaimana kalau Bunda nanti pergi lagi?"
Pertanyaan itu. Pertanyaan yang tak pernah terbayangkan sebelumnya bahwa Rana melontarkan pertanyaan itu yang membuatnya sedikit kebingungan untuk menjawabnya.
"Ada Lucas, bukan?"
Mata Rana terbelalak. Bagaimana bisa Minki tahu bahwa Lucas peduli dan tulus kepadanya?
"Kak Minki bagaimana bisa tahu Lucas?"
Minki tersenyum lembut kemudian mengusap pucuk kepala Rana.
"Saya sudah pernah katakan ke kamu Rana, kalau ada seseorang yang mengulurkan tangannya untuk kamu. Dan orang itu adalah Lucas. Lucas orang baik Ran. Baik banget malah. Lebih baik daripada saya. Kamu beruntung bertemu dan mengenal dia."
"Enngak. Kak Minki juga orang baik. Kak Minki bersedia mau mendengarkan cerita-cerita menyedihkan Rana. Kak Minki bersedia memberikan pundak Kakak untuk tempat Rana menangis. Kak Minki berse--"
Minki menghentikan Rana berbicara dengan cara memeluknya. Hanya dengan cara ini dia bisa menenangkan emosi Rana yang terkadang masih labil.
"Gak perlu kamu ungkit lagi kebaikan saya yang sama sekali tidak tulus itu, Ran. Setiap kali saya mengingatnya, saya membencinya. Saya menyesalinya, Ran. Hati saya serasa teriris."
Tak lama setelah itu, Minki melepas pelukannya, "Kembalilah. Semua orang yang menyayangi kamu dengan tulus tengah menunggu kamu Rana. Menunggu kehadiran kamu kembali ke sisi mereka. Terutama Bunda kamu yang terbang langsung dari Inggris hanya karena ingin melihat kamu kembali. Melihat kamu membuka mata kamu."
Cup
Rana memberanikan diri untuk mengecup sekilas dahi Minki dengan senyuman cerah miliknya.
"Terimakasih Kak untuk semuanya. Untuk sudah selalu menyemangati Rana. Untuk sudah selalu memperingatkan Rana untuk tetap bertahan demi orang-orang yang tulus menyayangi Rana. Dan yang terakhir dan yang paling penting, Kak Minki selalu ada bersama Rana ketika Rana ingin menyerah. Terimakasih banyak Kak atas kebersamaannya. Semoga kita bisa bertemu lagi. Rana pamit kembali."
Rana berjalan melangkah mundur sembari melambaikan tangannya tersenyum ke arah Minki. Minki membalas senyuman Rana.
Kini Minki baru menyadari dia sendiri lagi di sana. Di tempat sunyi nan menenangkan itu tanpa ada seorang pun.
- - -
"AYAH TIDAK PERNAH MENGAJARKAN ANAK-ANAK AYAH UNTUK MELAKUKAN KEKERASAN KEPADA PEREMPUAN! AYAH RASA, KAMU ITU BUKAN ANAK AYAH LAGI MINHYUN! KAMU SUDAH KETERLALUAN KEPADA RANA!"
Sudah di omeli, di marahi bahkan sudah bermain fisik dengan Ayahnya, Minhyun tetap saja tidak takut dan menyesali perbuatannya.
"Rana menghancurkan mimpi Guanlin! Dia yang membuat Guanlin gak bisa bermain basket lagi!"
"Ayah menyesal telah gagal mendidik dan membesarkan kamu sampai sekarang Minhyun. Ayah benar-benar tidak menyangka kamu bisa melakukan hal setega itu kepada Rana. Rana itu perempuan Minhyun. Dia berhak mendapatkan perlindungan dari para Kakaknya. Meskipun Rana bukan adik kandung kalian sekalipun."
"Pasti Abang Jisung 'kan yang lapor?"
"Gak peduli siapa yang laporin. Sekarang Ayah tahu bagaimana sifat kamu ke Rana yang sebenarnya kalau Ayah lagi gak ada di rumah."
Sedangkan dari dalam ruangan, Bunda berteriak kalau Rana sudah sadar dan sudah membuka sepasang matanya. Sang Ayah pun langsung masuk tanpa pikir panjang lagi.
"Bangsat!" Minhyun mendesis lalu pergi dari ruangan sana.
Di dalam ruangan, disana ada Lucas, Daniel, Bunda dan Ayah yang mengelilingi ranjang pesakitan Rana.
"Akhirnya kamu mau membuka mata kamu sayang. Bunda takut sekali kalau kamu pergi. Maafin Bunda yang gak ada di sisi kamu saat kamu membutuhkan Bunda. Maaf."
"Syukurlah kamu udah sadar Ran." Ujar Daniel sembari tersenyum.
"Kak Lucas dimana?" Rana bertanya keberadaan Lucas yang tidak ada disana.
"Saya disini." Lucas berjinjit karena tubuhnya berada diantara Daniel dan Ayah yang mempunyai postur tubuh yang menjulang tinggi.
Rana menggeleng, "Ada-ada aja Kak Lucas."
"Rana, kamu mau ikut bersama Ayah dan Bunda ke Inggris? Kamu bisa meneruskan sekolah kamu disana." Tawaran itu berasal dari Ayah.
"Apa alasan Rana pindah ke Inggris, Yah?" Kini giliran Daniel yang bertanya.
"Saudara-saudara Abang tidak bisa menerima kehadiran Rana di rumah. Di dalam lingkaran kehidupan mereka. Ayah gak mau Rana terluka lagi untuk yang kesekian kalinya. Ayah gak mau Daniel."
"Masih ada Daniel yang peduli sama Rana, Ayah."
"Abang... Abang gak mungkin bisa menjaga Rana full dua puluh empat jam karena Abang sibuk sama kuliah Abang. Belum nanti Abang akan berurusan dengan skripsi."
"Daniel bisa berhenti satu semester kalau perlu." Ucap Daniel dengan mudahnya.
"Gak setuju. Rana gak mau Abang Daniel berhenti kuliah cuma karena aku." Rana langsung menyanggah.
"Lalu, kamu maunya bagaimana Rana?" Tanya Bunda pada Rana.
Baru saja Rana ingin mengutarakan pendapatnya, tetapi langsung di cegah oleh Lucas.
"Saya bersedia menjaga dan merawat Rana. Izinkan saya membawa Rana ke Bali bersama saya, Om, Tante. Disana, ada keluarga saya yang bisa merawat Rana dengan baik." Lucas mempersilakan dirinya.
"Gak! Gak bisa! Gue gak bisa membiarkan Rana pergi begitu saja bersama dengan orang yang baru dikenalnya. Gue gak akan mengizinkan lo bawa Rana ke Bali. Gak akan pernah." Kata Daniel menolak mentah tawaran baik dari Lucas.
"Apa kamu serius dengan ucapan kamu itu Lucas?" Kini Bunda yang bertanya.
"Saya selalu serius dengan ucapan saya Tante." Jawab Lucas dengan matang.
"Kalau begitu, kami izinkan kamu mengambil alih hak asuh Rana." Setelah Ayah dan Bunda berdiskusi, mereka mengizinkan Rana dibawa oleh Lucas ke Bali.
"Ayah! Bunda!" Daniel menolak tegas.
"Daniel, Rana gak bisa terus-menerus berada di sini. Berada di sini, hanya membuat batin Rana dan hatinya tersiksa. Ayah dan Bunda gak mau itu terjadi lagi. Sedangkan kami, kami gak bisa selalu terus mengawasi Rana dari saudara-saudara kamu itu Daniel. Abang bisa menemui Rana di Bali kalau Abang mau." Jelas Ayah.
"Terimakasih banyak Tante dan Om sudah mau mempercayakan Rana ke saya." Ucap Lucas.
Mungkin, ini adalah hari terakhir Rana menderita dan merasakan rasa sakit yang begitu luar biasa sakitnya. Dan mungkin ini adalah hari terakhirnya berpisah dengan saudara-saudara tirinya.
Dan semoga, kelak kehidupannya di Bali nanti, menjadi kehidupan yang selalu Rana mimpikan ketika dia sedang tertidur.
sorry kalau mengecewakan. soalnya authors masih kurang sehat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eleven Stepbrothers - Wanna One
Fanfiction| Season 1 | [Book 1] ✔ [Book 2] ✔ Hidup bersama dengan sebelas saudara tiri laki-laki tidak semenyenangkan seperti film-film yang di tonton oleh Rana. Ada yang menerimanya sebagai keluarga mereka dan ada yang sebagian membenci kehadiran Rana. Seper...