01 - Abang Guanlin

4.5K 525 21
                                    

Setengah tahun sudah Rana tinggal dirumah Ayah tirinya bersama dengan Abang-abang tirinya.

Ayah dan Bunda harus pergi ke Inggris selama enam bulan mengurusi perusahaan yang ada disana.

Meskipun sudah lumayan lama tinggal bersama mereka, bukan berarti Rana sudah dekat dengan semuanya dan bisa menerimanya.

Hanya Abang Jisung, Abang Minhyun, Abang Daniel, Abang Sungwoon, Abang Jaehwan dan Abang Seongwoo yang sudah bisa menerima Rana sebagai bagian keluarga mereka plus adik mereka.

Untuk Woojin, Jihoon, Jinyoung, Daehwi dan Guanlin, mereka masih tetap sama seperti awal pertemuan mereka dengan Rana.

Tidak akan pernah mengubah perasaannya sampai kapanpun.

Namun, mereka tidak sebenci Guanlin membenci Rana.

Bahkan, Guanlin dengan tega membiarkan Rana hampir diculik ketika pulang sekolah jikalau Daniel tidak segera datang menjemput Rana dan menyelamatkan Rana.

"Pagi, Abang Minhyun."

Rana menghampiri Minhyun yang sedang berada di dapur yang tengah mempersiapkan sarapan pagi untuk semua.

"Morning kiss nya mana?" Minhyun merentangkan kedua tangannya memberi isyarat pada adiknya.

Cup

"Cantiknya adek Abang." Diusapnya lembut kepala Rana oleh Minhyun.

"Dia mah mana ada cantiknya sih, Bang. Masih cantikan juga gue." Sahut Jihoon begitu turun dari tangga.

"Dasar si Bang Jihoon bego. Mana ada sejarahnya cowok dibilang cantik." Itu adalah suara Jinyoung yang juga baru saja  dari kamarnya yang ada dilantai dua.

"Adek terlaknat." Jihoon langsung duduk di meja makan begitupun dengan yang lainnya.

Semuanya turun dan sarapan bersama sebelum memulai aktivitas mereka masing-masing.

Jisung dan Minhyun berkeja menggantikan posisi Ayahnya sementara di perusahaan mereka.

Sungwoon bekerja sebagai petani sayuran yang sukses mempunyai banyak cabang.

Sedangkan untuk Daniel, Jaehwan dan Seongwoo, mereka bertiga masih kuliah.

Untuk Woojin, Jihoon dan Jinyoung, mereka masih sekolah di kelas dua belas di sekolah yang sama.

Daehwi dan Guanlin, mereka kelas sebelas yang sama juga dengan ketiga abang mereka.

Jangan lupakan fakta bahwa Guanlin merupakan ketua osis.

Untuk Rana sendiri, dia juga bersekolah di sekolah yang sama dengan para Abang-abangnya.

Selesai menyiapkan sarapan, Minhyun dan Rana duduk bersampingan. Di depannya ada Woojin yang membuat Rana spontan diam dan menundukkan kepala.

"Gak perlu takut sama Abang Woojin. Dia baik kok. Meskipun wajahnya seram kayak setan." Itu kata Daniel yang baru bergabung dan langsung duduk disamping Rana.

"Gak lucu bego Bang lawakan lo." Ujar Woojin tidak terima dihina oleh Abangnya.

Semuanya makan dipenuhi dengan keheningan. Tidak ada yang membuat lelucon ataupun sekedar bercerita satu sama lain.

Si raja lelucon--Seongwoo, sedang tidak berada di rumah. Dia menginap dirumah temannya agar bisa fokus membuat skripsi. Katanya. Karena dia sebentar lagi mau sidang.

Rana berhenti dari aktivitas makan kemudian langsung membisikkan Minhyun sesuatu.

"Abang Guanlin gak ada."

Di bisikkan kata seperti itu oleh Rana, seketika Minhyun tersadar dan langsung mencari keberadaan Guanlin di meja makan. Benar apa kata adiknya. Ternyata tidak ada.

"Dek, Guanlin belum turun?" Minhyun bertanya pada Jihoon.

"Lah si Abang malah nanya sama gue. Mana gue tahu lah. Emang gue selalu nempel sama tuh tiang listrik. Di kamarnya kali, belum bangun." Jihoon pun melanjutkan makannya yang sempat terhenti.

"Woy Daehwi, lo aja gih yang bangunin Guanlin." Kata Jinyoung pada Woojin.

"Ogah. Yang laen aja napa sih elah. Suruh tuh cewek aja." Woojin menunjuk Rana dengan sendok yang sedang di genggamnya. "Kan, gara-gara kedatangan dia, Guanlin jadi terabaikan sama para Abang-abang."

"Eh dasar buluk, kalau ngomong tuh di filter." Itu Sungwoon yang berucap.

"Kalau gitu, biar Rana aja yang manggil Abang Guanlin."

Rana pergi dari meja makan dan menuju lantai dua untuk memanggil Guanlin untuk sarapan.

Disaat Rana ingin mengetuk pintu kamar Guanlin, Rana dikejutkan dengan Guanlin yang tiba-tiba membuka pintu kamarnya.

"Lo gak perlu manggil gue buat sarapan. Gue gak sudi satu meja sama anak pelakor kayak lo." Guanlin melihat Rana penuh tatapan kebencian dengan menunjuk Rana. "Camkan itu baik-baik!"

Guanlin pergi begitu saja meninggalkan Rana yang diam dengan sengaja menabrak pundak Rana keras.

Eleven Stepbrothers - Wanna OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang