23 | After That Day, What Next?

2.4K 481 79
                                    


Hari yang tidak pernah Rana bayangkan dalam hidupnya, kini terjadi dengan sangat cepat. Tepat di hadapannya, jasad Bundanya di kuburkan. Rasanya tidak bisa merelakan Bundanya pergi begitu cepat dari hidupnya.

Hari ini menjadi hari pertama yang begitu menenangkan. Tak ada suara ribut maupun suara saling adu mulut. Bunda berhasil membuat semuanya bersatu dengan kepergiannya yang tidak mungkin bisa kembali.

Tuhan terlalu cepat memanggil Bundanya. Ini sungguh tidak adil bagi gadis penuh luka di hatinya itu. Selama ini dia yang selalu tersiksa, mengapa Tuhan tak memanggilnya? Tak mencabut nyawanya terlebih dahulu? Mengapa harus Bundanya?

Tangisan yang dipenuhi air mata tidak bisa membantu Bunda kembali. Menangisi kepergian Bunda, sama saja membuat langkah Bunda tertahan untuk bertemu Ayah di surga indahNya milik Tuhan.

Ponselnya berdering. Terdapat satu pesan dari Lucas yang memberitahukan kalau Minhyun tidak ada di kamarnya. Rana langsung bergegas pergi ke rumah sakit menggunakan taksi tanpa memberitahukan kepada keluarganya.

Napas Rana terengah-engah begitu sampai di rumah sakit. Gadis itu mencoba menormalkan kembali napasnya yang tidak beraturan sehabis dia berlari kecil menemui Lucas dan Jaehyun di depan kamar rawat Minhyun.

"Bagaimana bisa Bang Minhyun kabur dengan keadaan seperti itu?" Rana tidak bisa membayangkan betapa menakutkannya Minhyun melakukannya.

"Kita tidak tahu Ran. Kita tahu setelah dokter menghubungi Kak Jaehyun." Kata Lucas menjelaskan.

Rana menarik napasnya. Ditariknya rambutnya karena frustasi begitu dia melihat isi kamar Minhyun yang berantakan serta ada darah dimana-mana. Dia takut Minhyun melakukan hal-hal yang mengerikan.

"Kita harus cari Abang Minhyun sekarang! Apapun caranya! Rana takut Bang Minhyun bakalan ngelakuin hal yang enggak-enggak. Rana mohon..." Rana menggenggam tangan Jaehyun dan Lucas. Memohon kepada keduanya.

"Saya tidak bisa membiarkan kamu mencari Minhyun dalam kondisi seperti ini, Ran. Kamu baru saja pulih. Saya khawatir, hal-hal yang lebih buruk, bisa saja terjadi kepada kamu kapan saja." Lucas menolak dengan cara lembut.

"Lalu, Rana harus duduk manis sembari menunggu berita dari kalian, begitu? Sampai kapan Rana harus menunggu lagi? Sampai Rana kehilangan orang yang paling berharga bagi Rana lagi, hm?"

"Sekali saja Rana. Sekali saja. Kamu bersikap tidak peduli pada orang lain. Pikirkan diri kamu sendiri! Diri kamu sendiri lebih membutuhkan kamu daripada orang lain. Tolong hargai diri kamu sendiri Ran. Kakak mohon sama kamu, untuk tidak gegabah dan terburu-buru dalam mengambil keputusan. Kalau ada yang tersakiti? Diri kamu juga Ran, yang terluka." Jaehyun mencoba memahami dan memberikan pengertian kepada Rana.

"Jiwa dan tubuh Rana bisa bertahan sampai sekarang ini karena mereka! Karena merekalah, Rana siap berkorban apapun, bahkan, aku siap menyerahkan nyawa aku untuk mereka! Mereka sumber Rana untuk bertahan! Aku mohon sama kalian berdua, biarkan Rana mencari Bang Minhyun. Rana baru saja kehilangan Bunda. Rana gak mau, kehilangan Abang Minhyun juga."

Setelah bertengkar dengan Jaehyun dan Lucas, Rana memutuskan pergi mencari Minhyun. Tak peduli di izinkan atau tidak oleh mereka. Toh, mereka hanya walinya. Bukan siapa-siapanya dia. Pikir Rana begitu.

Masih berbalut pakaian duka, Rana gentar menyerah untuk mencari Minhyun ke seluruh rumah sakit. Meski ragu kadang menghampirinya.

"Tuhan... Bantu aku sekali lagi... Jangan dulu Kau ambil dia sebelum aku bisa melihat senyumannya lagi... Aku mohon kepadaMu Tuhan..."

Dalam hatinya, Rana merapalkan doa-doa agar dia bisa menemukan Minhyun.

"ABANG MINHYUN!"

Rana langsung berlari dan menarik Minhyun menjauh dari sana. Benar saja dugaannya. Minhyun pasti akan bunuh diri. Rana tahu, orang yang putus asa yang kehilangan harapannya seperti Minhyun, pasti ingin melakukan bunuh diri.

Eleven Stepbrothers - Wanna OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang