02 | Sebuah Kebahagiaan

2.8K 498 143
                                    

"Kamu siapa?" Daniel bertanya lagi pada perempuan yang menggunakan jaket dan menutupi sebagian wajahnya menggunakan masker.

Perempuan itu berbalik. Ia sudah tahu pikiran laki-laki yang ada di depannya itu.

"Kamu serius tidak mengenali saya?"

Daniel menggeleng, "Enggak. Aku gak kenal sama kamu. Kenapa tadi kamu gak masuk ke dalam dan bergabung dengan kami saja? Kenapa hanya melihat dari balik gerbang?"

"Sepertinya kalian terlihat sangat bahagia tanpa saya." Kata perempuan misterius itu.

"Hah? Maksudnya?"

Pandangan mata perempuan itu beralih ke arah di belakang Daniel. Terlihat jelas ada seseorang yang mencari keberadaan Daniel yang tidak ada di halaman rumah.

"Saudara mu mencari mu."

Setelah mengatakannya, perempuan itu memakai topi jaketnya dan berlari menjauhi Daniel yang kebingungan di tengah-tengah meriahnya pesta tahun baru.

"Daniel!" Sungwoon menepuk pundak Daniel.

"Abang Sungwoon? Benar 'kan?"

Sungwoon tersenyum manis dan menganggukan kepalanya.

"Lo ngapain disini Niel? Ada yang lagi lo cari?" Sungwoon melihat ke sekeliling yang sepi dan tidak ada apa-apa selain dirinya tentu Daniel.

"Say--gue--"

Lagi. Sungwoon menepuk pundak Daniel.

"Gak apa-apa. Pelan-pelan aja. Semuanya butuh proses. Gue tahu kok lo lagi mencoba beradaptasi dengan kita semua. Gue mengerti."

Diacaknya surai lembut Daniel oleh Sungwoon. Sungwoon jadi teringat akan masa kecilnya yang selalu mengusap surai Daniel hendak Daniel ingin tidur ketika Daniel masih bayi.

Daniel merasa canggung dengan suasana seperti ini. Dia tidak tahu harus melakukan apa dan mengatakan apa kala Sungwoon mengacak rambutnya.

"Tadi ada perempuan yang datang." Perkataan Daniel membuat Sungwoon berhenti dari aktivitas nya.

"Siapa? Kenapa gak suruh lo masuk dan ikut gabung dengan kita?" Alis Sungwoon terangkat satu.

"Gue juga gak tahu Bang siapa perempuan itu. Bukan orang yang gue kenal juga lagipula. Atau itu teman Abang atau enggak teman dari saudara kita?"

"Itu bukan teman gue. Anak-anak juga enggak ngabarin gue atau yang lain kalau ada teman mereka yang mau datang ke rumah saat pesta tahun baru."

"Kayaknya sih dia salah alamat. Soalnya kentara banget kalau dia bukan orang sini. Apalagi banyak jalanan dan bangunan yang sudah berubah disini." Ucap Daniel menerka-nerka.

"Yaudah kita ke rumah aja. Takut yang lain pada khawatir sama lo."

Di balik meriahnya pesta menyambut pergantian tahun, di balik indahnya kembang api di langit, jauh di dalam sana, ada seseorang berusaha keras mengingat puing-puing kenangan yang berantakan menjadi utuh kembali.

Bukan hal mudah bagi Daniel menyusun kenangan itu menjadi satu dan mengingatnya lagi.

: : : : : : : : : :

Jakarta, 01-01-2020

Hai tahun 2020. Ini catatanku yang ketiga dan yang pertama di tahun ini. Terimakasih telah mempertemukan ku kembali dengannya. Aku harap, kau mau berbaik hati memberikan banyak kebahagiaan untukku di tahun ini entah untuk sampai kapan.

Aku bertemu dengannya. Sungguh. Tepat ketika semua kembang api menyala menghiasi langit malam. Dia mengucapkan dua kalimat yang membuatku tertegun mendengarnya.

Eleven Stepbrothers - Wanna OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang