"Terimakasih."
Seorang laki-laki tersenyum kepada sang kasir begitu telah menerima pesanannya. Dia segera meninggalkan restoran ayam tersebut menuju parkiran dan segera pulang ke rumah.
Sabuk pengaman telah selesai dipasangnya. Ponsel miliknya bergetar. Sebuah senyum terlukis indah di wajah laki-laki tersebut begitu dia membaca nama siapa yang meneleponnya.
Jihoon
Daniel lalu menjawab panggilan telepon tersebut dari adiknya.
"Bang, lo dimana? Masih lama nggak?"
"Sabar dong. Gue ini lagi di mobil mau perjalanan pulang."
"Lo pesan banyak 'kan, ayam pedasnya?"
"Kayak lo doyan aja sama yang pedas-pedas." Daniel menggeleng di ujung telepon.
"Buruan pulang. Yang laen udah pada nunggu."
Panggilan berakhir begitu singkat padat dan lugas seperti itu. Tak ada faedahnya yang bisa Daniel simpulkan dari percakapan di telepon tersebut dengan Jihoon.
Daniel menghidupkan mesin mobilnya dan mulai mengendarainya keluar dari area parkiran restoran itu.
Sepuluh menit berkendara, Daniel langsung menginjak rem nya ketika seseorang dengan tenang dan rasa tak berdosa nya yang seenaknya menyebrang jalan tanpa melihat kanan kiri dahulu.
Hampir saja Daniel menabraknya. Keringat nya keluar karena dia baru saja mengalami kejadian yang tidak menyenangkan. Napasnya masih memburu karena kejadian tersebut.
Daniel melihat orang yang hampir di tabrak nya itu dari dalam mobilnya. Keningnya berkerut.
Mengapa orang itu diam saja?
Akhirnya Daniel memutuskan untuk mengecek keadaan orang itu apa ia baik-baik saja atau tidak. Atau mungkin ada yang terluka.
"Rana?!"
Hanya dari melihat mata Rana yang membengkak sudah cukup untuk membuktikan pada Daniel bahwa Rana sedang tidak baik-baik saja. Pasti ada sesuatu yang telah terjadi. Pikir Daniel dalam hatinya.
Rana dibawa masuk ke dalam mobilnya oleh Daniel entah dibawa kemana Rana oleh Daniel. Daniel prihatin dengan kondisi Rana yang seperti itu.
Ternyata Daniel membawa Rana ke rumahnya. Baru sampai memasuki komplek rumahnya, Rana sudah meminta Daniel untuk memberhentikan mobilnya.
"Berhenti."
"Kenapa?"
"Berhenti. Rana mohon."
Daniel pasrah. Ia lalu menepikan mobilnya dan mendengarkan penjelasan dari Rana.
"Ada apa dengan kamu Ran? Kamu habis menangis?" Daniel bertanya dengan sangat hati-hati.
"Berhenti peduli ke Rana. Rana udah jahat sama Abang. Bang Daniel gak perlu bantu Rana lagi."
Daniel sungguh tidak mengerti arah pembicaraan Rana.
"Abang? Apa maksud kamu Rana?"
Rana frustasi dengan jalan hidupnya yang selalu penuh dengan lika-liku yang tak berujung. Tak pernah dia menemukan titik terang jalan kehidupannya.
Diam sejenak. Isakan kecil lolos dari mulut Rana dan terdengar oleh Daniel yang berada di sebelahnya.
"You are my stepbrother."
Mata Daniel melebar. Dia ternganga mendengar pengakuan dari Rana.
Mengapa keluarganya tidak memberitahukan kalau Rana adalah adik tirinya? Mengapa mereka menyembunyikannya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Eleven Stepbrothers - Wanna One
Fanfiction| Season 1 | [Book 1] ✔ [Book 2] ✔ Hidup bersama dengan sebelas saudara tiri laki-laki tidak semenyenangkan seperti film-film yang di tonton oleh Rana. Ada yang menerimanya sebagai keluarga mereka dan ada yang sebagian membenci kehadiran Rana. Seper...