Rumah tampak sepi dan kosong karena semua penghuninya sedang pergi kecuali Daniel dan Rana. Hanya ada mereka berdua di rumah.
Daniel yang lapar butuh camilan turun dari kamarnya mengambil camilan di dalam kulkas. Pandangannya teralihkan pada Rana yang bersenandung kecil sembari membuat susu coklat panas.
Daniel melewati Rana kemudian membuka kulkas dan mengambil beberapa camilan. Bersamaan dengan di tutupnya kulkas, Daniel berkata sesuatu.
"Masih sempat-sempatnya lo nyanyi di saat sebuah keluarga mau hancur akibat ulah lo."
Tangan Rana yang sedang mengaduk susu coklatnya itu, kini harus terhenti karena perkataan Daniel yang menohok hatinya.
"Saya gak pernah merasa menghancurkan keluarga anda."
Damn!
Kini giliran hati Daniel yang merasakan ngilu kala mendengar balasan dingin dari Rana. Sang adik tirinya itu.
"Haruskah, gue membuat lo sadar kalau lo adalah penghancur keluarga gue?"
"Dengan senang hati."
Daniel tidak membalasnya. Dia hanya tersenyum miring kemudian melewati Rana begitu saja dan kembali lagi ke kamarnya yang berada di lantai dua.
Setelah kepergian Daniel, barulah Rana menghembuskan napas panjangnya. Dia harus siap menjalani ini setiap saat. Ini sudah menjadi bagian dari takdirnya.
Rana pun membawa susunya ke atas.
Disaat dia hampir menaiki anak tangga yang terakhir, tiba-tiba saja Daniel muncul dari kamarnya dan menjulurkan salah satu kakinya dengan sengaja menyelengkat kaki Rana hingga Rana terjatuh dari tangga dengan pecahan beling yang melukai kulit lengannya.
"Akh..." Rintihnya kesakitan.
Tubuh Rana telungkup lalu dahinya yang berdarah bersentuhan dengan pecahan beling gelasnya. Begitupun telapak tangannya yang tertancap pecahan beling yang tajam.
"Gimana permainan dari gue? Apa lo menyukainya, Rana? Sekarang, lo udah sadar, kalau lo adalah penghancur keluarga gue?" Daniel berseru dari atas sambil tertawa menyeramkan.
"Brengsek! Akh... Abang Dan--akhhh!"
Rana menjerit kesakitan ketika Daniel turun dan langsung menginjak tangannya yang terkena beling juga menarik rambutnya kasar.
"Sepertinya, lo belum puas dengan permainan gue, Rana."
Kepala Rana mendongak menatap manik mata Daniel.
"Eng--enggak... Ran--rana mohon... Hentikan..."
Daniel tak mengindahkan permohonan Rana untuk berhenti ingin menyiksanya. Lalu Daniel membalik tubuh Rana yang tengkurap menjadi telentang dan menarik rambutnya, menyeretnya menuju kamar mandi.
Gadis malang itu merasakan sakit yang luar biasa ketika kakaknya sendiri menyeretnya kasar dengan menarik rambutnya.
"Ah... Abang... Sa... Sakit."
Sesampainya di kamar mandi, Daniel langsung menenggelamkan kepala adik tirinya itu di bathub.
Terlihat gelembung-gelembung air yang berasal dari mulut Rana akibat tidak bisa bernapas. Rana tidak bisa memberontak Abangnya karena kedua tangannya di injak olehnya.
Lima belas menit Daniel menyiksa Rana, barulah Daniel melepaskannya yang membuat bagian kepala belakang adik tirinya terkena bathub.
Daniel kemudian keluar dari kamar mandi. Rana sudah tidak kuat lagi menahannya. Jika hari ini dia akan mati, Rana siap menerimanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eleven Stepbrothers - Wanna One
Fanfiction| Season 1 | [Book 1] ✔ [Book 2] ✔ Hidup bersama dengan sebelas saudara tiri laki-laki tidak semenyenangkan seperti film-film yang di tonton oleh Rana. Ada yang menerimanya sebagai keluarga mereka dan ada yang sebagian membenci kehadiran Rana. Seper...