23 - Teruntuk Rana dari Seseorang yang Sudah Mencintainya

2.8K 385 17
                                    

Guanlin yang tengah menuruni anak tangga menuju kantin tiba-tiba berhenti mendapati pemandangan Rana dengan air matanya yang meluruh. Dia diam.

Ini pasti akan terjadi secepatnya. Guanlin membiarkan Rana meluapkan semuanya pada Minki. Membiarkan Rana menyelesaikan permasalahan nya sendiri.

Minki dan juga sahabatnya tampak kaget dengan kehadiran Rana yang tak di inginkan hadir di depan mereka. Minki jalan mendekati Rana.

"Tangan kamu..." Minki berusaha menggapai tangan Rana yang tersiram kuah panas.

Reflek Rana menepisnya penuh emosi dan kekecewaan yang tidak bisa di tahan.

"Rana kecewa sama Kakak." Air matanya tak bisa di tahannya hingga mengalir begitu deras.

"Maaf. Kamu boleh kecewa sama aku. Tapi, dengar penjelasan aku dulu." Pintanya memohon pada Rana.

"Kakak mengizinkan Rana untuk boleh kecewa sama Kakak, tapi, di sisi lain, Kakak ingin menjelaskan semuanya pada Rana. Bukannya Kakak brengsek namanya?"

Dengan tatapan penuh kecewa, Rana menatap mata Minki mencari sebuah ketulusan. Tetapi, Rana tidak menemukan ketulusan itu dari matanya.

Tubuh Minki menegang mendengar Rana mengatakan dia brengsek. Ya. Jika bukan karenanya, Rana tidak akan pernah mengatakan hal itu.

"Rana... Kamu salah. Biarkan aku berbicara sebentar untuk menjelaskan semuanya..."

Perasaannya terkhianati dalam sekejap mata. Semua pasang mata menatap mereka dan ada yang juga berbisik membicarakan mereka yang ribut di tengah umum.

Semua orang pikir keduanya bertengkar di depan umum sudah biasa. Klasik. Bisa dikatakan juga mencari perhatian. Namun bagi Rana tidak. Ini adalah hal terpenting dalam hidupnya. Dia tidak ingin di tipu daya lagi. Apalagi termakan rayuan gombal klasik dari seorang laki-laki brengsek.

"Untuk apa aku meminta penjelasan disaat semuanya sudah jelas? Semuanya udah jelas Kak. Kak Minki gak perlu menjelaskannya lagi. Apa yang mau Kakak jelaskan soal cinta palsu Kakak itu, hm? Apakah itu akan menguntungkan aku? Enggak Kak! Sama sekali tidak! Sebaliknya. Aku yang merasa di rugikan sama Kakak! Aku merasa dirugikan karena sudah membuang waktu berharga aku hanya untuk orang yang berbohong mencintai aku! ..."

"Rana... Mohon, dengar penjelasan aku dul--" Rana tidak memberikan Minki berbicara.

"... Kalau Kakak mencintai aku adalah sebuah kebohongan, apa tentang Kak Minki anak tiri dari pemilik sekolahan ini adalah kebohongan juga?"

Semua murid yang menyaksikan kejadian itu spontan membuka mulutnya lebar. Menganga tidak percaya tentang pernyataan bahwa Minki adalah anak tiri dari pemilik sekolah mereka.

"Seriusan, Minki cuman anak tiri? Ck! Anak tiri aja sombong banget pamer kekayaan orang tuanya!"

"Gak nyangka gue kalau Minki ngaku-ngaku kalau dia anak orang kaya."

"Oh, ternyata Minki anak tiri. Pantesan wajahnya sama sekali gak mirip bokapnya."

"Anjir... Serius, Minki anak tiri Om Davis?" Kata Dongho menimpali.

"Shut up your mouth, Dongho." Kata Jonghyun untuk mencegah masalah menjadi lebih rumit lagi.

Rana menatap ke sekeliling. Semua murid sedang menggunjingkan Minki setelah apa yang barusan di ucapkan nya. Tatapannya beralih fokus pada Minki.

Sorotan mata itu. Rana mengenalinya. Sorotan mata kekecewaan.

"Waktu itu, kamu dan alam adalah saksi ketika kita bersama menjadi satu. Tapi, sekarang, kamu dan perasaan saya adalah saksi ketika kita bersama yang kemudian lebur menjadi kenangan. Saya enggak pernah menyangka bahwa kamu akan mengatakan rahasia saya. Kenapa kamu tidak mengatakan kepada dunia juga, kalau saya hanyalah anak tiri dari pemilik sekolah ini? Saya jujur, saya mencintai kamu karena taruhan, bukan karena hati. Itu awalnya ..."

"... Dan saya akan jujur, bahwa saya memang sekarang sudah mencintai kamu bukan karena taruhan, melainkan hati. Sayangnya, rasa itu sudah lenyap menyatu dengan perasaan kecewa saya kepada kamu. Saya kira, kamu adalah pundak tempat saya bersandar, ternyata saya salah. Kamu adalah pemberhentian terakhir tempat saya berpulang. Terimakasih atas semua waktu yang telah kamu sia-siakan hanya untuk saya ..."

"... Dan saat ini, tidak ada lagi kita diantara saya dan kamu. Saya pamit. Semoga kedepannya kamu selalu bahagia ..."

Tenggorokan Rana tercekat kala Minki berbicara formal kepadanya menggunakan kata 'Saya' sebagai penggantinya. Keadaan berjungkir balik menjadi menyerang gadis itu.

Minki pergi dari kerumunan orang menuju kelasnya mengambil tas kemudian pergi dari sekolah yang menjadi tempat berakhirnya hubungannya dengan Rana.

Rana bergeming. Sama sekali tidak bereaksi apapun atas apa yang barusan terjadi karena ulahnya. Lagi dan lagi. Seseorang terluka karenanya.

Seakan mengerti bagaimana suasana saat itu, Guanlin langsung menarik menjauh dari para kerumunan siswa yang mengerumuni adiknya itu.


























sorry for this chapter is very short and slow to update

Eleven Stepbrothers - Wanna OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang