08

715 62 4
                                    

Suara dengkuran halus terdengar tepat di telinga Jennie, gadis berpipi chubby itu perlahan membuka matanya lalu mendapati wajah Al yang hanya berjarak beberapa senti dari wajahnya.

Tangan Al yang tidak diinfus melingkar di pinggang Jennie, wajah Jennie memerah mengingat jika semalaman Jennie dan Al tidur dalam ranjang yang sama.

Ditatapnya wajah tampan sekaligus imut yang penuh luka lebam akibat pukulan geng Planet, luka yang masih basah dan berwarna keunguan itu sangat merusak ketampanan Al.

Jennie perlahan mengangkat tangan Al yang berada di pinggang Jennie, lalu bangun dari tidurnya untuk mencuci muka.

Jennie hanya menggelengkan kepalanya saat melihat posisi tidur anak Perfect yang sangat absurd. Dari Rangga yang tidur menindih kaki Sena, Vino yang tidur saling meyender dengan Raffa dengan mulut yang terbuka dan air liur Raffa yang ada disekitar sudut bibir cowok itu, sedangankan Haikal dan Fauzan yang tidur dilantai dengan alas karpet berbulu tidur dengan sangat rusuh.

Jennie menuju toilet yang berada di kamar rawat Al, untuk mencuci muka. Setelah itu dia keluar dan menemukan Dio yang sedang berdiri memandang anak Perfect seperti 'mereka ancur banget kalo tidur' .

"Kak Dio, baru dateng?" Tanya Jennie basa-basi lalu tersenyum simpul.

"Iya, lo nginep disini, Jen?" Tanya Dio yang sekarang duduk di pinggir kasur Al.

"Iya, khawatir banget sama Al kalo engga nginep takut kepikiran terus." Ucap Jennie seraya menguncir rambut panjangnya.

"Banyak orang disini, kenapa harus khawatir?" Tanya Dio dengan nada yang tiba-tiba datar.

Entah kenapa Dio tidak suka jika Jennie sangat peduli kepada Al, sejak pertama kali melihat Jennie gadis itu sangat menarik perhatian Dio cowok yang tidak tertarik dengan cewek.

"Ehm, iya juga sih tapi gue tetep khawatir." Ucap Jennie sekenanya.

Sebenarnya Al sudah bangun sejak Dio datang, entah kenapa Al ingin pura-pura tidur atau emang Al yang malas bangun. Kalian harus tau jika Al ini orangnya jika sudah bertemu kasur akan susah untuk bangun, sebut saja Al pemalas.

"Lo pacar Al, Jen?" Tanya Dio terdengar serius.

Semoga saja Jennie menjawab tidak, itu pikir Dio. Dio sebenarnya bingung apa yang terjadi dengan dirinya ini, dia bingung kenapa kepo sekali dengan urusan oramg seperti sekarang.

"Ehm bu--"

"Iya dia pacar gue, hyung." Ucap Al yang memotong ucapan Jennie.

Jennie bungkam dan mendelik menatap Al minta penjelasan, sedangkan yang ditatap hanya diam dengan menunjukan ekspersi kelewat datar. Dasar Sugara menyebalkan Alvian.

Drrtttt.. drttt..

Ponsel Jennie bergetar dengan menampilkan nama John dilayar ponselnya.

Kak John titisan miper is calling

"Halo, apaan bang?"

"..."

"Yaudah gue pulang sekarang, gue kuliah sore. Yaudah bye."

Tut.

"Kenapa, Jen?" Tanya Al.

"Gue harus pulang, ada urusan mendadak." Ucap Jennie.

"Ehm Jen--"

"Jennie bareng gue aja yuk, kebetulan gue juga mau pulang dulu ke drom. Dorm sama rumah lo searah juga." Ucap Rangga dengan cepat dan memotong ucapan Dio.

"Iya boleh, bang." Ucap Jennie.

"Al, gue pulang dulu ya. Nanti malem gue kesini lagi, bye." Ucap Jennie lalu tersenyum.

"Hati-hati, Jen, bang." Ucap Al dengan nada cukup lembut.

"Sip."

"Oke."

****
"Makasih ya, bang." Ucap Jennie.

Lalu Jennie turun dari mobil Rangga, Rangga tersenyum menbalas ucapan Jennie kemudian pergi.

Dihalaman rumah Jennie sudah terparkir tiga mobil mewah, mobil berwarna silver milik Johnny dan mobil berwarna putih milik ayah Jennie. Sedangkan mobil berwarna ping itu Jennie tak tau mobil milik siapa.

"Ayah, kak John, i'm home." Ucap Jennie seraya memencet bell.

Menunggu pintu dibuka, Jennie menyempatkan dirinya untuk berkaca lewat kaca ponselnya. Jennie memang sangat memperhatikan penampilannya.

Cklek..

Pintu terbuka menampilkan Johnny dengan wajah tampak kesal, lalu mengandeng Jennie menuju ruang keluarga.

Disana ada Raihan, prempuan seumuran bunda Jennie dan juga Joy. Joy teman Irenne orang yang berusaha menghancurkan hubungan Lisa dan Vino dulu.

Jennie dan John duduk di depan Raihan, Jennie mencoba mengerti situasi sekarang

"Jennie, dia adalah calon mama kamu, Tante Siela dan anaknya Joy." Ucap Raihan dengan senyumannya.

Tatapan Jennie langsung berubah tak suka, gurat-gurat amarah terlihat di garis wajah Jennie.

"Ayah, Jennie udah bilang engga setuju kalo ayah menikah lagi!" Bentak Jennie dengan nada tegasnya.

Raihan tersentak, lalu memandang Jennie tajam. "Kamu mau melawan ayah seperti Johnny?" Tanya Raihan sinis.

"Ayah yang buat Jennie melawan, sampai kapan pun Jennie engga akan setuju jika ayah menikah lagi! Apa lagi dengan prempuan ular seperti dia!" Ujar Jennie murka dengan menunjuk kearah Siela dan Joy.

Siela menatap Jennie kesal, tidak terima dipanggil wanita ular oleh Jennie. "Raihan anakmu benar-benar tak sopan." Ucap Siela santai tapi menusuk.

"Jangan bicara sembarangan, Jennie!" Bentak Raihan.

"Jadi ayah lebih memilih wanita ular itu, daripada anak ayah sendiri?!" Tanya Jennie dengan air mata yang mulai menetes.

John mengelus pundak adiknya itu mencobanya menenangkan Jennie, John sangat tidak bisa melihat adik kesayangannya sakit.

"Kalau kalian masih membantah ayah, bereskan barang kalian dan angkat kaki dari rumah ini!" Ucap Raihan membuat Jennie menatap Raihan tak percaya.

Siela dan Joy tersenyum menyiratkan jika mereka berdua menang.

"Oke, Jennie beresin barang-barang lo dan pindah ke apartemen gue. Gue bisa ngebiyayain lo lebih dari cukup, jangan lupa kalo gue CEO muda dari perusahan JA company." Ujar John tak mau dibantah.

"Dan untuk tuan Raihan, saya berterimakasih atas semua kebaikan yang anda berikan kepada saya dan adik saya." Ujar Johnny lagi lalu menarik Jennie menuju kamar Jennie.

Dengan bercucuran air mata, Jennie mengemas semua barang-barangnya ke dalam lima koper besar. Barang-barang Jennie sangat banyak membuat dia membutuhkan koper yang banyak juga.

Setelah selesai Jennie dan Johnny keluar dari rumah yang menjadi tempat kenangan-kenangan indah dengan bundanya sebelum meninggal.

Dijalan Jennie terus-terusan menangis membuat John bingung harus melakukan apa. John ingat jika Jennie sedang sedih dulu bunda selalu memberikannya es krim.

Jadi John akan mampir ke kedai es krim terenak yang ada di Jakarta ini.

"Jen, ke kedai es krim dulu ya. Gue lagi pengen banget makan es krim." Ucap John dengan wajah cerianya.

Tatapan mata Jennie mengarah kearah John yang sedang tersenyum ceria, padahal Jennie tau jika John sangat terpukul seperti apa yang Jennie rasakan sekarang.

Andai Jennie bisa setegar John, John orang yang kuat batin maupun fisik. Jennie salut kepada kakak satu-satunya itu.

"Iya kak." Jawab Jennie dengan tersenyum terpaksa.

****

Cold Boy #BS2 (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang