Masih dini hari, jam menunjukan pukul tiga pagi. Tetapi cowok berkulit putih itu mondar-mandir gelisah di dalam kamarnya seraya menatap ruang obrolannya bersama Jennie.
Jennie sama sekali tidak menghubunginya sejak terakhir bertemu di Bandara. Al Frustasi memikirkan kemana Jennie sebenarnya, cowok itu takut jika terjadi sesuatu dengan Jennie.
Bukan cuma mengirim pesan via line, Al juga sudah mencoba menelepon dan vidio call dengan Jennie tapi sama sekali tak diangkat.
Begitu juga dengan kakak Jennie, Al sudah menghubungi Johnny tapi nihil, Johnny tak menjawab pesannya.
Makin pening, Al keluar dari kamarnya menuju dapur untuk mengambil minum. Al harus minum supaya pikirannya jernih lagi.
Di dapur ternyata ada Sena yang sedang membuat kue. Mungkin Sena sedang mencoba membuat eksperimen rasa kue terbaru.
"Udah bangun lo, tumben." Tanya Sena tetapi tak menatap Al karena fokus membuat adonan kue.
"Haus." Ucap Al sambil membuka kulkas lalu langsung meneguk air minum yang ada dibotol tupperware.
"Yakin cuma haus doang jadi bangun? Atau karena hal lain?" Tanya Sena.
"Iya, gue mau ke kamar lagi." Ucap Al sambil manaruh botol tupperware ke meja makan.
"Subuh jangan lupa bangun, lo mah kebo kan." Ucap Sena lagi.
"Iya." Sahut Al lalu pergi meninggalkan dapur.
Bukan ke kamarnya Al malah berjalan ke arah rooftoof untuk menikmati angin di pagi buta yang dingin, Al merasa kalo dirinya lebay padahal baru hampir seharian tak diberi kabar oleh Jennie dirinya sudah sangat khawatir.
Rasa dingin langsung menusuk ke kaki Al yang dimasukkan ke dalam kolam renang yang ada di rooftoof ini, Al menatap bintang yang sedikit tertutup oleh awan.
Angin yang berhembus membuat tubuh Al menjadi kedinginan, tapi Al tidak peduli. Al hanya butuh menjernihkan pikirannya yang dangkal.
"Anjirlah, kenapa gua kayak budak cinta banget sih." Ucap Al sambil mengacak rambutnya frustasi.
"Al? Ngapain lo disini?" Tanya Fauzan yang berada di depan pintu.
"Nyari angin." Ucap Al singkat.
"Yang ada lo malah diserang sama angin bego! Masuk angin lo." Kata Fauzan sambil duduk di samping Al.
"Jennie gak ada kabar." Ucap Al tiba-tiba.
"Panteslah, mungkin dia sibuk ngurusin tunangan bokapnya." Sahut Fauzan yang membuat Al menatap Fauzan bingung.
"Lo gak dikasih tau ya, sekarangkan bokap Jennie tunangan. Gua dikasih tau Jissa, Jissa dikasih tau bokapnya yang jadi rekan kerja bokapnya Jennie." Ujar Fauzan yang membuat Al langsung bangkit dari duduknya.
Al langsung mengambil ponselnya langsung, lalu menelpon Jennie tetapi tak ada jawaban. Al tau pasti sekarang Jennie sedang sedih dan berada dalam masalah.
"Kenapa lo gak bilang daritadi sih!" Sewot Al membuat Fauzan menatap cowok itu sinis.
"Yeuh dasar gak tau diri." Ucap Fauzan lalu meninggalkan Al yang sedang kesal sendiri di rooftoof.
****
Jennie menatap pantulan dirinya di cermin yang berada tepat dihadapannya, sekarang dirinya tengah di make up oleh seorang perias yang datang dari salon.Jennie sebenarnya agak jengkel juga, karena sudah di make-up pagi-pagi sekali padahal acara pertunangannya nanti siang. Entah apa tujuan ayah nya membuat dirinya berdandan sepagi ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold Boy #BS2 (END)
Teen FictionSugara Alvian, sedingin es dikutub selatan itu sangat cuek kepada sekitarnya. Dia tidak pernah berbicara dengan nada ceria, dia selalu memakai nada ketus dan datar. Dia jarang tersenyum, wajahnya sangat kaku namun dia tampan. Adelia Jenniezza, dia a...