21

576 55 4
                                    

Bandara Internasional Soekarno-Hatta sekarang adalah tempat pertama dimana Al dan Jennie menginjakkan kaki lagi di Indonesia, setelah penerbangan kurang lebih enam jam Jennie dan Al akhirnya tiba juga di Indonesia.

Mereka terlihat tampak kelelahan, Jennie dan Al tersenyum saat melihat Sena dan Johnny yang melambaikan tangan ke arah mereka.

Johnny berlari menghampiri adiknya, lalu memeluk Jennie dengn erat. Jennie membalas pelukan kakak nya itu tak kalah erat.

Al tersenyum tipis memandang Sena lalu keduanya pelukan sebentar dan bertos ala cowok.

"Gimana urusan kalian udah selesai?" Tanya Johnny sambil mengambil alih koper yang dipegang oleh Jennie.

"Iya, kalo belum gue gak bakal ada disini." Kata Al sambil menatap Johnny.

"Yaudah pulang, yuk. Entar ngobrol nya di rumah aja sambil lo istirahat." Kata Sena sambil memperhatikan kondisi Al yang sepertinya sangat kelelahan.

"Yaudah kalo gitu, gue sama Jennie duluan ya." Kata Johnny pamit.

"Iya, hati-hati Johnny." Kata Sena.

"Pamit ya kak Sena, duluan." Ucap Jennie.

Jennie tersenyum, Johnny menggandeng jadi untuk berjalan berdampingan. Mereka berdua berjalan ke arah parkiran dimana mobil Johnny terletak disana.

Di dalam mobil, Jennie menyederkam tubuhnya lalu mulai menutup matanya. Jennie lelah ingin tidur walaupun hanya sebentar saja, perjalanan dari Seoul ke Jakarta cukup memakan waktu dan tenaga.

"Kak, kalo udah sampai bangunin aja ya." Ucap Jennie dengan keadaan yang setengah sadar.

"Iya, lo tidur aja." Kata Johnny sambil mengusap singkat kepala Jennie.

Johnny menatap adik nya dengan senyum tipis, Johnny sekarang hanya punya Jennie sebagai keluarganya. Ayahnya bahkan lebih memilih wanita lain dibandingkan anak-anaknya, Ibunya juga sudah meninggal.

"Semoga lo bahagia sama Al ya." Bisik Johnny.

Tak lama mereka sampai di gedung apartemen, Johnny menepuk pipi Jennie supaya adiknya itu bangun.

"Udah nyampe, Jen." Ucap Johnny membuat Jennie perlahan membuka matanya.

"Masih ngantuk dah gue." Kata Jennie sambil membuka pintu mobil Johnny.

Jennie turun dari mobilnya, Johnny juga turun lalu mengambil koper mobil dibagasi.

"Panas banget Jakarta, engga kayak di Korea dingin." Ucap Jennie sambil menggandeng tangan kakaknya.

"Namanya juga Jakarta, kapan sih gak panas." Kata Johnny.

"Johnny! Jennie!" Panggil lelaki paruh baya yang memiliki badan atletis.

"Ngapain, ayah kesini?" Tanya Johnny ketus.

Jennie memandang ayahnya datar, dia sangat enggan melihat wajah tampan ayahnya. Johnny sama muak tak ingin bertemu dengan Ayahnya.

"Besok adalah hari pertunangan ayah, jadi ayah mohon kalian pulang ke rumah." Ucap Raihan

"Kita engga sudi pulang ke rumah anda." Ucap Jennie sambil menatap ayahnya angkuh.

"Yah, tolong pergi dari sini sebelum Johnny usir ayah dengan tidak terhormat." Ucap Johnny yang berusaha menahan kekesalannya terhadap orang tuanya itu.

"Dasar anak tidak punya santun! BAWA MEREKA BERDUA PAKSA!" Maki dan perintah Raihan dengan tatapan murka.

Beberapa bodyguard milik Raihan langsung menghampiri Johnny dan Jennie untuk menangkap. Johnny tak bisa melawan bodyguard itu karena jumlahnya banyak, Jennie hanya pasrah sampih memaki ayahnya.

"LEPASKAN KAMI SIALAN!" Bentak Johnny sambil berusaha melepaskan tubuhnya dari bodyguard sialan itu.

"Lepasin gue! Sialan ya lo pada!" Maki Jennie.

****
"Assalammualaikum, gue balik." Ucap Al saat menginjakan kaki diruang tamu drom Perfect.

"Waalaikumsalam. Eh udah balik, sini Al. Buset muka lu lecek banget, capek banget pasti." Ucap Rangga sambil menghampiri Al dan menarik Al untuk duduk di ruang tengah dorm.

"Wahhh, udah balik. Mana oleh-oleh buat gue?" Tanya Fauzan dari arah lantai dua dengan suara nyaring.

"Yeuh, baru Al balik udah dimintain oleh-oleh." Ucap Vino sambil menoyor kepala Fauzan dari belakang.

"Halah lo juga pasti mau oleh-oleh kan?" Kata Fauzan ngegas.

"Bacot, ribut mulu." Ucap Haikal yang datang dari dapur bareng Raffa.

"Udah-udah sini ngumpul dulu, jangan banyak omong." Ucap Sena yang kesal melihat tingkah laku sahabatnya yang benar-benar kekanakan.

"Gimana disana? Gak macem-macem kan lo sama Jennie?" Tanya Raffa.

"Engga 'lah." Ucap Al sambil menyederkan kepalanya pada sofa.

"Istirahat dulu sana."  Ucap Sena pada Al.

"Gue gak capek-capek banget sih." Ucap Al sambil menegakkan tubuhnya.

"Pale lu gak capek, muka udah kayak zombie gitu. Beler!" Ucap Rangga sambil menatap ngeri muka Al yang acak-acakan.

"Gue penasaran deh, soal hubungan lo sama Jennie. Kalian itu pacaran atau temenan doang sih?" Tanya Fauzan yang membuat semua yang ada disini menatap Al seolah meminta jawaban atas pertanyaan Fauzan.

Al terdiam sebentar, dia juga ikut bingung sebenarnya hubungan dirinya dengan Jennie itu apa?

Helaan nafas terdengar pasrah, lalu Al menggeleng bingung. "Gak tau." Jawab Al.

"Cepet resmiin dong, emang lo rela si Jennie di gas cowok lain?" Tanya Vino yang membuat Al langsung menggeleng cepat.

Tentu saja Al tidak rela, apalagi setelah Al sadar jika dirinya mencintai Jennie. Al jadi gelisah sendiri, takut jika apa yang dikatakan Vino menjadi kenyataan.

"Mangkanya lo tembak dong Jennie nya." Sahut Raffa mengompori Al.

"Gue gak tau cara nyatain perasaan." Ucap Al dengan wajah yang terlihat gelisah.

Wajah datarnya hilang begitu saja, entah hilang kemana kesan dingin seorang Al ketika sedang gelisah dan takut seperti ini.

"Halah lemah lo masa gak tau soal nembak cewek." Cibir Fauzan.

"Gue gak pernah pacaran." Kata Al menatap kesal Fauzan.

"Yaudah, entar gue bantuin deh." Ucap Haikal.

"Lo tau beres aja, Al. Entar kita booking tempat buat nembak Jennie." Ucap Rangga dengan senyuman manis.

"Nah iya, ide bagus tuh." Ucap Vino.

"Beneran? Thanks ya all." Ucap Al dengan senyuman lebar yang tidak seperti biasanya membuat anak Perfect takjub.

"Yaudah sekarang lo ke kamar, istirahat." Ucap Sena.

"Iya, bang." Ucap Al lalu berdiri dari duduk nya lalu menarik kopernya menuju lantai dua.

****
Jennie dikurung dikamar rumahnya, tanpa diberi ponsel untuk menghubungi teman-temannya. Kamarnya di kunci, lalu jendelanya diberi besi penjaga yang membuat Jennie tidak bisa kabur lewat jendela.

Jennie tak tau keadaan Johnny seperti apa sekarang, Jenni takut jika Johnny disiksa oleh Raihan karena membrontak ingin pergi dari sini.

Rasanya Jennie ingin menghubungi Al supaya Al bisa menyelamatkan mereka, tapi mau bagaimana lagi Jennie hanya bisa duduk manis tanpa bisa melakukan apapun sekarang.

Gadis itu benar-benar ingin pergi dari sini, tak mau menyaksikan Raihan bertunangan dengan wanita lain.

"BUNDA!!! JENNIE KANGEN BUNDA, JENNIE KANGEN BUNDA. BUNDA, JENNIE GAK MAU BUNDA BARU." Teriak Jennie histeris sambil menangis.

Hatinya benar-benar sakit sekarang, ayahnya benar-benar melupakan Bunda nya yang sudah berada di alam lain. Ayahnya berubah menjadi penjahat karena wanita matre itu.

****
Kangen gak sama ini?

Cold Boy #BS2 (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang