Cerahnya matahari seolah ikut bahagia melihat Jennie dan Al yang terlihat bahagia berduaan ditaman rumah sakit. Jennie duduk di kursi taman sedangkan Al duduk di kursi roda, Al belum bisa berjalan benar karena kaki Al belum sembuh dari retaknya.
Tadi subuh-subuh Jennie datang ke rumah sakit, karena kemarin sore dia tidak bisa datang memenuhi janjinya untuk menjenguk Al karena keadaan Jennie yang masih kacau.
"Jennie, mata lo sembab." Ucap Al seraya mengelus pipi tembam Jennie.
Jennie menegang karena sentuhan ibu jari Al pada pipinya, rasanya di dalam perut ada ribuan kupu-kupu yang begerak. Pipi Jennie lama kelamaan bersemu merah seperti tomat.
Itu membuat Al terkekeh pelan, Jennie yang melihat momen langka ini sangat takjub betapa manisnya wajah Al saat dia tersenyum.
"Hm, emang iya apa, sok tau deh lo. Ini mah bedak gue gak rata." Elak Jennie seraya tersenyum cerah.
Tampak tak percaya dari jawaban Jennie, Al hanya memandang Jennie datar. Selanjutnya Al bersikap seolah percaya dengan perkataan Jennie.
"Al, gimana udah mendingan? Maaf banget kemarin sore gue engga bisa jengukin lo, gue ada urusan yang lumayan penting." Kata Jennie seraya menatap Al dalam.
"Urusan yang buat lo nangis gini?" Tanya Al sarkas.
Ternyata Al itu orang yang cukup peka dengan keadaan seseorang, tetapi Al tidak cukup peka dengan perasaan seseorang.
"Kayaknya gue engga bisa boong ya sama lo?" Tanya Jennie dengan kekehannya.
"Ya." Kata Al datar.
Harusnya Jennie tau jika manusia albino ini tidak suka bertele-tele, Al orang yang mau langsung tau inti permasalahannya tanpa harus terbasa-basi dahulu.
"Ayah gue mau nikah lagi, padahal gue sama kak John engga setuju. Bahkan ayah ngusir gue dari rumah, untung aja kak John punya apartemen kalo engga gue pasti udah jadi gembel dijalanan." Cerocos Jennie dengan muka melas yang membuat Al gemas.
"Gue ada buat lo, gue bisa jadi sandaran lo." Ucap Al dengan santai.
Kata-kata itu harusnya romantis jika diucapkan dengan nada yang manis, tetapi jika Al yang mengucapkannya akan terlihat biasa saja karena diiringi dengan nada datar. Satu yang Jennie harus tau tentang Al, dia itu lelaki yang tidak bisa romantis.
"Ayah gue lebih milih wanita itu Al dibanding gue! Dia khianatin bunda, Al! Gue engga terima, gue.. hiks.. hiks.." Ucapan Jennie terpotong karena Jennie yamg sudah tidak dapat membendung tangisannya.
Satu tangan Al yang tidak diinfus memeluk Jennie erat, rasanya Al tidak terima jika ada yang berlaku jahat pada Jennie sekalipun itu ayah Jennie sendiri. Al bingung kepada dirinya sendiri, kenapa Al merasa tidak rela jika ada orang yang menyakiti Jennie sendiri.
Hal ini sangat baru untuk Al yang awam soal dunia percintaan, bahkan Al tidak tahu apa arti kata cinta yang sesungguhnya.
"Apa perlu gue hajar bokap lo? Gue engga rela liat lo gini." Ucap Al dengan nada bingung. Al bingung dengan perkataan yang diucapkannya pada Jennie barusan.
"Hahahaha, sok sokan lo mau ngehajar bokap gue, kaki lo aja masih digips." Kata Jennie dengan nada parau.
Jennie tersenyum lagi karna Al, Jennie terkekeh lagi karna Al, Jennie tau jika moodboosternya adalah Al. Hanya Al yang hanya bisa menghapus kesedihan Jennie dengan hanya sekejap mata.
"Kenapa ketawa? Ada yang lucu?" Tanya Al jutek.
Al kesal dia tidak merasa membuat lelucon, tetapi Jennie malah menertawainya. Padahalkan Al sedang mencoba menguatkan Jennie, dasar Jennie menyebalkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold Boy #BS2 (END)
Teen FictionSugara Alvian, sedingin es dikutub selatan itu sangat cuek kepada sekitarnya. Dia tidak pernah berbicara dengan nada ceria, dia selalu memakai nada ketus dan datar. Dia jarang tersenyum, wajahnya sangat kaku namun dia tampan. Adelia Jenniezza, dia a...