6-1

13.4K 1.2K 374
                                    


Matahari sudah hampir turun ke peraduan untuk mendatangkan senja orange yang selalu memikat hati. Angin bergerak semilir, mengedarkan kesejukan yang terlampau memabukan hingga menggoda siapapun untuk sejenak memejamkan mata dan terlelap dalam ketenangan mimpi.

Seperti Kim Seokjin, shift paginya telah selesai jam 5 tadi. Wajah letih begitu tampak di antara pahatan sempurna ketampanannya. Meski tidak mengurangi senyum yang terus terhias cantik dari belah bibirnya. Seperti pedoman hidupnya, tidak ada lelah dalam menjalani hidup. Karena bagi Seokjin, kebahagiannya di dunia tinggal sebatas senyum di wajahnya saja.


Meraih tas kerjanya, menyampirkan jas dokternya, Seokjin segera melangkah meninggalkan ruangannya. Hari ini ada tempat yang harus dikunjungi. Setiap bulan, di akhir pekan di minggu kedua. Seokjin selalu mempunyai kencan yang harus dilakukannya. Ada buncahan menyenangkan membayangkan bunga lili putih untuk sang Omega.

"Dokter Kim, sudah mau pulang?"

Langkah kakinya mendadak berhenti saat mendengar suara sapaan. Pandangannya mengedar dan mendapati dokter Song yang baru saja keluar dari ruangan prakteknya. Omong-omong, itu Song Hana, dokter yang baru sebulan ini ditetapkan untuk dinas di rumas sakit Seoul, dan juga pasangan mate dari Min Yoongi — pasien pribadi Seokjin.

"Ah, dokter Song." Seokjin mengangguk dan tersenyum, mensejajarkan langkah kakinya beriringan dengan Hana dan berjalan keluar bersama. "Kau juga sudah mau pulang juga? Dijemput Yoongi?"

"Ya, Yoongi tidak mengijinkanku berkendara sendirian. Entah kenapa, padahal aku sudah sering pergi kemana-mana sendiri sebelumnya."

Satu kekehan menyambut cerita Hana tentang Alpha-nya. "Kau harus terbiasa, dokter Song. Sepanjang aku mengenal Yoongi, bocah Min itu sangat keras kepala dan sangat protektif dengan apa yang menjadi miliknya."

"Ya, baru beberapa bulan bersamanya aku sudah hafal betul tabiat Yoongi. Setidaknya dengan sifat protektifnya yang berlebihan, aku tahu satu hal. Min Yoongi benar-benar mencintaiku. Benar bukan?"

Kini gelak tawa semakin keras, berasal dari Seokjin yang mengangguk menyetujui perkataan Hana. "Kurasa itu sebuah keberuntunganmu untuk mendapatkan cinta seorang Min Yoongi. Bahkan kalian sudah lebih jauh melangkah dan merencanakan pernikahan kalian."

Hana mengerling, membayangkan Min Yoongi yang kini telah bersamanya. Entah apa lagi yang harus dia kecewakan dalam hidupnya. "Yoongi bisa menerimaku saja sudah menjadi anugrah sendiri bagiku."

Kini anggukan pelan Seokjin menjadi jawaban, mengingat bagaimana perjuangan keduanya bersatu dulu. Jin menjadi salah satu saksi hidup untuk melihat Hana yang hampir merenggang nyawanya karena sebuah penolakan.

Keduanya berjalan hingga tiba di area parkir, dan disana mereka menemukan Yoongi yang baru saja tiba dan memarkirkan mobilnya disebelah Jin.

"Yoongi, bagaimana kabarmu?" Yoongi tersenyum, menjabat dan memeluk kilat Seokjin yang berjalan mendekatinya.

"Jauh lebih baik, hyung. Kau tahu sendiri bukan, sekarang aku mempunyai obat yang lebih mujarab dibandingkan obatmu." Yoongi tersenyum, menarik pinggang Hana dan memeluknya dari samping. Membuat Seokjin mendengus kesal dengan Yoongi yang pamer di depannya. Dan Hana yang merona merah dengan perlakuan Yoongi yang mendadak.

"Ya ya ya, kau tidak perlu pamer juga didepanku." Yoongi terkekeh, meski masih memeluk Hana tanpa melepasnya.

"Makanya, hyung. Cepat temukan Omega-mu dan segera klaim dia. Bersama Omega-mu kau akan mendapatkan kenikmatan yang tak akan pernah kau duga."

Satu pukulan bersemayam di bahu Yoongi, ucapan frontalnya mampu membuat Hana ingin mengubur dirinya hidup-hidup.

"Baiklah, aku pulang duluan, hyung. Sampai jumpa lagi."

Seokjin mengangguk dan tersenyum menatap pasangan didepannya yang mulai memasuki mobil. Ada pertengkaran kecil disana dimana Hana masih kesal dengan Yoongi.

Dan tanpa keduanya sadari, senyum Seokjin berubah. Senyum dengan isyarat yang hanya dirinya sendiri tahu. Semua tak ada yang tahu, sama sekali tak ada. Bagaimana Seokjin telah bertemu dengan Omeganya dengan keadaan yang sama sekali tak di duganya.

"Hahhh—" satu helaan nafas untuk menetralkan gemuruh di hatinya. Seokjin berjalan memasuki mobilnya, dan mulai menghidupkan mobilnya untuk menuju suatu tempat. Tempat dimana semua kehidupannya berada.

• • •

Senja masih sedikit tampak, meski keadaan sedikit gelap, namun pencahayaan lampu-lampu dari bangunan di puncak bukit itu masih menandakan bahwa bangunan tua itu masih terbuka untuk umum. Jam menunjuk angka 6, di akhir pekan memang kegiatan di tempat ini baru akan tutup di jam 8 malam. Masih ada waktu untuk Seokjin bercengkrama dengan Omeganya.

Seokjin menatap pantulan dirinya dari kaca, sangat sempurna. Tampan, tinggi, rapih, dan bersih. Seokjin merasa dirinya telah pantas untuk kencannya malam ini. Tidak ada cacat sama sekali. Terlebih dengan satu lili putih yang menjadi kesukaan Omeganya. Seokjin sangat percaya bahwa Omeganya akan bahagia melihatnya.

Aku sudah tak sabar.

Seokjin segera memasuki bangunan itu, pemandangan dari sana dari puncak bukit sangat indah. Seokjin tahu bahwa mate-nya tak akan salah mencari tempat tinggal yang indah. Pantas saja dia sangat betah disana.

Seokjin terus berjalan, hingga matanya menangkap ruangan di ujung dimana Omeganya menunggu. Seketika langkah kakinya dipercepat. Sudah tak sabar menemui Omeganya. Hingga kemudian tubuhnya telah sampai di ambang pintu kaca. Seokjin pun langsung berjalan masuk tanpa ragu.

"Hei, sayang. Menunggu lama?"

Seokjin tersenyum, berjalan mendekat. Mengulurkan bunga lili putih itu. "Aku membawakan bunga kesukaanmu lagi."

Seokjin meletakkan bunga lili itu di sebelah Omeganya. Pandangannya terfokus pada Omega didepannya. "Kau selalu terlihat cantik, Eunhye-ah. Sangat cantik. Seperti terakhir kita bertemu."

Mata Seokjin mendamba, menatap penuh cinta pada Omega dihadapannya. Siapapun yang melihat tahu, betapa besar cinta Alpha itu pada matenya.







Seokjin terus tersenyum, menatap Eunhye penuh cinta. Hampir tak pernah bosan, menatap seperti ini saja sudah membuat jantungnya berdebar dan berdenyut. Karena dalam hitungan menit, senyum Seokjin mendadak terhenti, berubah menjadi isakan tangis yang menyayat hati.






"Eunhye-ah, bisakah kau kembali? Kembali kemari, temani aku di sini."

Seokjin jatuh berlutut, dengan nafas yang tercekat karena tangisannya. Sekali lagi, sebahagia apapun Seokjin menemui Eunhye. Akan berakhir dengan ledakan tangisan yang memilukan.

Seokjin menarik lengan kiri kemejanya, menemukan lambang Alphanya yang menghitam pekat di atas pergelangan tangannya, tanpa pendaran tanpa kehidupan. Titik yang selalu Seokjin sembunyikan dari siapapun.

Karena jika ada yang melihat, mereka akan tahu. Bahwa Seokjin adalah Alpha 'pure black' yang pasangan Omeganya telah meninggalkannya dan pergi dari dunia ini lebih awal. Tanpa sempat sang Alpha melakukan pengklaiman dan penandaannya.











Disana, dihadapan Jin. Bersemayan abu Eunhye. Omega cantik yang menjadi mate Jin. Mereka telah bertemu. Saling mengendus feromon masing-masing. Hanya saja, kecelakaan merenggut nyawa Eunhye disaat Jin sama sekali belum melakukan pengklaimannya.

Disebelah guci yang berisi abu, terdapat foto Eunhye yang tampak tersenyum bahagia. Sangat cantik. Foto yang diambil Seokjin saat kencan terakhir mereka. Sebelum takdir merenggut kebahagiaan mereka.







- June 22, 2018



Nah, udah nangkep gak awal story Jin?
Masih awal ya, jangan baper dulu..

Fyi, HMS ganti judul ya. Semoga suka.

Luvluvluv,
- Adoreyna

The Saga : MATING HEAT ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang