"Hyemi, bagaimana kabarmu?"Gadis anggun itu tersenyum, menatap sosok sahabatnya yang telah selama tiga bulan ini tak ditemuinya. Masih sama, saudara kembar sahabat Hyemi itu masih sebegitu perhatian padanya. Mengingat awal dari kejadian yang menimpanya tiga bulan yang lalu adalah berasal dari usulan pemuda di hadapannya.
"Baik, jauh lebih baik. Kabarmu bagaimana, Namjoon?"
Namjoon menggeleng kesal, menatap tak suka pada Hyemi yang tersenyum manis padanya. "Tidak ada yang baik, kau membuatku hampir gila mencarimu selama tiga bulan ini, Hyemi."
"Maafkan aku. Aku tak bermaksud menghindarimu." Hyemi terkekeh kecil menatap Namjoon yang tampak benar-benar kesal.
"Lalu apa saja yang kau lakukan disini? Kami mencarimu. Jika bukan karena asistenmu yang kupaksa memberitahu keberadaanmu, aku tak akan pernah menemukanmu disini." Keheningan melanda keduanya, mendiamkan Hyemi yang mendadak terpacu pada ucapan Namjoon yang menunjuk 'kami'.
"Aku hanya menenangkan diri. Ada beberapa hal yang harus aku hilangkan dari pikiranku."
"Apa tentang Seokjin?" Lagi, keheningan mencekat Hyemi hingga mulutnya terkunci rapat. "Seokjin sudah menceritakan semua tentang kalian."
Hyemi menghela nafas berat. Pikirannya pernah berhenti di titik dimana dia akan bertemu dengan Seokjin lagi. Selama ini Hyemi memang mengasingkan diri, berusaha menghindari Seokjin tepat semenjak keduanya melakukan pengklaiman. Pengklaiman yang telah gagal dan meninggalkan luka sendiri bagi Hyemi.
Ya, nyatanya sisa dari pengklaiman itu hanya rasa sakit terlampau dalam ketika menyadari bahwa keduanya tidak berhasil untuk saling menyembuhkan. Hyemi kehilangan harapan, membuatnya ketakutan dan harus menjauhkan diri dari hal-hal yang berhubungan dengan Seokjin.
Namun nyatanya siang ini dia tak bisa menghindarinya. Tepat saat mendapati Namjoon yang nekat menyusulnya ke Jepang hanya untuk membuatnya kembali lagi ke Korea.
"Pulanglah, Hye. Seokjin mencarimu."
"Untuk apa? Pengklaiman kami telah gagal, Joon, dan kami tak akan pernah bisa saling memberikan hati kamu karena kami bukan satu takdir."
"Kau belum mencoba cara lain, Hye. Kau bisa melakukannya di malam bulan purnama."
"Jangan bodoh, Kim. Anugrah bulan purnama hanya berlaku untuk sepasang mate. Dan kami jelas bukan mate! Itu tidak akan berlaku." Hyemi sedikit meninggikan suaranya, menyadari kekesalannya telah bertumpu satu dengan kekecewaan di hatinya.
"Kau masih bisa mencoba di masa heatmu." Namjoon masih belum menyerah untuk semua rayuannya, berharap sahabatnya itu mau kembali ke korea dan menyelesaikan urusan mereka.
"Kim Namjoon, kau tahu satu hal yang paling ku inginkan?" Namjoon menatap Hyemi, wajah Hyemi begitu sendu, menyiratkan keputusasaan yang telah merenggut semua harapannya.
"Aku ingin merasakan bagaimana tersiksanya Omega yang mendapatkan heat. Meski menyakitkan, aku masih begitu menginginkan, Joon." Hyemi merunduk, menghapus kasar lelehan air mata yang mendadak mengalir tanpa dikendalikannya. "Aku tidak tahu kesalahan apa yang kuperbuat di kehidupanku sebelumnya, hingga aku ditakdirkan dengan Alpha yang telah mengkhianatiku, dan aku tidak tahu harus senang atau tidak saat Alpha itu mati tepat sebelum aku mendapatkan heatku setelah betrayalnya."
Hyemi mengembalikan pandangan gelapnya, menatap Namjoon dingin seperti hatinya yang telah membatu. "Kematian mate-ku membuat gairah dalam tubuhku mati, Joon. Dan aku tak mempunyai periode heat yang bisa membuktikan bahwa aku seorang Omega yang membutuhkan penyembuhan. Tak akan ada Alpha yang bisa menyentuh Omegaku!"
• • •
"Semua akan baik-baik saja, Hye. Percaya padaku."
Hyemi mengangguk, menatap Namjoon yang tengah menyetir mobil di sampingnya. Mereka telah berada di Korea. Namjoon telah berhasil membawa Hyemi kembali pulang dengan satu alasan yang terlontarkan,
'Setidaknya kalian tetap bisa berteman tanpa harapan menjadi pasangan yang menyembuhkan. Lagi pula, kau telah menyembuhkan hatimu, ku harap kau kembali pulang tanpa ketakutan akan sebuah harapan lagi.'
Hyemi hanya berpikir jika waktu baginya untuk menyembuhkan diri telah selesai. Dia rindu rumahnya, rindu pekerjaannya, dan rindu semua hal tentang kesenangannya di Korea. Hyemi harus pulang, tanpa harus memikirkan kembali pengklaimannya.
"Namjoon-ah, jika boleh jujur, aku hampir tak bisa mempercayaimu lagi. Tapi setidaknya aku bisa meredakan semuanya dengan keberadaanmu."
Ada percikan rasa bersalah di wajah Namjoon, bagaimanapun juga semuanya berawal dari ide gilanya untuk menyatukan Seokjin dan Hyemi.
"Jika Eunhye masih ada, kuyakin dia akan membunuhku sekarang karena sudah menyakiti sahabat terbaiknya." Namjoon terkekeh, membayangkan bagaimana kembarannya itu begitu mengerikan setiap kali mereka bertengkar.
"Kurasa tidak mungkin. Jika Eunhye masih ada, kuyakin pengklaiman itu tak akan pernah terjadi." Hyemi tersenyum lembut, menenangkan sosok Namjoon di hadapannya.
"Ayo turun, kupikir kau sudah sangat kelaparan tadi."
Keduanya keluar dari mobil, berjalan menuju kedai makan favorit saat masih bersama Eunhye dulu. Tempat yang selalu keduanya habiskan saat merindukan Eunhye. Mengambil tempat di ujung dimana mereka bisa mengamati seluruh pemandangan baik di dalam maupun di luar kedai.
Pada akhirnya, Namjoon telah kembali membawa kebahagiaan sendiri bagi Hyemi. Menemani Hyemi dan kembali berbagi cerita tentang mereka telah mampu membuay Hyemi melupakan semuanya.
Namjoon sama sekali belum membahas tentang Seokjin sejak kedatangan mereka di Korea. Entah mengapa, Namjoon masih menunggu waktu yang tepat.
"Hyemi-ah, boleh aku bertanya sesuatu?"
"Tentang apa?"
"Kau masih butuh waktu lama untuk menemui Seokjin?"
Hyemi terdiam, menatap sahabatnya. Ya, masih tetap ada masalah yang belum selesai.
"Jika aku siap, aku akan menemuinya, Joon. Hanya saja aku masih perlu waktu, aku berjanji padamu."
Namjoon tersenyum, menatap Hyemi yang telah benar-benar membaik.
"Kau tak ingin tahu cerita tentang Seokjin setelah kepergianmu?"
Hyemi masih menatap Namjoon, ada antusias yang Namjoon lihat di mata Hyemi.
"Apa aku perlu mengetahuinya?" Anggukan kuat Namjoon menjadi jawaban. Namjoon masih menunggu perkataan Hyemi saat mencari perubahan ekspresi di wajah Hyemi.
"Namjoon-ah, kurasa kau tak perlu menceritakan apapun. Aku sudah melihat secara langsung bagaimana baiknya kehidupan Seokjin sekarang."
Dan di sana Hyemi melihatnya, tepat di pintu masuk yang terbuka dan mendatangkan dua sosok yang sangat Hyemi kenal salah satunya. Sosok yang pernah menyentuhnya begitu dalam. Seokjin di sana, tengah tersenyum dan bercanda dengan merangkul seorang gadis. Terlihat begitu bahagia.
Tanpa sadar, aliran air mata telah terjatuh membelah pipinya. Sesuatu dalam hati Hyemi nyatanya berdenyut menyakitkan saat melihat Seokjin bersama gadis lain.
"Hye-Hyemi—" Namjoon tergagap, melihat Hyemi di hadapannya yang terisak setelah mendapati Seokjin bersama seorang omega.
"Namjoon-ah, aku pulang sekarang!"
Hyemi bangkit, segera pergi dari pintu samping, sekali lagi pergi menjauh untuk menghindari semuanya. Membawa rasa sakit yang merenggut hatinya, menghentikan kinerja jantungnya yang terlalu sesak. Nyatanya Hyemi merasakan ketidakrelaan saat melihat Seokjin bersama omega lain.
Untuk pertama kalinya, Hyemi merasakan hatinya terpatahkan begitu menyakitkan.
Ternyata rasanya begitu mengerikan.
- July 11, 2018
Hyemi patah hati gaes,
kalian jangan patah hati berjamaah ya..
Jadi jawaban dari teori kalian udah ada di atas gaes?
Maafkan saya sudah mendzalimi Hyemi yang cantik.Luvluvluv,
Adoreyna
KAMU SEDANG MEMBACA
The Saga : MATING HEAT ✔️
Werewolf[ Complete ] Heat pertama bagi seorang Omega sangat menyiksa, pertama kali dalam hidupnya, tubuh mengalami fase butuh, kebutuhan akan mate, seorang Alpha yang akan memenuhi seluruh tubuhnya. Ada dua jenis heat yang dialami Omega, heat yang dipercep...