07

16.6K 1.7K 452
                                    

Selamat malam minggu semuaaa..
Spesial buat yang jomblo nih..
Tarik nafas dulu, keluarkan perlahan.. semoga kuat ya bacanyaa.. dan semoga tidak mengecewakan..
💋💋💋













🌸🌸🌸



"Hyung, kau bisa membunuhku ataupun menenggelamkanku di laut selatan. Tapi tolong, terimalah bibiku, hyung. Aku yang lebih pantas mati karena sekarat seperti itu. Karena aku yang memulainya, bukan bibi!"




Yoongi telah dilingkupi angkara mengerikan. Dadanya sesak, nafasnya bergemuruh, dan jantungnya menghentak. Bereaksi meminta pelampiasan untuk membunuh Alpha yang tengah berlutut didepannya.

Tatapan mata bengis terpatri di obsidiannya. Begitu jelas dan mengerikan setelah hampir seharian obsidian itu kosong tak bernyawa. Kini sosok Yoongi lebih nyata, bernyawa dan berkeinginan menghancurkan yang lebih besar.

Bahkan tangan Yoongi sudah gemetar meminta untuk dilayangkan ke depannya. Terkepal kuat menahan ledakan emosinya.

Yoongi benar-benar ingin membunuh Taehyung saat ini juga. Dengan tingkat kewarasan yang menipis, Yoongi yakin dia bisa melakukan hal apapun diluar kawajaran manusia.

Yoongi sudah hendak bangkit dan  menerjang Taehyung, tepat saat isakan kecil lolos dari gadis disebelahnya. Hatinya mencelos. Yoongi tahu, dia tak akan bisa melukai Alpha biadab dihadapannya sedikitpun. Karena efeknya akan menghancurkan Omega dari Alpha dihadapannya, tak lain adalah adiknya sendiri.

Hingga Yoongi menyadari Yoora tak sanggup lagi, sudut matanya menangkap pergerakan Yoora yang lari keluar dengan tangisan yang semakin deras. Membuat Yoongi kembali dihantam kenyataan takdir yang mengenaskan.

"Urusi masalahmu sendiri, brengsek! Aku sudah bersumpah akan membunuhmu jika kau melukai Yoora lagi. Kejar Yoora sekarang atau aku benar-benar akan membunuhmu!"

Seketika Taehyung mendongak, mengerjap pelan. Dan menyadari jika Yoora telah pergi dari ruangan Yoongi.

Tidak, tidak! Semuanya kacau!

Taehyung bisa mengorbankan apapun untuk bibinya, namun Yoora adalah nyawanya.

Taehyung memang si sialan yang bodoh. Dia sangat paham itu. Namun Taehyung tidak cukup bajingan untuk mengulangi kesalahan yang sama.

Dan dalam hitungan detik Taehyung bangkit, berlari dan menyusul Yoora. Mengabaikan apapun yang menghalanginya, bahkan hujan dan badai akan diterjangnya.

Meninggalkan Yoongi yang meringis, menatap iri bagaimana Taehyung dan Yoora menyelesaikan masalah mereka.

Yoongi tahu Alpha-nya lebih dominan dari Taehyung. Tapi nyatanya dia lebih pengecut.

Selalu menahan sakit dan egonya, mengatakan dirinya baik-baik saja namun nyatanya ketakutan luar biasa untuk menerima Omega-nya. Terlalu memelihara dendam dan sakit hatinya hingga tak mampu sedikit pun membuka hatinya. Membiarkan sakitnya membusuk hingga tak tersembuhkan.

Yoongi menoleh, menatap Omega-nya yang masih terbujur mengerikan di sebelahnya. Tak ada tanda-tanda kondisi yang membaik. Amarahnya masih besar, rasa benci dan dendamnya masih bergemuruh. Namun menatap bagaimana lambang Omega di pangkal leher Omega-nya yang telah hancur pula, membuat Alpha menggeram dalam kepedihan.

Yoongi tahu, dirinyalah yang menyakiti mereka berdua.








Yoongi masih terdiam dan menunduk, pikirannya masih sangat kacau. Rasa pening masih menghantamnya di belakang kepala. Telah hampir 3 jam semenjak Yoora dan Taehyung pergi, Yoongi menghabiskan waktunya untuk memandangi Omega-nya.

Mencoba satu hal, berdamai dengan hatinya. Menatap omega-nya begitu lekat hingga perlahan meruntuhkan dendam dan bencinya.

Yoongi tahu, hanya dia yang bisa menyelematkan keduanya. Yoongi mungkin bisa saja melakukannya semenjak tadi. Namun Yoongi masih mengumpulkan semuanya, mengumpulkan perasaannya hingga dia benar-benar melepas dendamnya.


'Lakukanlah nanti setelah seperempat malam, bulan sedang purnama dan kau bisa menyembuhkannya.'

Perkataan dokter SeokJin siang tadi tengah memenuhi kepalanya. Siang tadi memang Dokter Seokjin, dokter pribadi Yoongi datang memeriksa, disaat Yoora dan Taehyung tengah keluar untuk makan siangnya. Memberitahu Yoongi bagaimana cara ampuh untuk penyembuhan mereka.

Dan jam telah lewat dari angka 9, sudah lewat seperempat malam. Yoongi menoleh ke arah jendela, yang mempiaskan cahaya bulan purnama yang memang sangat terang. Waktu healing-nya telah tiba.

Membuat Yoongi menyibak selimutnya, bangkit dan berjalan mendekati ranjang Omega-nya yang hanya berjarak beberapa langkah. Dari jarak sedekat ini dia bisa kembali merasakan feromon Omega-nya meski sudah sangat lemah aromanya. Dan wajah Omega-nya nampak begitu cantik dengan rona pucat yang masih ketara.

Yoongi mendekat, menatap lambang Omega-nya yang telah hancur. Mengecup dan melumatnya sesaat hingga perlahan lambangnya kembali berpendar, masih sedikit lemah namun masih terlihat jelas bagaimana kelenjar feromon Hana menampakkan diri.

Yoongi mengecup sekali lagi sebelum mengatakan sumpahnya, "Song Hana, aku bersumpah! Jiwamu adalah milikku, hatimu adalah takdirku, dan tubuhmu adalah hakku! Dan hidup dan matimu adalah aku-" Yoongi menyelesaikan sumpahnya, memejamkan mata dan menghirup dalam nafasnya. Sebelum berbisik menyelesaikan tuntutannya, "dan aku tak akan membiarkanmu mati sebelum menyelesaikan hakmu!"

Di penutup sumpahnya, Yoongi mencacah lambang Hana, membuatnya hancur dengan gigitannya. Melumat dan mengecap cairan yang terpecah disana. Menghisapnya kuat hingga tak bersisa sedikitpun yang keluar. Dan perlahan, dengan lumatannya luka itu memperbaiki diri, menjadi lambang Alpha dan Omega yang sempurna.

Yoongi telah selesai menandai, menandai Hana adalah mate-nya. Seketika hatinya berdebar lega, Yoongi tahu Hana akan membaik.

Sekali lagi Yoongi mengecup lambang Hana, membisiki telinganya dengan lirih, "hiduplah sekali lagi untuk membalas sumpahku!"







- April 14, 2018


Lega gaes? Akhirnya bang Yoongi luluh
😭😭😭



Salam peluk cium dari Yoongi
💋💋💋
- Adoreyna






Side Story

Hana mengerjap, membiasakan cahaya merasuki matanya yang sepertinya lama terselimuti kegelapan. Nafasnya terengah, kerongkongannya begitu kering, dan pening melesak di belakang kepalanya.

"Dokter, kau sudah bangun?"

Hana melirik ke arah sumber suara, matanya kembali mengerjap mencoba fokus mengamati sosok di sebelahnya. Hanya ada mereka berdua di ruangan serba putih itu.

"Seo-" suaranya hilang, kerongkongannya begitu perih dan sakit. Hana memberika gesture tangan untuk menandakan dia membutuhkan air minum, membuat gadis kecil disebelahnya meraih segelas air putih dan memberikannya pada Hana. Hingga meneguk beberapa tegukan dan membuat tenggorokannya sedikit membaik.

"Seobi- a-aku dimana?" Suaranya masih kacau, masih serak dan kasar. Mata Hana masih membuka dan menutup kembali dengan konstan untuk membiasakan tubuhnya.

"Kau ada dirumah sakit, dokter. Dan sudah seminggu tidak sadar dari tidurmu!"

Jawaban Seobi membuat bayangan kejadian penolakan malam itu kembali hadir dalam ingatan Hana. Membuatnya sekali lagi merasakan sakitnya penolakan.

The Saga : MATING HEAT ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang