7-4

8.6K 1.1K 275
                                    

Selamat hari minggu semua. Biasakan menyapa sebelum membaca.. 😘😘😘




• • •

Namjoon menghentak-hentakan kecil kakinya di lantai, kepalanya berkali-kali menoleh mengelilingi ruangan dan berhenti di jam dinding di ujung ruang dengan tidak tenang. Berulang kali pula melirik pantulan dirinya dari kaca di almari televisi di sisi kanan, mencoba terus meyakinkan dirinya jika penampilan benar-benar tampan tanpa cacat.

Kedipan pemberitahuan di ponsel yang dipegangnya di tangan kiri tidak mampu memecah fokusnya, karena Namjoon tengah benar-benar terfokus pada sebuah pintu kamar di ujung kanan yang masih tertutup rapat semenjak setengah jam tadi.

Hingga ponselnya berbunyi meneriakan panggilan suara, atensi Namjoon memusat di ponselnya dan mendapati nama Seokjin di sana.

"Hm, hyung? Ada apa?"

"Kau sudah ada di apartemenku?"

"Ya, hyung. Aku sedang menunggu Eunbi sekarang."

"Baiklah jika begitu. Selamat bersenang-senang. Jaga Eunbi dengan baik."

Namjoon mengangguk meski Seokjin tidak melihatnya, "Ya, hyung. Terima kasih."

Panggilannya terputus, Namjoon menghela nafas berat begitu menutup perbincangannya baru saja. Untuk pertama kali selama dia berteman dengan Seokjin, baru kali ini dia begitu gugup berbicara dengannya.

Tidak ada yang salah, karena memang pertama kalinya Namjoon akan berkencan dengan perempuan semenjak dia lahir. Namjoon sangat mirip dengan Eunhye, keduanya adalah penganut garis lurus aturan yang ditakdirkan padanya. Namjoon tahu jika dia memang ditakdirkan dengan seorang Omega, jadi selama dia belum menemukan mate-nya, tidak sekalipun Namjoon mencoba menjalin sebuah hubungan atau menempatkan hatinya pada Omega yang bukan menjadi mate-nya. Karena Namjoon tahu dia tidak akan pernah bisa menahan kehancuran karena sebuah betrayal, jadi dia tidak akan membiarkan omega-nya merasakan sebuah betrayal pula.

Menarik nafas dalam sebelum membuangnya kuat, Namjoon sekali lagi mencoba membuang kegugupannya. Percakapnnya dua malam yang lalu dengan Seokjin telah membuatnya mendapatkan persetujuan dari Seokjin untuk mengajak keponakannya berkencan. Tidak, bukan kencan untuk orang dewasa, Namjoon hanya ingin mengenal mate-nya lebih dalam, Namjoon telah berjanji pada Seokjin akan menjaga Eunbi hingga gadis itu siap.

Namjoon bersumpah, dia adalah seorang laki-laki yang akan memegang ucapannya.




Ingatan tentang kedatangannya tadi dan mendapati Eunbi yang masih berantakan membuatnya terkekeh pelan. Gadis itu begitu masih belia, Namjoon tahu dia harus benar-benar menjaga mate-nya. Omega itu tampak begitu imut di mata Namjoon. Reaksi kaget dan tak percaya dari Eunbi saat mendapati Namjoon adalah sebuah pemandangan yang sangat menggemaskan baginya. Namjoon bahkan bisa merasakan hatinya begitu berdebar, dia merasa bisa mendapatkan serangan jantung mendadak jika terus menerus melihat Eunbi yang menggemaskan. Namjoon jadi membayangkan, bagaimana kehidupannya kelak saat Eunbi telah siap berada di sisinya, sepertinya terlihat begitu membahagiakan dan menggairahkan. Namjoon jadi tidak sabar menunggu waktu Eunbi untuk siap menerima sumpahnya.

"Paman, kenapa kau tersenyum sendiri?" Sebuah panggilan memecah lamunannya, membuat Namjoon lekas membuang pandangannya dan mendapati Eunbi yang berdiri beberapa meter di sebelah kanannya. Eunbi-nya sangat cantik, seperti mutiara yang baru saja keluar dari cangkang. Eunbi masih muda, dan kecantikannya begitu sempurna dengan usianya. Bukan cantik yang seksi yang sering Namjoon bayangkan, namun cantik yang menggemaskan hingga membuat Namjoon tak ingin melepas pandangannya.

"Apa kau berpikir jorok? Pandanganmu tampak seperti paman-paman yang mengincar gadis muda di luar sana?"

Namjoon kembali menghela nafas panjang, satu hal dari sifat Eunbi yang telah di ketahuinya semenjak pertama kali bertemu, gadis manisnya itu suka mengatakan hal yang memang ada di pikirannya seketika itu juga. Tipekal gadis muda pembangkang yang menantang. Tapi Namjoon malah semakin menyukainya.

"Maafkan aku. Aku hanya sedikit terkejut melihatmu."

Eunbi mengulum senyumnya, hatinya berdebar untuk pertama kali mendengar komentar dari mate-nya. "Apa aku cantik, Paman? Apa cukup cantik untuk menjadi teman kencanmu?"

Namjoon bangkit dan mendekat ke arah Eunbi, merapihkan rambut Eunbi di sekitar bandana bunga yang dikenakan Eunbi. "Kamu cantik, begitu cantik hingga aku tidak bisa melepas pandanganku darimu, Eunbi."

Eunbi tahu tubuhnya mematung, hatinya berdebaran, dan ribuan kupu-kupu berterbangan di perutnya. Seketika berefek pada wajahnya yang merona memerah, "Dan kau harus tahu satu hal, kecantikanmu bukanlah sesuatu yang membuat pikiranku berubah menjadi kotor, tapi kecantikanmu adalah hal yang paling menggemaskan hingga membuatku bisa meleleh saat ini juga."

• • •

"Bagaimana kencan hari ini? Menyenangkan?"

"Ya, menyenangkan. Aku jadi tahu kota Seoul seperti apa, dan juga..." Eunbi menjeda ucapannya, menoleh menatap Namjoon yang tengah memusatkan atensi padanya. "Aku jadi tahu paman seperti apa, aku senang ditakdirkan menjadi mate paman."

Namjoon mengulum senyum, hampir seharian dirinya tak pernah sedikitpun berhenti tersenyum, rasanya benar-benar menyenangkan bisa berkencan dengan Eunbi. "Eunbi-ah, bisa kau memanggilku 'oppa'? Aku merasa terlalu tua jika kau memanggilku 'paman'."

Ada keheningan sejenak saat Eunbi tengah menyiapkan diri untuk pemanggilan itu, rasa-rasanya kegugupan ini melebihi saat Eunbi akan menjalani ujian kelulusan. "Namjoon oppa."

Di detik berikutnya setelah panggilan terucap, Namjoon meraih tangan Eunbi, mengaitkan tangannya dan membawa punggung tangan Eunbi untuk dikecupnya. "Terasa lebih menyenangkan."

Keduanya lanjut berjalan, sisa malam itu digunakan Namjoon untuk berjalan-jalan di tepian sungai Han bersama Eunbi. Tangannya masih menggenggam tangan Eunbi, sama sekali tidak melepasnya. Begitu kecil dan hangat, dan mampu membawa lecutan di hati Namjoon.

"Oppa, apa tidak apa-apa?" Eunbi mengeratkan genggaman tangannya saat pertanyaannya terlontar, tentang pikiran yang mengganggunya semenjak mengetahui Namjoon adalah mate-nya.

"Tentang?"

"Apa tidak apa-apa jika kau menungguku? Aku masih terlalu muda, perkiraan masa heat-ku masih akan datang begitu lama. Apa kau akan baik-baik saja?"

Namjoon menghentikan langkahnya, memutar badannya untuk berhadapan dengan Eunbi. Menghela nafas berat saat mendapati wajah Eunbi yang begitu khawatir.

"Aku sudah menunggumu dari lama, bisa dikatakan semenjak aku lahir. Karena memang dari lahir kita sudah ditakdirkan untuk mate masing-masing. Tidak masalah aku menunggumu lagi hingga kau siap." Namjoon mengeratkan genggamannya saat vokalnya berlanjut, "Tidak bisa dipungkiri jika pengklaiman adalah hal terpenting untuk penandaan sepasang mate. Tapi hal itu bukan yang menjadi prioritasku untuk saat ini. Aku lebih ingin mendekatkan diri denganmu dan menjagamu hingga kau siap menjadi mate-ku nanti."

Eunbi tersenyum bahagia, bersyukur karena ternyata Namjoon adalah Alpha yang ditakdirkan padanya. "Terima kasih, Oppa. Aku senang kau yang menjadi mate-ku."

Namjoon membalas senyuman Eunbi, saat gadis itu kembali mengeratkan tangannya dan membawa tangan Namjoon untuk kembali berjalan. Namun bukannya mengikuti tarikan Eunbi, Namjoon malah menarik Eunbi hingga membuat tubuh gadis itu membentur dada bidangnya. Ada desakan di tangan kirinya yang bebas untuk mendekap tubuh Eunbi, namun Namjoon menahannya.

Feromon Eunbi menguar, membuat Namjoon menghirup kuat bahu Eunbi yang ada di hadapannya. Rasionalnya sempat terkacaukan meski dalam sedetik Namjoon telah kembali menyadarkannya. "Eunbi-ah, kau benar-benar harus menjaga dirimu dengan baik. Prioritas utamaku akan berubah setelah kau siap mendapatkan heat-mu. Dan disaat itu, kau akan menemukan kepribadianku yang asli yang tengah kujaga saat ini, baby Eun."



- August 12, 2018

Ketemu lagi dengan daddy Namjoon dan Baby Eun. Masih dapetin kan feelnya? Dapet kan mesumnya Namjoon? Dapet juga kan posesifnya? Dapet sweet-nya gak? Semoga suka yaa..

Luvluvluv,
Adoreyna

The Saga : MATING HEAT ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang