VI

11.8K 1.1K 9
                                    

“I don’t feel very much like Pooh today,” said Pooh. “There there,” said Piglet. “I’ll bring you tea and honey until you do.” – A.A. Milne, Winnie the Pooh--


Setiap orang punya penilaian masing-masing di setiap awal pertemuan atau perkenalan, termasuk Mutiara. Agaknya bukan salahnya ketika ia memilih untuk berlaku hati-hati dan segan terhadap sosok Rakasa Regantara, bukan inginnya menjadi kaku dan merasa was-was disamping kakak sahabatnya ini. Tapi first impression mereka memaksa Mutiara mengambil kesimpulan, Raka bukanlah type manusia yang suka neko-neko hingga ia bisa bebas bergerak dan menjadi diri sendiri.

Meski begitu, hal yang tak disadari olehnya ia mengulas senyum lebar saat mendapati muridnya yang memegang macbook dan memusatkan perhatian di sana. Sekali-kali berbicara dengan tutor olahraga Climbing. Mutiara yakin, Dani pasti sedang serius mengerjakan tugas darinya. Bukankah menyenangkan mengerjakan tugas yang berkaitan dengan hal yang disenangi? Hal itu selain menggali potensi lain dalam diri, sekaligus memberi wawasan baru yang lebih luas.

Tangan Mutiara ikut andil memegang lengan Rakasa tanpa sadar, bahkan sedikit mengeratkannya saking bahagianya.

Raka menurunkan pandangan ke arah lengan kiri sekaligus ke wajah Mutiara yang tampak merona penuh binar bahagia sangat kontras dengan ekspresi yang ia lihat tadi saat gadis itu berjalan di trotoar jalan. Mengikuti arah pandang, Raka juga mengamati seorang Dani. Anak remaja satu-satunya yang mengobrol akrab dan serius bersama rekannya.

"Di dunia ini, hal apa yang paling menyenangkan?" Gumam Mutiara tanpa memutus pandangannya pada Dani.

"Apa?" Raka menoleh.

"Ya?" Mutiara awalnya menoleh heran, namun tepat saat itu Mutiara yang menyadari kesalahannya menatap Raka kaget. Melotot tak percaya pada jemarinya sambil menggigit bibir bawah.

"Maaf mas koko, maaf saya—" ia mengurai dan mengangkat tangannya kaget.

"Tidak apa-apa," cegah Raka sambil menggeleng sangat pelan.

Wajah kaku Raka, Mutiara ingin sekali melihat Raka sedikit lebih luwes dengan ekspresinya itu. Bernapas lega, Mutiara bersyukur Raka tak marah dengan tindakan impulsif nya.

"Hal apa yang membahagiakan di dunia ini?" Tiba-tiba Raka mengulang pertanyaan Mutiara sebelumnya, tanpa menoleh.

Mutiara memejamkan mata, meringis kenapa gumaman itu bisa terdengar. Menatap Raka yang lebih tinggi darinya, Mutiara tau Raka pasti menunggu jawaban darinya.

"Membantu seseorang menemukan dirinya sendiri."

Kening Raka sedikit mengkerut, pandangannya beralih. Dengan senyum yang masih terulas, Mutiara kembali melanjutkan. "Seseorang pernah mencari tentang dirinya. Berkelana dan membuat keputusan tanpa mengenal risiko hanya demi mencari ... 'siapa dirinya?'. Dia terlalu fokus pada apa di sekelilingnya, yang terjadi padanya, yang menjadi tolak ukurnya tanpa melihat itu dalam ranah yang lebih luas. Bahwa dia lebih dari mampu untuk menjadikan dunia ini bahagia akan kehadirannya. Sangat disayangkan, ketika orang itu tak menemukan dirinya maka ia terus terpaku pada siklus kehidupan yang amat monoton. Tak ada perubahan, tak ada pergerakan."

Mutiara memberanikan diri menatap Raka yang juga menatapnya, ia memasang senyum kecil. "Saya guru BK, dimana anak-anak remaja sedang berada dalam masa kritis mencari tentang jati diri, mengenal dunia, mencari tahu segala hal dengan ego yang tinggi. Dan hal yang paling membahagiakan bagi saya ketika saya ikut andil berhasil menjadi tangga untuk mereka menemukan jawaban tentang diri mereka sendiri."

Mutiara ✔ [Completed]Where stories live. Discover now